Skip to main content

HOAX


HOAX! My Position???


PENDAHULUAN
Sejarah Indonesia menorehkan catatan kelam, tahun 2016 disebut sebagai tahun yang mengerikan dalam penyeberan kabar sesat. Pemerintah diminta begerak cepat menangani masalah ini, karena banjir info sesat tersebut ini sudah merisaukan dan negerikan. Efek hasutan HOAX sudah mengkuatirkan, opini sosial dimasyarakat beraroma prasangka, hasutan, kebencian, ketidakpercayaan, saling balas, saling curiga-mencurigai, meluas sampai ke ruang-ruang privat. Informasi sesat HOAX berseliweran di berbagai media sosial menjadi konsumsi publik yang telanjang tanpa filter dan tanpa batas – mulai anak-anak, dewasa, dan orangtua. Mulai dari pedagang asongan dipinggir jalan, sekolah-sekolah, pasar-pasar hingga perkantoran-perkantoran. Dipercakapkan dengan berbagai sikap, perasaan gamang, sedih, miris, kuatir, benci, amarah, cekikikan, merona malu dan sebagainya.
Namun, setelah direnungkan Hoax, sama sekali bukan hendak berbagi perasaan mengembirakan dan positif melainkan Hoax bertujuan sangat negatif dibalik kecanggihan hasil edit dan teks-teks provokatif yag ditampilkan. Efek hasutan Hoax setidaknya tampak pada dua kasus melukai di negeri tercinta kita, sebut saja, kasus pembakaran Vihara dan Kelenteng di Tanjung Balai Sumatera Utara, Juli tahun 2016 lalu, masyarakat seperti laron dengan cepat berkumpul dalam amarah akibat hasutan Hoax melalui media sosial. Lainnya terjadi di Depok Jawa Barat, medio Desember 2016. Dua orang meregang nyawa tewas dan satu orang kritis gara-gara tawuran yang disulut kabar bohong menyesatkan.
Belum lagi. Genderang perang atas nama “penistaan agama” yang kicauan Hoaxnya nyaring dan membahana sehingga suasana DKI menjadi panas dan berbuntut pada aksi massa turun jalan 211 (aksi demo 2 November 2016) dan 212 (demo 2 Desember 2016).
Terlalu meresahkan sehingga secara nasional Hoax berpotensi sebagai media penyebar fitna dan kebencian dengan agenda tersembunyi memecah belah dan menyulut caos bagi umat manusia oleh tangan-tangan tidak bertanggungjawab dan tanpa hati nurani.
Secara nasional RI-1 dalam beberapa kali pidatonya sebagai seorang negarawan yang santun, Presiden RI Bp. Ir. Joko Widodo, menyerukan,
"Jangan menghasut, jangan memfitnah, jangan menyebarkan kabar bohong, jangan menyebarkan ujaran kebencian. Itu yang selalu saya sampaikan di mana-mana kan,"
Menurut Presiden Joko Widodo, penyebaran hoax baru bisa dibabat habis jika masyarakat sudah benar-benar menerapkan budaya baru dalam berkomunikasi, baik di kenyataan maupun di dunia maya. Budaya baru itu salah satunya adalah mulai membangun nilai-nilai kesopanan dan kesantunan dalam berucap serta menyampaikan ujaran-ujaran di media sosial.  Bagaimana kita menyikapi dan bagaimana posisi kita? Sebagai penikmat atau korban Hoax?

DEFINISI HOAX
Arus berita palsu semakin tidak terbendung di dalam dunia maya. Kemajuan teknologi media sosial dalam meracikdan membumbuiberita bohong berdampak besar sebagai alat memecah-belah persatuan dan kesatuan, menumbuhkan kebencian dan kemarahan, dan hal-hal yang merugikan individu maupun kelompok. Arus berita palsu dalam media sosial yang sedang marak berkembang pada saat ini dikenal dengan istilah HOAX.

Apakah HOAX itu?
Hoax adalah pemberitaan palsu dimana maksud dan tujuan utamanya adalah usaha untuk “memelintir”, menipu atau mengakali pembaca/pendengarnya untuk mempercayai sesuatu, padahal sang pencipta berita palsu tersebut mengetahui bahwa berita yang disebarkan tersebut merupakan kabar sesat dan berita palsu.[1] Pemberitaan palsu yang paling umum salah satunya yaitu, mengklaim sesuatu kejadian atau barang dengan suatu sebutan yang berbeda dengan kejadian/barang yang sebenarnya. Pemberitaan palsu yang paling umum salah satunya yaitu mengklaim sesuatu kejadian atau barang dengan suatu sebutan yang berbeda dengan kejadian/barang yang sebenarnya.
Hoax tidak bisa dibiarkan karena hoax materi utamanya merupakan fitnah, mencela, menghasut dan tidak bisa dibiarkan berkembang. Masyarakat perlu lebih kritus dalam membaca suatu berita dalam media sosial dan perlu lebih kritis dalam menganalisa kebenaran berita itu, terutama dalam memberikan suatu tanggapan maupun dalam memberikan respon. Namun celakanya, banjir info Hoax ini dimasyarakat tidak mampu diimbangi dengan daya kritis, akibatnya masyarakat mudah terprovokasi terpancing judul dan isi yang provokatif.

Asal Mula HOAX
Fenomena kabar bohong yang dikenal dengan hoax semakin riuh ramai sering terdengar di tengah-tengah masyarakat pada masa sekarang ini. Genderang nyaring kicauan hoax yang dikonsumsi tanpa batas melalui Media sosial dan meracuni kehidupan publik menjadi viral tak terbendung, tentunya ada yang melatar belakangi dan sejarah panjang dari penyebaran hoax yang sangat fenomenal di dunia masa kini.
Hoax telah ada sebelum era 1600-an. Informasi pada era itu pada umumnya disebarkan tanpa komentar. Pembaca pada masa itu bebas menentukan validitas informasi berdasarkan pemahaman, kepercayaan/agama, maupun penemuan ilmiah terbaru saat itu.Hoax pada saat itu terbentuk karena spekulasi. Masa Benyamin Franklin, 17 Oktober 1745, mengenai bantuan pengobatan alternatif dari negeri China yang bisa digunakan untuk mengobati epidemi penyakit rabies, kanker, dan penyakit mematikan lain, ternyata bantuan tersebut terbuat dari tanduk rusa dan tidak memiliki kemampuan medis apapun. Penulis Jonatan Swift menggunakan hoax mengenai prediksi astrologi pada 1 April 1708, yang dikenal sebagai April Fools’ Day. Ia pun menggunakan  strategi hoax untuk menerbitkan cerita berjudul Travels Into Several Remote Nations of the World.[2]
Hoax semakin mengalami perkembangan pesaat di permulaan abad XIX. Komunitas sains yang di Amerika Serikat memicu perkembangan hoax. Para ilmuwan menerbitkan dan  mempublikasikan penemuannya melalui hoax yang menggemparkan.[3]
Info sesat hoax merupakan hal yang sangat tercela dan tindakan yang tidak bertanggung-jawab di negara Demokrasi Indonesia. Sebagai warga negara yang baik kita wajib saling menjaga kesatuan dan tidak mudah terpecah-belah akibat hoax.  Oleh karenanya, setiap warga-negara yang baik dan mencintai keutuhan dan kedamaian NKRI sebagai prioritas harus berperan aktif menjunjung tinggi hak-hak warga negara untuk dapat mengadakan perlawanan menolak penyebaranhoaxdan mensosialisasikan budaya anti-hoax dimasyarakat luas. Hoax merupakan jembatan pemicu kebencian, ketidakpercayaan, pemecah belah persatuan dan biang kerusuhan.

Siapa Penulis HOAX?
Secara umum ada dua kelompok besar situs penyebar kabar pelintiran Hoax di Indonesia. Pertama, akun pribadi dan situs yang terafiliasi ke partai politik. Mereka gigih “menggoreng” berita untuk kepentingan afiliasinya. Kelompok-kelompok seperti ini sebut saja contohnya antara lain; Portal Piyungan (awalnya bernama PKS Piyungan), VOA Islam, dan Era Muslim, yang telah di blokir pemerintah melaluiKementerian Komunikasi dan Informatika. Data World Traffic menunjukkan, situs Piyungan sebelum diblokir dikunjungi 300.000 orang per-hari. Situs ini menangguk iklan US$ 100 per hari, US$ 36.500 setahun atau setara dengan Rp 485.000.000. Kedua, situs yang memang berusaha mengerukkeuntungan komersial dari produk Hoax yang dipostingnya. Sebut saja yang terdeteksi dan terpublikasi misalnya: Posmetro, Nusanews, dan NBC Indonesia termasuk kelompok ini. mereka di blokir pemerintah berdasarkan Peraturan Menteri Kominfo nomor 19 tahun 2014 tentang internet sehat. Situs-situsHoax semacam ini gemar dan sengaja meramu fakta dengan fiksi, ditambah judul dan opini yang provokatif. Riset Komunitas Masyarakat Anti Hoax menunjukkan situs sejenis ini memanen keuntungan bersih via iklan Rp 600.000.000 – 700.000.000 setahun.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi penulis hoax sangat dipengaruhi juga oleh faktor ekonomi, disamping ada ketidak-puasan yang dirasakan terhadap kelompok-kelompok tertentu karena pertarungan antar kepentingan. Dalam hal psikologi, penulis hoax cenderung menunjukan citra diri yang lemah, negatif dan tidak memiliki integritas yang kuat. Segala bentuk tulisan dan proses penyebaran sesungguhnya mencerminkan bahwa seseorang tersebut adalah pribadi yang labil dan tidak konsisten, hal ini sangat kentara tergambar melalui isi tulisannya dan keinginan-keinginannya yang bertujuan membuat orang lain merasa terganggu dan terprovokasi. Sesungguhnya dapat kita katakan bahwa penulis hoax adalah pribadi yang menguasai dan mumpuni dalam perkembangan teknologi, namun “sakit” dalam hal memanfaatkannya artinya, menggunakan kemajuan untuk kepentingan negatif dan merusak tatanan informasi yang benar sehingga masyarakat menjadi bingung dan resah.
Faktor ekonomi dan psikologi sangat besar pengaruhnya dalam mengenal siapa penulis hoax itu, latar belakang dan tujuan si penulis akan nampak jelas melalui isi tulisannya sehingga dapat dikenal secara samar-samar pelaku penulis hoax yang membuat berita-berita bohong serta menyebarnya untuk kepentingan dan keuntungan si penulis beserta kelompoknya. Mengenal penulis hoax  dan isinya menuntut kita untuk selektif dan hati-hati dalam membangun relasi, sebab terkadang para aktor penulis hoax ini kadang menipu kita dengan penampilan luarnya yang seakan-akan baik padahal dalam pikiran hatinya ada rencana yang jahat untuk dilakukan dan disebarkan. Mereka layaknya “teroris” atau “virus mematikan” yang siap menyerang saat ada kesempaan, dan siap meledakan “bom” mereka untuk membuat banyak orang panik, takut, dan resah.
Oleh karena itu, berhati-hatilah saat ingin mengenal penulis hoax. Cara mengenal mereka dari setiap perkataan yang mereka ungkapkan dan apa rencana mereka kedepan, selain kenal juga siapa kelompok mereka dan apa kepentingan yang hendak mereka bangun. Dengan demikian, maka kita mampu berperan sebagai  filter dalam berelasi, muali dari mengakses informasi dan menjadi filter dalam mempercayai sebuah informasi apakah itu benar-benar valid ataukah tidak sehingga kita tidak mudah dibodohi, dibohongi dan dimanfaatkan oleh para aktor dan aktris hoax.

Kapan HOAX mulai muncul?
Sebagaimana kita ketahui Hoax merupakan perbincangan yang hangat di media massa atau media sosial yang belakangan dianggap sangat meresahkan masyarakat. Setiap saat tak kenal waktu dan dimana saja orang bisa membuat, menerima dan menyebarkan hoax tersebut. Sebagai contoh yang lagi “booming” saat ini adalah hoax di media sosial/internet termasuk handphone. Setiap kita buka handphone  dan surfing internet maupun open sosmedkita, maka dalam hitungan detik akan bermunculan berita-berita di berbagai aplikasi (fb,line,path,dll) yang tersedia di hp kita. Atau kita sendiri yang menyebarkan berita sesuka hati karena belum dibuat standar.
Untuk menyebarluaskan hoax tidak perlu lama dan bingung mau disebarkan di media apa  dan berapa lama masa berlakunya. Internet terbuka dalam 24 jam karena “dunia dalam genggaman tangan manusia” (Smartphone android yang menjadi trend masa kini). Kapan pun dimana pun mudah mengaksesnya – mulai dari info cemilan kuliner, sosial, traveling, dan politik segera menyergap. Dan tak sanggup dihindarkan adalah teraksesnya Hoax. Menu Hoax yang tersaji dan terinfokan tidak lain dan tidak bukan bertumpu pada opini “bandar” mereka yang memiliki pengaruh dan kuku tajam di jejaring sosial. Kabar bohong yang beredar di media sosial menjadi besar ketika diambil oleh situs atau pelaku kharismatis terkemuka yang memiliki banyak pengikut.
Ketika ada berita yang terbaru dan banyak dibicarakan maka itu dalam hitungan sepersekian detik akan sampai ke pasar dunia internet. Mengunakan teknik menulis picisan dan dengan gaya bahasa hyperbola. Berita tersebut menjadi viral dan meluas di dunia internet (maya). Saat itu pula semakin berseliweran tiada terbendung  berita-berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Yang dikonsumsi dan dinikmati khalayak banyak sebagai “kebenaran” atau sekedar iseng sebagai kesenangan pribadi.
Jadi kesimpulannya Hoax itu tersebar dengan mudah di internet karena dimanapun dan kapan pun bisa diakses (oleh penikmat atau pelaku hoax). Selain itu tersebar luas, hoax menjadi viral trandingtopik ketika suatu berita dianggap tergress dan seru ditambah ketika berita tersebut diambil oleh situs atau pelaku terkemuka yang memiliki banyak pengikut.

HOAX? Baik atau Buruk?
Zaman sekarang, informasi memang sangat mudah di dapat. Orang –orang bisa dengan mudah mengakses informasi apa saja, kapan saja dan dari mana saja. Saking banyakya informasi yang di dapat pasti hampir susah untuk kita membedakan mana berita yang benar dan menalar mana yang salah atau Hoax.
Ternyata awal mula trend penyebutan istilah Hoax berasal dari tayangan film Hoax (2006). Film drama  Amerika ini dinilai cukup kontroversial, karena dinilai sebagai salah satu film yang sarat kebohongan. Kemudian Hoax mulai jadi viral di dunia dan merajalela,termasuk di Indonesia.
Berjayanya Hoax juga karena tumbuhnya ketidakpercayaan orang terhadap media mainstream. Ada keyakinan, media besar yang kebanyakan milik pengusaha dan konglomerat tak lagi independen karena sarat kepentingan bisnis dan politik. Penilaian umum ini ini sayangnya  disikapi dengan berbalik arah meninggalkan pusat informasi mainstream, lalu berpaling pada situs yang rajin menebar berita hoax, atmosferpun pekat dengan kabut hasutan.
Ada beberapa alasan mengapa Hoax gampang dipercayai:
1.    Tidak kritis dan malas kroscek.
Kritis itu masalah pola pikir, kita sering tidak terlatih berpikir kritis dan nalar ilmiah, kurang rasa keingintahuannya, karena kebiasaan sejak kecilsepertiitu, mungkinsajakitajaditerbiasauntukmenerimamentah-mentah apa berita yang disodorkan tanpa menyadari bahayanya.
2.    Ada kaitandengan SARA
Percaya atau tidak, kalau hoax berkaitan dengan sebuah kepercayaan yang kita pegang atau anut, maka kebohongannya akan lebih cepatditerima
3.    Tingkat popularitasinformasi
Setelah berita hoax bisa dengan mudah disebarluaskan, lama kelamaan kita akan menjadi terbiasa. Jika sudah dalam keadaan kebal, saking seringnya memperoleh berita palsu, maka bisa saja mata dan hati kita menjadi tertutup pada kebenaran yang ada. Wah ini jelas bisa lebih bahaya lagi itu, sebab kita akan menjadi apaptis (tidak peduli), mengabaikan kesalahan.
4.    Ketertarikan
Kita memang mudah tertarik dengan berita hoax karena topiknya yang menarik dan unik. Berita palsu biasanya dibuat dengan judul semenarik mungkin agar banyak yang membaca. Factor pendidikan juga mempengaruhi cara berpikir dan bersikap seseorang, termasuk bagaimana merespon sebuah informasi yang masuk.
5.    Percaya media yang tidakkredibel
Apakah kita sadar bahwa biasanya berita hoax berawal dari postingan di media social atau blog-blog yang tidak jelas pemiliknya? Karena menurutnya, informasi seperti itu tidak akan mungkin dimuat di madia yang jelaskredibilitasnya. Karena media kredibel pasti akan selalu melakukan cek dan ricek informasi. Sebagai netizen kita juga harus cerdas. Setelahmembacasuatupostinganatauartikelapapun di internet, lihat darimana sumbernya berasal, apakah situs itu cukup valid dan bisa dipercaya.

Mengapa berita-berita Hoax sangat laris
Kini berita palsu semacam ini jamak kita temui, utamanya setelah media social menjamur. Pembaca sekaligus menjadi loper media, turut menjalankan di linimasa, korbannya pun tak pandang bulu, mulai dari awam yang percaya teori bumi datar, hingga menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin, yang terkecoh soal biaya visa haji.
Berita Hoax selalu mempunyai ciri utama berita yang sensasional. Kabar yang ditulis selalu ajaib, hyperbola, dan menakjubkan, tak jarang pula memancing kemarahan.
Jonah Berger, professor bidang marketing dari University of Pennsylvania yang mengkhususkan diri pada getok tular ( word of mouth ) dan pengaruh social mendeteksi, pilihan konten mempengaruhi  cepatnya penyebaran sebuah konten. Berger meneliti empat jenis muatan konten : marah, humor, sedih, dan senang. Hasilnya  ditemukan, konten marah paling cepat menyebar (viral). Sama halnya saat kita marah, kita lebih mudah berteriak, tulisnya dalam buku yang bertajuk Contagius.
Tak heran, konten-konten yang memancing kemarahan mudah menyebar dari pada konten yang memancing respons lain. Konten yang memancing kemarahan ini diolah untuk kebutuhan lain. Motif yang paling jelas adalah motif ekonomi.
Factor lain penyebab kabar palsu mudah menjadi viral adalah urusan psikologis, yang dikenal dengan Dunning-Kruger effect. Hasil penelitian menunjukkan, dalam konteks psikologi, makin minim pengetahuan atau pengalaman sesorang di suatu bidang,justru makin tinggi rasa percaya diri. Bahkan level ke-pede-annya, melebihi para ahli. Orang-orang menengah, dengan tingkat rasa percaya dirinya paling rendah. Para ahli berpendapat, justru tak dapat disepelekan orang-orang “menengah” yang awam pengetahuannya. Mengapa? Dengan saringan fakta yang lebih longgar, orang-orang awam lebih mudah mempercayai informasi yang mereka terima, bahkan juga pede membagikannya, layaknya seseorang yang ‘dermawan’ suka berbagi maka ada perasaan puas dan bangga. Maka jangan heran bila teori “bumi datar” masih eksisi.
Selain hal tersebut salah satu yang juga menjadi pemicu mengapa berita Hoax gampang dipercayai adalah factor kemampuan membaca. Sebuah penelitian menyatakan bahwa berhadapan dengan internet butuh kemampuan membaca secara komprehensif. Penelitian di Amerika yang melibatkan 11 orang anak setingkat SD itu menyatakan, keberhasilan menarik informasi dari internet melalui membaca, butuh kemampuan kompleks, kemampuan-kemampuan itu, mensyaratkan tingkat literasi yang tinggi. Semakin rendah kemampuan literasi sesorang semakin sulit membedakan mana yang hoax dan bukan.
Beda Hoax dengan Fake News:
Berita Palsu “Hoax”
Berita Rekayasa “Fake News”
Berita bohong atau palsu
Faktanya tidak ada dan tidak mendasar
Peristiwa dilebih-lebihkan atau dihilangkan (edit) bagian tertentu
Foto hasil penyuntingan atau kolase
Tulisan atau teks tidak sesuai dengan gambar

Judul tidak sesuai dengan berita.

Peristiwa lama yang dimuat kembali untuk mendukung isu yang sedang ramai dan seolah-olah itu peristiwa terkini.

Foto peristiwa lain diubah untuk mendukung isu yang sedang ramai



TANGGAPAN ALKITAB TENTANG HOAXS
Kebenaran memiliki banyak nilai-nilaipenting. Kebenaran adalah dasar untuk sebuah kepercayaan, integritas, iman, keamanan dan stabilitas. Pada waktu kebenaran diganti dengan kebohongan, maka nilai-nilai tersebut menjadi hancur dan menghilang sampai pada level terendah dari kehidupan orang tersebut. Di sisi lain, kebohongan adalah teman baik dari ketidak-percayaan, kecurigaan, keraguan, kekacauan, pertikaian, dendam, kebencian dan kemarahan. Kapanpun kebohongan menggantikan kebenaran, teman baik kebohongan akan menyingkirkan kebenaran.
Erosi kebenaran melemahkan semua hubungan tatkala kebohongan disuntikkan. Tidak ada satu hubungan apapun bisa bertahan atau berhasil jika dasar dari hubungan tersebut adalah kebohongan. Larangan berbohong telah tertulis di Sepuluh Hukum Tuhan “Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu .... “(Kel. 20:16). Tuhan Allah secara konsisten dan tegas sangat membenci lidah dusta (Amsal 6:17). Semua pendusta akan mendapatkan bagian mereka di dalam lautan api dan belerang (Why. 21:8). Alkitab menekankan pada seriusnya konsekwensi-konsekwensirohanisebagaiakibatdaribermain-main denganketidak-benaran. Jadi, mengapa kebenaran itu sangat penting?

Pertama, kebenaranmenghubungkankitadenganTuhan.
Pusat perhatian Tuhan akan kebenaran ada dalam sifat-Nya sendiri. Mazmur 31:5 mengatakan, “Tuhan adalah benar”. Titus 1:2 mengatakan “Tuhan yang tidak berdusta”. Dan masih banyak lagi ayat-ayat Alkitab lainnya yang menunjukkan bahwa kebenaran adalah karakter Tuhan. Oleh karena itu, komitmen tentang kebenaran sangat berhubungan erat dengan sifat-sifat Tuhan dan pengajarannya.
Kedua, kitadiselamatkan (ditebus) supayakitabisa hidup sesuai dengan gambaran/sifat-sifat-Nya.
Tujuan kita hidup di dunia ini sebagai anak-anak Tuhanadalahuntukmenjadi serupa dengan gambaran anak-Nya: Yesus Kristus (Roma 8:29).  Jika kita ikut serta dalam kebohongan, kita telah merusak tujuan mulia keselamatan kita dan kita telah menodai gambaran kemuliaan Tuhan dalam diri Kita.
Ketiga, mengatakan sesuatu yang benar sama dengan ketaatan kita pada kehendak Tuhan.
Firman Tuhan memerintahkan kita untuk mengatakan kebenaran tanpa berbohong dengan alasan apapun juga dan dengan resiko apapun. Amsal 13:5 berkata, “Orang benar membenci dusta”. Kolose 3:9 mengatakan, “Janganlah kamu saling mendustai”.
Kesimpulannya, Alkitab (Firman Tuhan) menegaskan bahwa perintah larangan berbohong atau berdusta ini adalah mutlak, tidak bisa ditawar.







1.       www.temukan pengertian.com/2013/06/pengertian-hoax.html. diakses tanggal 19 Januari 2017 pukul. 21.00
2.       Industri.bisnis.com/read/20170114/105/619451/ini-sejarah-hoax-dari-masa-ke-masa. Diakses tanggal 19 Januari 2017 pukul. 21.10.
3.       Industri.bisnis.com/read/20170114/105/619451/ini-sejarah-hoax-dari-masa-ke-masa. Diakses tanggal 19 Januari 2017 pukul. 21.10.

Comments

Popular posts from this blog

IPTEK DALAM ALKITAB

I.                    PENDAHULUAN A.      Latar Belakang Metode ilmiah sering digunakan dalam pembahasan tentang pendidikan. Riset dan metode ilmiah merupakan metode pemecahan masalah yang mengacu pada berpikir reflektif yaitu berpikir menemukan masalah serta memecahkannya melalui kegiatan yang bertahap. Ilmu pendidikan adalah sistem pengetahuan tentang pendidikan yang diperoleh melalui riset. [1] Proses perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini merupakan hasil dari penemuan dan penelitian yang dilakukan manusia sebelumnya. Sebenarnya perkembangan tersebut diawali dengan rasa keingintahuan manusia yang sangat besar bahkan Paul Leady mengatakan bahwa ” Man is curious animals ”. [2] Keingintahuan tersebut yang mendorong manusia untuk berupaya menjawab kenyataan-kenyataan alamiah yang ada di dunia ini lewat berbagai cara, dan hal ini mendorong perkembangan ilmu dan pengetahuan. Selaras dengan asal katanya Sains berasal dari bahasa Latin “scieantia” dan terbentuk ka

GEREJA METHODIST INDONESIA

I.PENDAHULUAN A. Latar belakang Methodisme datang ke Indonesia pertama kali pada tahun 1905 setelah para misionaris Amerika mulai bekerja di Malaysia dan Singapura . Gereja Methodis di Indonesia saat itu adalah satu-satunya gereja yang tidak dimulai oleh para misionaris Belanda ataupun Jerman . Di Indonesia, para misionaris Amerika mulai bekerja di Jawa , Kalimantan , dan Sumatera . Pada tahun 1913 , setelah datangnya Bishop J. Robinson , konferensi yang pertama pun diselenggarakan di Sumatera Utara. Pada saat itu, Gereja Methodist dikenal sebagai gereja yang unik karena ini adalah satu-satunya gereja Protestan yang anggota-anggotanya terdiri atas suku Batak dan suku Tionghoa Indonesia, sementara gereja-gereja Protestan lainnya saat itu pada umumnya tersegregasi. Gereja Methodist Indonesia (GMI) adalah satu-satunya gereja di Indonesia yang hadir bukan sebagai hasil pekabaran Injil misi Belanda dan Jerman. Methodist adalah hasil pelayanan misionaris dari Amerika yang b

Makalah Proposisi Hipotesis

Tugas Kelompok Logika Dosen Pengampuh: Lydia Tumampas oleh, Budi Makaado Mormin Malatunduh Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN) Manado II. PEMBAHASAN A.     Proposisi Dalam ilmu logika, proposisi mempunyai tiga unsur yakni [1] : Subyek , perkara yang disebutkan adalah terdiri dari orang , benda , tempat, atau perkara. Predikat adalah perkara yang dinyatakan dalam subjek. Kopula adalah kata yang menghubungkan subjek dan predikat . Contohnya kalimat Semua manusia adalah fana . Kata semua dalam kalimat tersebut dinamakan dengan pembilang. Kemudian kata manusia berkedudukan sebagai subyek, sedang adalah merupakan kopula. Adapun predikat di sini diwakili oleh kata fana . [2] Proposisi adalah istilah yang digunakan untuk kalimat pernyataan yang memiliki arti penuh dan utuh. [3] Hal ini berarti suatu kalimat harus dapat di percaya , disangkal, atau dibuktikan benar tidaknya. Singkatnya, proposisi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang dapat