Skip to main content

MAKALAH PSIKOTERAPI DENGAN NILAI-NILAI AGAMA DAN PERAN AGAMA DALAM BIMBINGAN BK



A.    PSIKOTERAPI DENGAN NILAI-NILAI AGAMA
1.      PENGERTIAN PSIKOTERAPI
            Psikoterapi secara etimologis mempunyai arti sederhana, yakni “psyche” yang artinya jiwa dan “therapy” dari Bahasa Yunani yang berarti “merawat” atau “mengasuh”. Sehingga psikoterapi dalam arti sempitnya adalah “perawatan terhdap aspek kejiwaan sesorang”.
Menurut R. Wolberg. M.D. ( 1997 ) dalam buku The Tecnique of Psychoterapy menuliskan: ” psikoterapi adalah perawatan dengan menggunakan alat-alat psikologis terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional dimana seorang ahli secara sengaja menciptakan hubungan secara profesional dengan pasien ”, yang bertujuan ( 1 ) untuk menghilangkan atau mengubah gejala-gejala yang ada, (2) memperantarai ( perbaikan ) pola tingkah laku yang rusak, dan (3) meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan prilaku yang positif ”.
            Agama dijadikan sebagai dasar filosofis psikoterapi. Alasannya adalah karena agama melibatkan manusia seutuhnya. Agama berarti kehidupan ” dunia-dalam ” seseorang tentang ketuhanan disertai keimanan dan peribadatan dengan tujuan untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat. Agama mengkaji manusia secara keseluruhan, sebagai totalitas dengan seutuhnya dan dengan cara yang sedalam-dalamnya. Manusia dengan segala aspek dan fungsi kejiwaan dikaji oleh agama.

Alasan mengapa agama melibatkan manusia seutuhnya;
·         Kehidupan atau pengalaman dunia-dalam seseorang tentang ketuhanan berhubungan erat dengan fungsi finalis ( motivasi dan emosi atau efektif dan konatif ).
·         Keimanan berhubungan erat dengan fungsi kognitif.
·         Peribadatan berhubungan erat denngan sikap dan fungsi motorik sebagai pelaksanaan dan realisasi kehidupan dunia seseorang.
Fungsi kejiwaan manusia tidak dapat dipisahkan secara tegas, maka aspek agama juga merupakan satu kesatuan yang melekat pada manusia sebagai totalitas yang utuh. Fungsi kognitif tidak dapat dipisahkan dengan fungsi finalis dan motorik. Demikian pula dengan kehidupan dunia-dalam seseorang yang tidak dapat dipisahkan dengan keimanan dan peribadatan. Dalam psikoterapi yang dirawat dan disembuhkan adalah manusia sebagai totalitas, dikarenakan akibat ganguan emosional itu mengenai manusia seutuhnya. Demikian pula manusia yang dikenai agama adalah manusia sebagai totalitas.

            Tujuan psikoterapi adalah mengolah kepribadian klien agar mampu menyesuaikan dan merealisasikan dirinya sesuai dengan kodrat kemanusiaan. Realisasi ini dapat diumpamakan seperti proses kelopak bunga yang merekah secara alamiah untuk merealisasikan tumbuhnya kembang. Para ahli membantu proses merekahnya kelopaknya, sehingga bunga tampak indah. Dalam psikoterapi, para ahli membantu proses realisasi dari proses fitrah kliennya menuju kepada kehidupan yang bermakna, berarti, dan berguna. Makna hidup yang tertinggi adalah pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Pencipta diri dan alam semesta.

2.      PELAKSANAAN DALAM PSIKOTERAPY
·         Mendengarkan
·         Refleksi
·         Saran
·         Penjelasan Dan Penilaian
·         Memberikan Keterangan
·         Memupuk keyakinan
·         Mengajukan pertanyaan
·         Membuka diri

3.      HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN KONSELING, PSIKOTERAPY DAN RELIGIO PSIKOTERAPY /KONSELING
Agama adalah sangat berkaitan sekali karena hal itu merupakan usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan baik lahiriah maupun batiniah yang menyangkut kehidupannya di masa kini dan di masa mendatang secara proses dan bertahap. Bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang mental dan spiritual, agar orang yang bersangkutan mampu mengatasinya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri maupun dorongan dari kekuatan iman dan takwa kepada Tuhan. Adapun tujuan dan fungsi dari Konseling Agama diantaranya : Untuk mengungkapkan kemampuan dasar mental-spiritual dan agama dalam pribadi anak. Berusaha meletakkan kemampuan mental-spiritual tersebut sebagai benteng pribadi anak. Berusaha menanamkan sikap dan orientasi kepada hubungan dalam empat arah yaitu dengan Tuhannya, dengan masyarakatnya, dengan alam sekitarnya dan dengan dirinya sendiri. Berusaha mencerahkan kehidupan batin. Hakikat manusia dalam pandangan Kristen ialah sebagai satu kesatuan yang terdiri dari tubuh, jiwa dan roh yang saling terikat dan tidak mungkin dipisahkan menjadi beberapa bagian. Sedangkan tujuan manusia hidup di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Tuhan Yesus Kristus dengan mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dalam pandangan agama seorang manusia dikatakan mempunyai perilaku bermasalah tatkala manusia melakukan sebuah aktivitas yang bertentangan atau tidak sesuai dengan nilai-nilai agama tersebut yang telah menjadi pegangan hidup.

B. PERANAN AGAMA DALAM BK
1.      PERANAN AGAMA DALAM TUJUAN BK
Pelayanan konseling di sekolah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karier.
Tujuan bimbingan konseling yang terkait dalam aspek belajar adalah:
a.    Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
b.    Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif
c.    Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
d.   Memiliki ketrampilan atau teknik belajar yang efektif.
e.    Memiliki ketrampilan untuk menetapkan tujuan dan perenanaan pendidikan.
f.     Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.

2.      PERANAN AGAMA TERHADAP KUALITAS KONSELOR DAN KLIEN DALAM BK
Kompetensi pembimbing dalam bimbingan konseling adalah:
a.    Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani
b.    Menguasai landasan teoretik bimbingan konseling
c.    Menyelenggarakan bimbingan konseling yang memandirikan

3.      PERANAN AGAMA TERHADAP PENDEKATAN METODE DAN TEKNIK DALAM BK
Secara garis besar dalam konseling dibedakan tiga macam pendekatan, yaitu:
a.    Konseling direktif, merupakan pendekatan konseling dengan peranan konselor yang lebih aktif, lebih banyak memberikan pengarahan, saran-saran dan pemecahan masalah.
b.    Konseling nondirektif, merupakan pendekatan konseling dengan peranan konselor yang tidak dominan, klien berperan lebih aktif.
c.    Konseling ekletik, pendekatan ini berada di tengah-tengah atau bisa dikatakan campuran antara konseling direktif dan nondirektif.

4.      PERANAN AGAMA TERHADAP LINGKUNGAN BK
Konseli sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu berkembang kearah kematangan dan kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut konseli memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping itu, terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan konseli tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan, dan nilai-nilai yang dianut.
Perkembangan konseli tidak terlepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi di dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup warga masyarakat.
Perubahan lingkungan yang diduga mempengaruhi gaya hidup, dan kesenjangan perkembangan tersebut diantaranya pertumbuhan jumlah penduduk yang cepat, pertumbuhan kota-kota, kesenjangan tingkat ekonomi masyarakat, revolusi teknologi informasi, pergeseran fungsi atau struktur keluarga, dan perubahan struktur masyarakat dari agraris ke industri.
Iklim lingkungan kehidupan yang kurang sehat, seperti: maraknya tayangan pornografi di televisi dan VCD; penyalahgunaan alat kontrasepsi, minuman keras, dan obat-obatan terlarang/narkoba yang tidak terkontrol; ketidakharmonisan dalam kehidupan keluarga; dan dekadensi moral orang dewasa sangat mempengaruhi pola perilaku atau gaya hidup konseli (terutama pada usia remaja) yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral, seperti pelanggaran tata tertib sekolah, tawuran, meminum minuman keras, menjadi pecandu narkoba, kriminalitas dan pergaulan bebas (free sex).
Penampilan perilaku remaja seperti di atas sangat tidak diharapkan, karena tidak sesuai dengan sosok pribadi manusia Indonesia yang dicita-citakan, seperti tercantum dalam tujuan pendidikan nasional (UU No. 20 Tahun 2003), yaitu:
a.    Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
b.    Berakhlak mulia;
c.    Memiliki pengetahuan dan keterampilan;
d.   Memiliki kesehatan jasmani dan rohani;
e.    Memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri;
f.     Memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Tujuan tersebut mempunyai implikasi imperatif (yang mengharuskan) bagi semua tingkat satuan pendidikan untuk senantiasa memantapkan proses pendidikannya secara bermutu ke arah pencapaian tujuan pendidikan tersebut.
5.      PERAN BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH
Sebagai mitra orang tua, pihak sekolah atau guru memiliki tanggung jawab yang besar dalam mendidik anak-anak dan membentuk karakter mereka agar menjadi serupa dengan Kristus. Pada usia sekolah, anak-anak menghabiskan sebagian besar waktu mereka di sekolah. Dalam hal ini, guru-guru sekolah menjadi "orang tua" bagi anak-anak. Guru wajib mendidik dan menuntun anak-anak menjadi pribadi yang berprestasi dan berkarakter baik.
Yang harus kita ketahui adalah anak-anak didik berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Hal ini tentunya memengaruhi pola pikir dan karakter anak-anak tersebut. Sebagai contoh, ada anak-anak yang taat kepada guru, rajin belajar, mau memerhatikan saat guru menerangkan pelajaran, namun ada pula yang suka bertengkar/tawuran, suka berbicara sendiri ketika guru mengajar, dan suka membolos. Lantas, apa yang bisa dilakukan oleh sekolah, sebagai mitra orang tua siswa?
Lembaga sekolah seharusnya memiliki guru Bimbingan Konseling (BK) dan ruang khusus untuk melayani para siswa. BK di sekolah sangat diperlukan dalam pembentukan pribadi, pendampingan pribadi, pengasahan nilai-nilai kehidupan, dan pemeliharaan kepribadian siswa. BK bukanlah polisi sekolah. BK adalah pihak yang paling potensial menggarap pembentukan karakter anak dengan pendisiplinan dan perhatian. BK bukanlah "guru killer" yang tugasnya memanggil, memarahi, dan menghukum siswa bermasalah (nakal).
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan: "Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."
Sementara itu, konselor sekolah di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 telah diakui sebagai salah satu tenaga pendidik, seperti yang tersurat di dalam Pasal 1: "Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan."
Dari pengertian tersebut, guru BK memunyai tugas khusus dalam bimbingan dan konseling (menurut Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Nasional Nomor 25 Tahun 1993). Dengan kata lain, konselor sekolah memunyai peran dan tugas yang terkait dengan pendidikan karakter.
Pada hakikatnya, peranan BK adalah mendampingi siswa dalam beberapa hal, antara lain dalam perkembangan belajar/akademis, mengenal diri sendiri dan peluang masa depan mereka, menentukan cita-cita dan tujuan dalam hidupnya, dan menyusun rencana yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan itu, serta mengatasi masalah pribadi (kesulitan belajar, masalah hubungan dengan teman, atau masalah dengan keluarga).
BK dapat diposisikan secara tegas untuk mewujudkan prinsip keseimbangan, bukan menghukum anak nakal/bermasalah, tapi juga memberi pujian bagi anak yang berprestasi. Dengan demikian, BK bisa menjadi tempat yang aman bagi setiap siswa untuk membuka diri tanpa waswas akan pribadinya. Oleh karena itu, tempatkan BK sebagai wadah bagi setiap siswa untuk mengadukan setiap persoalan yang mereka hadapi, dan bantulah mereka dalam menghadapi persoalan tersebut. Dengan demikian, sekolah dapat menolong para orang tua untuk lebih mengerti anak-anak mereka.
6.      BIMBINGAN KONSELING UNTUK PEMBENTUKAN KARAKTER
Untuk membantu orang tua dalam pembentukan karakter anak, guru BK perlu melakukan pendekatan personal, artinya guru BK harus kompeten, layak dicontoh, dan menjadi figur yang dihormati. Dasar-dasar alkitabiah pun seharusnya diterapkan dalam menolong anak didik, agar memiliki karakter yang baik. Tokoh panutan yang berkarakter baik adalah Tuhan Yesus -- Sang Guru Agung, yang mengajarkan, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu... Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Matius 22:37-39) Berikut ini adalah karakter yang dicontohkan dan dilakukan Yesus Kristus bagi kita.
  1. Melayani dan memberi (Matius 20:28) dengan lemah lembut dan rendah hati (Matius 11:29).
  2. Mengasihi musuh dan semua orang (Matius 5:46).
  3. Sabar dan mau mengampuni (Kolose 3:13).
  4. Selalu taat (Filipi 2:8).
  5. Kebaikan, kemurahan, kesetiaan, penguasaan diri, dll. (Galatia 5:22-23).
Pembentukan karakter Kristen membutuhkan kasih yang sungguh-sungguh dan komitmen untuk melakukannya seumur hidup.
Di dunia ini, banyak sekali faktor yang memengaruhi pembentukan karakter anak-anak. Mulai dari anggota keluarga, media, lingkungan, dan teman-teman mereka. Jika di dalam keluarga, orang tua tidak memberikan perhatian yang cukup kepada anak, maka tidak mengherankan kalau anak-anak akan mencarinya di luar rumah. Jika anak-anak masuk dalam lingkungan yang benar, seperti persekutuan di gereja atau kelompok olahraga, tidak masalah. Akan tetapi, jika anak-anak justru terjebak dalam pergaulan yang salah, ini yang berbahaya.
Karakter anak juga dipengaruhi oleh media dan lingkungan. Seiring berkembangnya usia, anak-anak biasa mengidolakan vokalis band, penyanyi solo, dan aktris/aktor film/sinetron. Mereka akan meniru apa saja yang dilakukan oleh idola mereka, tanpa memedulikan apakah yang mereka lakukan itu benar atau tidak. Misalnya gaya hidup, gaya berpakaian, dan potongan rambut. Iklan-iklan yang muncul di televisi tidak jarang membuat anak menjadi suka menuntut. Apa saja yang mereka lihat harus dibeli, hal ini membuat anak terbiasa dengan konsumerisme. Demikian juga dengan internet yang memberikan informasi tak terbatas. Selain itu, bahan bacaan yang tidak layak dibaca juga memengaruhi karakter anak. Anak-anak yang terbiasa membaca majalah porno, tentu memiliki karakter yang buruk tentang seks. Dengan demikian, perlu perhatian dan pengawasan yang lebih intens terhadap perilaku anak-anak.
Tuhan menghendaki agar kita dan anak-anak kita menjadi murid-Nya yang setia dan mengalami perubahan ke arah yang lebih baik, menjadi semakin serupa dengan Sang Guru, Tuhan Yesus. Oleh karena itu, dalam membimbing anak-anak kita perlu membawanya kembali kepada Tuhan dan mengajaknya untuk meninggalkan hal-hal yang tidak berkenan kepada-Nya. Semakin kompleks masalah anak, semakin banyak perhatian dan bimbingan yang harus diberikan. Memosisikan diri sebagai teman mereka merupakan cara yang cukup efektif dalam pembimbingan. Dengan demikian, anak tidak merasa dihakimi, dipojokkan, dan ditekan. Mereka justru merasa diperhatikan, ditolong, dan dikasihi. Hasilnya, anak-anak yang bermasalah akan berubah dan karakter mereka dipulihkan. Proses ini tidak instan -- tidak cukup sekali pertemuan, oleh karena itu guru pembimbing harus sabar dalam mengarahkan anak.
Untuk mengefektifkan pelayanan, BK bisa dijadikan mata pelajaran seperti pelajaran-pelajaran lainnya, diintegrasikan dengan semua bidang studi yang lain, dilakukan di luar pelajaran (bekerja sama dengan lembaga lain), atau gabungan ketiganya.
7.      MEMBIMBING ANAK YANG BERKARAKTER KURANG BAIK
Karakter buruk anak bisa terjadi karena anak memiliki gambar diri yang salah. Hal ini diakibatkan karena kebutuhan dasar mereka tidak terpenuhi. Berikut adalah beberapa ciri-cirinya:
  1. Mudah emosi, mudah menyimpan akar pahit, cinta uang, takut gagal.
  2. Merasa tidak dimiliki, sehingga anak merasa dirinya tidak disukai orang lain.
  3. Merasa tidak berguna, sehingga anak merasa kehilangan arti hidupnya atau tidak punya tujuan dan merasa hidupnya sia-sia.
  4. Merasa tidak berharga, sehingga anak melihat keberadaan dirinya dari sudut pandang yang selalu kurang atau buruk.
Ini semua disebabkan oleh tipu daya iblis, filsafat dunia yang salah, dan kedagingan manusia (1 Korintus 3:3-4, 2 Korintus 11:3, dan Kolose 2:8).
Untuk membimbing anak yang seperti ini, katakanlah kepada mereka secara berulang-ulang bahwa apa yang mereka rasakan tidak benar. Harga diri mereka tidak ditentukan oleh penampilan luar dan kata orang, tetapi apa yang ada di dalam diri mereka dan apa kata Tuhan. Ajak mereka mengatakan:
  1. Saya diciptakan segambar dengan Tuhan (Kejadian 1:26).
  2. Saya berharga di mata Tuhan (Yesaya 43:4).
  3. Saya adalah Bait Allah, Roh Kudus berdiam dalam diri saya (1 Korintus 3:16-17).
Yakinkan anak-anak bahwa mereka berharga di mata Allah dan Allah menghendaki mereka menjadi anak-anak yang berhasil dan berguna bagi Dia.















III. PENUTUP
KESIMPULAN
            Psikoterapis secara etimologi adalah “psyche” yang artinya jiwa dan “therapy” dari Bahasa Yunani yang berarti “merawat” atau “mengasuh”. Sehingga psikoterapi dalam arti sempitnya adalah “perawatan terhdap aspek kejiwaan sesorang”. Pelaksanaan psikoterapi yaitu mendengarkan, refleksi, saran, penjelasan dan penilaian, memberikan keterangan, memupuk keyakinan, mengajukan pertanyaan dan membuka diri.
            Adapun tujuan dan fungsi dari Konseling Agama diantaranya : Untuk mengungkapkan kemampuan dasar mental-spiritual dan agama dalam pribadi anak. Berusaha meletakkan kemampuan mental-spiritual tersebut sebagai benteng pribadi anak. Berusaha menanamkan sikap dan orientasi kepada hubungan dalam empat arah yaitu dengan Tuhannya, dengan masyarakatnya, dengan alam sekitarnya dan dengan dirinya sendiri. Berusaha mencerahkan kehidupan batin.
            Dasar-dasar alkitabiah pun seharusnya diterapkan dalam menolong anak didik, agar memiliki karakter yang baik. Tokoh panutan yang berkarakter baik adalah Tuhan Yesus -- Sang Guru Agung, yang mengajarkan, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu... Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Matius 22:37-39)
           



           


DAFTAR PUSTAKA
Gunarsa, S., 2012, Konseling Dan Psikoterapi, Jakarta: BPK Gunung Mulia
Hikmawati, Fenti., 2011, Bimbingan Konseling, Jakarta:Rajawali pers
http://timotius-sukarman.blogspot.com/2011/08/pentingnya-bimbingan-konseling-di.html
http://c3i.sabda.org/peran_bimbingan_konseling_dalam_pembentukan_karakter_siswa

Comments

Popular posts from this blog

IPTEK DALAM ALKITAB

I.                    PENDAHULUAN A.      Latar Belakang Metode ilmiah sering digunakan dalam pembahasan tentang pendidikan. Riset dan metode ilmiah merupakan metode pemecahan masalah yang mengacu pada berpikir reflektif yaitu berpikir menemukan masalah serta memecahkannya melalui kegiatan yang bertahap. Ilmu pendidikan adalah sistem pengetahuan tentang pendidikan yang diperoleh melalui riset. [1] Proses perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini merupakan hasil dari penemuan dan penelitian yang dilakukan manusia sebelumnya. Sebenarnya perkembangan tersebut diawali dengan rasa keingintahuan manusia yang sangat besar bahkan Paul Leady mengatakan bahwa ” Man is curious animals ”. [2] Keingintahuan tersebut yang mendorong manusia untuk berupaya menjawab kenyataan-kenyataan alamiah yang ada di dunia ini lewat berbagai cara, dan hal ini mendorong perkembangan ilmu dan pengetahuan. Selaras dengan asal katanya Sains berasal dari bahasa Latin “scieantia” dan terbentuk ka

GEREJA METHODIST INDONESIA

I.PENDAHULUAN A. Latar belakang Methodisme datang ke Indonesia pertama kali pada tahun 1905 setelah para misionaris Amerika mulai bekerja di Malaysia dan Singapura . Gereja Methodis di Indonesia saat itu adalah satu-satunya gereja yang tidak dimulai oleh para misionaris Belanda ataupun Jerman . Di Indonesia, para misionaris Amerika mulai bekerja di Jawa , Kalimantan , dan Sumatera . Pada tahun 1913 , setelah datangnya Bishop J. Robinson , konferensi yang pertama pun diselenggarakan di Sumatera Utara. Pada saat itu, Gereja Methodist dikenal sebagai gereja yang unik karena ini adalah satu-satunya gereja Protestan yang anggota-anggotanya terdiri atas suku Batak dan suku Tionghoa Indonesia, sementara gereja-gereja Protestan lainnya saat itu pada umumnya tersegregasi. Gereja Methodist Indonesia (GMI) adalah satu-satunya gereja di Indonesia yang hadir bukan sebagai hasil pekabaran Injil misi Belanda dan Jerman. Methodist adalah hasil pelayanan misionaris dari Amerika yang b

Makalah Proposisi Hipotesis

Tugas Kelompok Logika Dosen Pengampuh: Lydia Tumampas oleh, Budi Makaado Mormin Malatunduh Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN) Manado II. PEMBAHASAN A.     Proposisi Dalam ilmu logika, proposisi mempunyai tiga unsur yakni [1] : Subyek , perkara yang disebutkan adalah terdiri dari orang , benda , tempat, atau perkara. Predikat adalah perkara yang dinyatakan dalam subjek. Kopula adalah kata yang menghubungkan subjek dan predikat . Contohnya kalimat Semua manusia adalah fana . Kata semua dalam kalimat tersebut dinamakan dengan pembilang. Kemudian kata manusia berkedudukan sebagai subyek, sedang adalah merupakan kopula. Adapun predikat di sini diwakili oleh kata fana . [2] Proposisi adalah istilah yang digunakan untuk kalimat pernyataan yang memiliki arti penuh dan utuh. [3] Hal ini berarti suatu kalimat harus dapat di percaya , disangkal, atau dibuktikan benar tidaknya. Singkatnya, proposisi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang dapat