HOAX! My Position???
PENDAHULUAN
Sejarah Indonesia menorehkan catatan kelam,
tahun 2016 disebut sebagai tahun yang mengerikan dalam penyeberan kabar sesat.
Pemerintah diminta begerak cepat menangani masalah ini, karena banjir info
sesat tersebut ini sudah merisaukan dan negerikan. Efek hasutan HOAX sudah
mengkuatirkan, opini sosial dimasyarakat beraroma prasangka, hasutan,
kebencian, ketidakpercayaan, saling balas, saling curiga-mencurigai, meluas
sampai ke ruang-ruang privat. Informasi sesat HOAX berseliweran di berbagai
media sosial menjadi konsumsi publik yang telanjang tanpa filter dan tanpa
batas – mulai anak-anak, dewasa, dan orangtua. Mulai dari pedagang asongan
dipinggir jalan, sekolah-sekolah, pasar-pasar hingga perkantoran-perkantoran.
Dipercakapkan dengan berbagai sikap, perasaan gamang, sedih, miris, kuatir,
benci, amarah, cekikikan, merona malu dan sebagainya.
Namun, setelah direnungkan Hoax, sama sekali
bukan hendak berbagi perasaan mengembirakan dan positif melainkan Hoax
bertujuan sangat negatif dibalik kecanggihan hasil edit dan teks-teks
provokatif yag ditampilkan. Efek hasutan Hoax setidaknya tampak pada dua kasus
melukai di negeri tercinta kita, sebut saja, kasus pembakaran Vihara dan
Kelenteng di Tanjung Balai Sumatera Utara, Juli tahun 2016 lalu, masyarakat
seperti laron dengan cepat berkumpul dalam amarah akibat hasutan Hoax melalui
media sosial. Lainnya terjadi di Depok Jawa Barat, medio Desember 2016. Dua
orang meregang nyawa tewas dan satu orang kritis gara-gara tawuran yang disulut
kabar bohong menyesatkan.
Belum lagi. Genderang perang atas nama
“penistaan agama” yang kicauan Hoaxnya nyaring dan membahana sehingga suasana
DKI menjadi panas dan berbuntut pada aksi massa turun jalan 211 (aksi demo 2
November 2016) dan 212 (demo 2 Desember 2016).
Terlalu meresahkan sehingga secara nasional
Hoax berpotensi sebagai media penyebar fitna dan kebencian dengan agenda
tersembunyi memecah belah dan menyulut caos
bagi umat manusia oleh tangan-tangan tidak bertanggungjawab dan tanpa hati
nurani.
Secara nasional RI-1 dalam beberapa kali
pidatonya sebagai seorang negarawan yang santun, Presiden RI Bp. Ir. Joko
Widodo, menyerukan,
"Jangan menghasut, jangan memfitnah, jangan menyebarkan kabar
bohong, jangan menyebarkan ujaran kebencian. Itu yang selalu saya sampaikan di
mana-mana kan,"
Menurut Presiden Joko Widodo, penyebaran hoax baru bisa dibabat habis jika
masyarakat sudah benar-benar menerapkan budaya baru dalam berkomunikasi, baik
di kenyataan maupun di dunia maya. Budaya baru itu salah satunya adalah mulai
membangun nilai-nilai kesopanan dan kesantunan dalam berucap serta menyampaikan
ujaran-ujaran di media sosial. Bagaimana kita menyikapi dan bagaimana posisi
kita? Sebagai penikmat atau korban Hoax?
DEFINISI HOAX
Arus berita palsu semakin tidak terbendung di
dalam dunia maya. Kemajuan teknologi media sosial dalam meracikdan membumbuiberita
bohong berdampak besar sebagai alat memecah-belah persatuan dan kesatuan,
menumbuhkan kebencian dan kemarahan, dan hal-hal yang merugikan individu maupun
kelompok. Arus berita palsu dalam media sosial yang sedang marak berkembang
pada saat ini dikenal dengan istilah HOAX.
Apakah HOAX itu?
Hoax adalah pemberitaan palsu dimana maksud dan tujuan utamanya adalah usaha
untuk “memelintir”, menipu atau mengakali pembaca/pendengarnya untuk
mempercayai sesuatu, padahal sang pencipta berita palsu tersebut mengetahui
bahwa berita yang disebarkan tersebut merupakan kabar sesat dan berita palsu.[1]
Pemberitaan palsu yang paling umum salah satunya yaitu, mengklaim sesuatu
kejadian atau barang dengan suatu sebutan yang berbeda dengan kejadian/barang
yang sebenarnya. Pemberitaan palsu yang paling umum salah satunya yaitu
mengklaim sesuatu kejadian atau barang dengan suatu sebutan yang berbeda dengan
kejadian/barang yang sebenarnya.
Hoax tidak bisa dibiarkan karena hoax materi utamanya merupakan fitnah, mencela,
menghasut dan tidak bisa dibiarkan berkembang. Masyarakat perlu lebih kritus
dalam membaca suatu berita dalam media sosial dan perlu lebih kritis dalam
menganalisa kebenaran berita itu, terutama dalam memberikan suatu tanggapan
maupun dalam memberikan respon. Namun celakanya, banjir info Hoax ini
dimasyarakat tidak mampu diimbangi dengan daya kritis, akibatnya masyarakat
mudah terprovokasi terpancing judul dan isi yang provokatif.
Asal Mula HOAX
Fenomena kabar bohong yang dikenal dengan
hoax semakin riuh ramai sering terdengar di tengah-tengah masyarakat pada masa
sekarang ini. Genderang nyaring kicauan hoax yang dikonsumsi tanpa batas
melalui Media sosial dan meracuni kehidupan publik menjadi viral tak
terbendung, tentunya ada yang melatar belakangi dan sejarah panjang dari
penyebaran hoax yang sangat fenomenal
di dunia masa kini.
Hoax telah ada sebelum era 1600-an. Informasi pada era itu pada umumnya
disebarkan tanpa komentar. Pembaca pada masa itu bebas menentukan validitas
informasi berdasarkan pemahaman, kepercayaan/agama, maupun penemuan ilmiah
terbaru saat itu.Hoax pada saat itu
terbentuk karena spekulasi. Masa Benyamin Franklin, 17 Oktober 1745, mengenai
bantuan pengobatan alternatif dari negeri China yang bisa digunakan untuk
mengobati epidemi penyakit rabies, kanker, dan penyakit mematikan lain,
ternyata bantuan tersebut terbuat dari tanduk rusa dan tidak memiliki kemampuan
medis apapun. Penulis Jonatan Swift menggunakan hoax mengenai prediksi
astrologi pada 1 April 1708, yang dikenal sebagai April Fools’ Day. Ia pun
menggunakan strategi hoax untuk
menerbitkan cerita berjudul Travels Into
Several Remote Nations of the World.[2]
Hoax semakin mengalami perkembangan pesaat di permulaan abad XIX. Komunitas
sains yang di Amerika Serikat memicu perkembangan hoax. Para ilmuwan
menerbitkan dan mempublikasikan penemuannya
melalui hoax yang menggemparkan.[3]
Info sesat hoax merupakan hal yang sangat
tercela dan tindakan yang tidak bertanggung-jawab di negara Demokrasi
Indonesia. Sebagai warga negara yang baik kita wajib saling menjaga kesatuan
dan tidak mudah terpecah-belah akibat hoax. Oleh karenanya, setiap warga-negara yang baik
dan mencintai keutuhan dan kedamaian NKRI sebagai prioritas harus berperan
aktif menjunjung tinggi hak-hak warga negara untuk dapat mengadakan perlawanan
menolak penyebaranhoaxdan
mensosialisasikan budaya anti-hoax dimasyarakat luas. Hoax merupakan jembatan pemicu kebencian, ketidakpercayaan, pemecah
belah persatuan dan biang kerusuhan.
Siapa Penulis HOAX?
Secara umum ada dua kelompok besar situs
penyebar kabar pelintiran Hoax di Indonesia. Pertama, akun pribadi dan situs yang terafiliasi ke partai politik.
Mereka gigih “menggoreng” berita untuk kepentingan afiliasinya. Kelompok-kelompok
seperti ini sebut saja contohnya antara lain; Portal Piyungan (awalnya bernama PKS Piyungan), VOA Islam, dan
Era Muslim, yang telah di blokir
pemerintah melaluiKementerian Komunikasi dan Informatika. Data World Traffic
menunjukkan, situs Piyungan sebelum
diblokir dikunjungi 300.000 orang per-hari. Situs ini menangguk iklan US$ 100
per hari, US$ 36.500 setahun atau setara dengan Rp 485.000.000. Kedua, situs yang memang berusaha mengerukkeuntungan
komersial dari produk Hoax yang dipostingnya. Sebut saja yang terdeteksi dan
terpublikasi misalnya: Posmetro, Nusanews,
dan NBC Indonesia termasuk kelompok ini. mereka di blokir
pemerintah berdasarkan Peraturan Menteri Kominfo nomor 19 tahun 2014 tentang
internet sehat. Situs-situsHoax semacam ini gemar dan sengaja meramu fakta
dengan fiksi, ditambah judul dan opini yang provokatif. Riset Komunitas
Masyarakat Anti Hoax menunjukkan situs sejenis ini memanen keuntungan bersih
via iklan Rp 600.000.000 – 700.000.000 setahun.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi
penulis hoax sangat dipengaruhi juga
oleh faktor ekonomi, disamping ada ketidak-puasan yang dirasakan terhadap
kelompok-kelompok tertentu karena pertarungan antar kepentingan. Dalam hal
psikologi, penulis hoax cenderung
menunjukan citra diri yang lemah, negatif dan tidak memiliki integritas yang
kuat. Segala bentuk tulisan dan proses penyebaran sesungguhnya mencerminkan
bahwa seseorang tersebut adalah pribadi yang labil dan tidak konsisten,
hal ini sangat kentara tergambar melalui isi tulisannya dan
keinginan-keinginannya yang bertujuan membuat orang lain merasa terganggu dan
terprovokasi. Sesungguhnya dapat kita katakan bahwa penulis hoax adalah pribadi yang menguasai dan
mumpuni dalam perkembangan teknologi, namun “sakit” dalam hal memanfaatkannya
artinya, menggunakan kemajuan untuk kepentingan negatif dan merusak tatanan
informasi yang benar sehingga masyarakat menjadi bingung dan resah.
Faktor ekonomi dan psikologi sangat besar
pengaruhnya dalam mengenal siapa penulis hoax
itu, latar belakang dan tujuan si penulis akan nampak jelas melalui isi
tulisannya sehingga dapat dikenal secara samar-samar pelaku penulis hoax yang membuat berita-berita bohong
serta menyebarnya untuk kepentingan dan keuntungan si penulis beserta
kelompoknya. Mengenal penulis hoax dan isinya menuntut kita untuk selektif dan
hati-hati dalam membangun relasi, sebab terkadang para aktor penulis hoax ini kadang menipu kita dengan
penampilan luarnya yang seakan-akan baik padahal dalam pikiran hatinya ada
rencana yang jahat untuk dilakukan dan disebarkan. Mereka layaknya “teroris” atau
“virus mematikan” yang siap menyerang saat ada kesempaan, dan siap meledakan
“bom” mereka untuk membuat banyak orang panik, takut, dan resah.
Oleh karena itu, berhati-hatilah saat ingin
mengenal penulis hoax. Cara mengenal
mereka dari setiap perkataan yang mereka ungkapkan dan apa rencana mereka
kedepan, selain kenal juga siapa kelompok mereka dan apa kepentingan yang
hendak mereka bangun. Dengan demikian, maka kita mampu berperan sebagai filter dalam berelasi, muali dari mengakses
informasi dan menjadi filter dalam mempercayai sebuah informasi apakah itu
benar-benar valid ataukah tidak
sehingga kita tidak mudah dibodohi, dibohongi dan dimanfaatkan oleh para aktor
dan aktris hoax.
Kapan HOAX mulai muncul?
Sebagaimana kita ketahui Hoax merupakan perbincangan yang hangat di media massa atau media
sosial yang belakangan dianggap sangat meresahkan masyarakat. Setiap saat tak
kenal waktu dan dimana saja orang bisa membuat, menerima dan menyebarkan hoax
tersebut. Sebagai contoh yang lagi “booming” saat ini adalah hoax di media
sosial/internet termasuk handphone. Setiap kita buka handphone dan surfing
internet maupun open sosmedkita, maka
dalam hitungan detik akan bermunculan berita-berita di berbagai aplikasi
(fb,line,path,dll) yang tersedia di hp kita. Atau kita sendiri yang menyebarkan
berita sesuka hati karena belum dibuat standar.
Untuk menyebarluaskan hoax
tidak perlu lama dan bingung mau disebarkan di media apa dan berapa lama masa berlakunya. Internet
terbuka dalam 24 jam karena “dunia dalam genggaman tangan manusia” (Smartphone android
yang menjadi trend masa kini). Kapan pun dimana pun mudah mengaksesnya – mulai
dari info cemilan kuliner, sosial, traveling, dan politik segera menyergap. Dan
tak sanggup dihindarkan adalah teraksesnya Hoax. Menu Hoax yang tersaji dan terinfokan tidak
lain dan tidak bukan bertumpu pada opini “bandar”
mereka yang memiliki pengaruh dan kuku tajam di jejaring sosial. Kabar bohong
yang beredar di media sosial menjadi besar ketika diambil oleh situs atau
pelaku kharismatis terkemuka yang memiliki banyak pengikut.
Ketika ada berita yang
terbaru dan banyak dibicarakan maka itu dalam hitungan sepersekian detik akan
sampai ke pasar dunia internet. Mengunakan teknik menulis picisan dan dengan gaya bahasa hyperbola.
Berita tersebut menjadi viral dan
meluas di dunia internet (maya). Saat itu pula semakin berseliweran tiada
terbendung berita-berita yang tidak
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Yang dikonsumsi dan dinikmati khalayak
banyak sebagai “kebenaran” atau sekedar iseng sebagai kesenangan pribadi.
Jadi kesimpulannya Hoax itu
tersebar dengan mudah di internet karena dimanapun dan kapan pun bisa diakses
(oleh penikmat atau pelaku hoax). Selain itu tersebar luas, hoax menjadi viral
trandingtopik ketika suatu berita dianggap tergress dan seru ditambah ketika berita tersebut diambil oleh situs
atau pelaku terkemuka yang memiliki banyak pengikut.
HOAX? Baik atau Buruk?
Zaman sekarang, informasi memang sangat mudah
di dapat. Orang –orang bisa dengan mudah mengakses informasi apa saja, kapan
saja dan dari mana saja. Saking banyakya informasi yang di dapat pasti hampir
susah untuk kita membedakan mana berita yang benar dan menalar mana yang salah
atau Hoax.
Ternyata awal mula trend penyebutan istilah Hoax
berasal dari tayangan film Hoax (2006). Film drama Amerika ini dinilai cukup kontroversial,
karena dinilai sebagai salah satu film yang sarat kebohongan. Kemudian Hoax mulai
jadi viral di dunia dan merajalela,termasuk di Indonesia.
Berjayanya Hoax juga karena tumbuhnya
ketidakpercayaan orang terhadap media mainstream.
Ada keyakinan, media besar yang kebanyakan milik pengusaha dan konglomerat tak
lagi independen karena sarat
kepentingan bisnis dan politik. Penilaian umum ini ini sayangnya disikapi dengan berbalik arah meninggalkan
pusat informasi mainstream, lalu berpaling pada situs yang rajin menebar berita
hoax, atmosferpun pekat dengan kabut hasutan.
Ada beberapa alasan mengapa Hoax gampang
dipercayai:
1.
Tidak kritis dan malas kroscek.
Kritis
itu masalah pola pikir, kita sering tidak terlatih berpikir kritis dan nalar
ilmiah, kurang rasa keingintahuannya, karena kebiasaan sejak kecilsepertiitu,
mungkinsajakitajaditerbiasauntukmenerimamentah-mentah apa berita yang
disodorkan tanpa menyadari bahayanya.
2.
Ada kaitandengan SARA
Percaya
atau tidak, kalau hoax berkaitan dengan sebuah kepercayaan yang kita pegang
atau anut, maka kebohongannya akan lebih cepatditerima
3.
Tingkat popularitasinformasi
Setelah
berita hoax bisa dengan mudah disebarluaskan, lama kelamaan kita akan menjadi
terbiasa. Jika sudah dalam keadaan kebal, saking seringnya memperoleh berita
palsu, maka bisa saja mata dan hati kita menjadi tertutup pada kebenaran yang ada.
Wah ini jelas bisa lebih bahaya lagi itu, sebab kita akan menjadi apaptis (tidak
peduli), mengabaikan kesalahan.
4.
Ketertarikan
Kita
memang mudah tertarik dengan berita hoax karena topiknya yang menarik dan unik.
Berita palsu biasanya dibuat dengan judul semenarik mungkin agar banyak yang membaca. Factor
pendidikan juga mempengaruhi cara berpikir dan bersikap seseorang, termasuk bagaimana merespon sebuah informasi yang masuk.
5.
Percaya media yang tidakkredibel
Apakah
kita sadar bahwa biasanya berita hoax berawal dari postingan di media social atau blog-blog yang
tidak
jelas pemiliknya? Karena menurutnya, informasi seperti itu tidak akan mungkin dimuat di madia yang jelaskredibilitasnya.
Karena media kredibel pasti akan selalu melakukan cek dan ricek informasi. Sebagai netizen kita juga harus cerdas. Setelahmembacasuatupostinganatauartikelapapun
di internet, lihat darimana sumbernya berasal, apakah situs itu cukup valid dan bisa dipercaya.
Mengapa berita-berita Hoax sangat laris
Kini berita palsu semacam ini jamak kita
temui, utamanya setelah media social menjamur. Pembaca sekaligus menjadi loper media, turut menjalankan di linimasa, korbannya pun tak pandang
bulu, mulai dari awam yang percaya teori bumi datar, hingga menteri Agama
Lukman Hakim Syaifuddin, yang terkecoh soal biaya visa haji.
Berita Hoax selalu mempunyai ciri utama berita
yang sensasional. Kabar yang ditulis selalu ajaib, hyperbola, dan menakjubkan,
tak jarang pula memancing kemarahan.
Jonah Berger, professor bidang marketing dari
University of Pennsylvania yang mengkhususkan diri pada getok tular ( word of mouth ) dan pengaruh social mendeteksi,
pilihan konten mempengaruhi cepatnya
penyebaran sebuah konten. Berger meneliti empat jenis muatan konten : marah,
humor, sedih, dan senang. Hasilnya
ditemukan, konten marah paling cepat menyebar (viral). Sama halnya saat
kita marah, kita lebih mudah berteriak, tulisnya dalam buku yang bertajuk Contagius.
Tak heran, konten-konten yang memancing
kemarahan mudah menyebar dari pada konten yang memancing respons lain. Konten
yang memancing kemarahan ini diolah untuk kebutuhan lain. Motif yang paling
jelas adalah motif ekonomi.
Factor lain penyebab kabar palsu mudah
menjadi viral adalah urusan psikologis, yang dikenal dengan Dunning-Kruger effect. Hasil penelitian
menunjukkan, dalam konteks psikologi, makin minim pengetahuan atau pengalaman
sesorang di suatu bidang,justru makin tinggi rasa percaya diri. Bahkan level ke-pede-annya,
melebihi para ahli. Orang-orang menengah, dengan tingkat rasa percaya dirinya
paling rendah. Para ahli berpendapat, justru tak dapat disepelekan orang-orang “menengah”
yang awam pengetahuannya. Mengapa? Dengan saringan fakta yang lebih longgar,
orang-orang awam lebih mudah mempercayai informasi yang mereka terima, bahkan
juga pede membagikannya, layaknya seseorang yang ‘dermawan’ suka berbagi maka
ada perasaan puas dan bangga. Maka jangan heran bila teori “bumi datar” masih
eksisi.
Selain hal tersebut salah satu yang juga menjadi
pemicu mengapa berita Hoax gampang dipercayai adalah factor kemampuan membaca.
Sebuah penelitian menyatakan bahwa berhadapan dengan internet butuh kemampuan
membaca secara komprehensif. Penelitian di Amerika yang melibatkan 11 orang
anak setingkat SD itu menyatakan, keberhasilan menarik informasi dari internet
melalui membaca, butuh kemampuan kompleks, kemampuan-kemampuan itu, mensyaratkan
tingkat literasi yang tinggi. Semakin
rendah kemampuan literasi sesorang semakin sulit membedakan mana yang hoax dan
bukan.
Beda Hoax dengan Fake News:
Berita Palsu “Hoax”
|
Berita Rekayasa “Fake News”
|
Berita bohong atau palsu
|
Faktanya tidak ada dan tidak mendasar
|
Peristiwa dilebih-lebihkan atau dihilangkan
(edit) bagian tertentu
|
Foto hasil penyuntingan atau kolase
|
Tulisan atau teks tidak sesuai dengan
gambar
|
|
Judul tidak sesuai dengan berita.
|
|
Peristiwa lama yang dimuat kembali untuk
mendukung isu yang sedang ramai dan seolah-olah itu peristiwa terkini.
|
|
Foto peristiwa lain diubah untuk mendukung
isu yang sedang ramai
|
|
TANGGAPAN ALKITAB TENTANG HOAXS
Kebenaran memiliki banyak nilai-nilaipenting. Kebenaran adalah dasar untuk sebuah kepercayaan, integritas, iman, keamanan dan stabilitas. Pada waktu kebenaran diganti dengan kebohongan, maka nilai-nilai tersebut menjadi hancur dan menghilang sampai pada
level terendah dari kehidupan orang tersebut. Di sisi lain, kebohongan adalah
teman baik dari ketidak-percayaan, kecurigaan, keraguan, kekacauan, pertikaian,
dendam, kebencian dan kemarahan. Kapanpun kebohongan menggantikan kebenaran,
teman
baik kebohongan akan menyingkirkan kebenaran.
Erosi kebenaran melemahkan semua hubungan tatkala kebohongan disuntikkan. Tidak ada satu hubungan apapun bisa bertahan atau berhasil jika dasar dari hubungan tersebut adalah kebohongan. Larangan berbohong telah tertulis di Sepuluh Hukum
Tuhan “Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu .... “(Kel. 20:16).
Tuhan Allah secara konsisten dan tegas sangat membenci lidah dusta (Amsal
6:17). Semua pendusta akan mendapatkan bagian mereka di dalam lautan api dan
belerang (Why. 21:8). Alkitab menekankan pada seriusnya
konsekwensi-konsekwensirohanisebagaiakibatdaribermain-main
denganketidak-benaran. Jadi, mengapa kebenaran itu sangat penting?
Pertama, kebenaranmenghubungkankitadenganTuhan.
Pusat perhatian Tuhan akan kebenaran ada
dalam sifat-Nya sendiri. Mazmur 31:5 mengatakan, “Tuhan adalah benar”. Titus
1:2 mengatakan “Tuhan yang tidak berdusta”. Dan masih banyak lagi ayat-ayat
Alkitab lainnya yang menunjukkan bahwa kebenaran adalah karakter Tuhan. Oleh
karena
itu, komitmen tentang kebenaran sangat berhubungan erat dengan sifat-sifat Tuhan dan pengajarannya.
Kedua, kitadiselamatkan (ditebus)
supayakitabisa hidup sesuai dengan gambaran/sifat-sifat-Nya.
Tujuan kita hidup di dunia ini sebagai
anak-anak Tuhanadalahuntukmenjadi serupa dengan gambaran anak-Nya: Yesus
Kristus (Roma 8:29). Jika kita ikut serta dalam kebohongan, kita telah
merusak tujuan mulia keselamatan kita dan kita telah menodai gambaran kemuliaan
Tuhan dalam diri Kita.
Ketiga, mengatakan sesuatu yang benar sama dengan ketaatan kita pada kehendak Tuhan.
Firman Tuhan memerintahkan kita untuk
mengatakan kebenaran tanpa berbohong dengan alasan apapun juga dan dengan
resiko apapun. Amsal 13:5 berkata, “Orang benar membenci dusta”. Kolose 3:9
mengatakan, “Janganlah kamu saling mendustai”.
Kesimpulannya, Alkitab (Firman Tuhan)
menegaskan bahwa perintah larangan berbohong atau berdusta ini adalah mutlak, tidak bisa ditawar.
1. www.temukan
pengertian.com/2013/06/pengertian-hoax.html. diakses tanggal 19 Januari 2017
pukul. 21.00
Comments
Post a Comment