Skip to main content

MAKALAH PENJELASAN KITAB YEREMIA DAN RATAPAN


PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam Makalah ini akan di bahas mengenai Kitab Yeremia dan Ratapan. Pada kitab Yeremia ini ada beberapa bagian yang dibahas didalamnya, diantaranya adalah kami kelompok membahas mengenai Si penulis Kitab Yeremia, kapan, dimana, panggilan, konteks sejarah serta nilai-nilai sastra yang ada pada kitab Yeremia. Disementara pada kitab Ratapan tidak berbeda jauh dengan poin-poin yang akan di bahas tentang gaya dan puisi dalam kitab Ratapan. Dan Untuk lebih jelas perlu dibaca kelanjutannya dalam makalah ini. B. Rumusan Masalah 1. Apa latar belakang kitab Yeremia dan Ratapan? 2. Penulisan kitab Yeremia dan Ratapan? 3. Apa tujuan dari kitab Yeremia dan Ratapan? 4. Bagaimana isi panggilan dalam kitab Yeremia? 5. Bagaimana Konteks sejarah dalam kitab Yeremia? 6. Apa nilai-nilai sastra yang terkandung dalam kitab Yeremia dan Ratapan? 7. Bagaimana gaya puisi dalam kitab Ratapan? C. Tujuan penulisan Makalah 1. Menjelaskan Latar belakang Kitab Yeremia dan Ratapan 2. Menggambarkan Penulisan Kitab Yeremia dan Ratapan 3. Menjelaskan tujuan dari kitab Yeremia dan Ratapan 4. Menguraikan Bagaimana isi panggilan dalam kitab Yeremia 5. Menguraikan konteks sejarah dalam kitab Yeremia 6. Menggambarkan nilai-nilai sastra yang terkandnug dalam kitab Yeremia dan Ratapan? 7. Menggambarkan bagaimana gaya puisi dalam kitab Ratapan? PEMBAHASAN KITAB YEREMIA A. Latar belakang Dari antara semua kitab nabi, hanya Kitab Yeremia yang berisi bahan cerita yang melaporkan “riwayat hidup” atau “riwayat sengsara”. Berita Yeremia disampaikan selama pemerintahan lima raja terakhir kerajaan Yehuda, yang dimulai pada “tahun yang ketiga belas dari pemerintahan Yosia, raja Yehuda” (627 SM). Yosia dinilai sebagai seorang raja yang baik dan setia. Dia melakukan pembaruan keagamaan dengan berpedoman pada gulungan kitab yang berisi sebagian dari kitab ULANGAN. Gulungan kitab ini, yang ditemukan dalam Bait Allah di Yerusalem pada sekitar tahun 621 sM, mendorong Yosia untuk memusnahkan berhala ilah-ilah asing dalam Bait Allah dan memerintahkan agar seluruh rakyat segera berbalik kepada TUHAN. Yeremia hidup kira-kira seratus tahun sesudah Nabi Yesaya, Yaitu pada abad ketujuh sebelum Masehi. Yeremia adalah anak pemberian dari Allah kepada bangsa yang sedang dilanda kemerosotan dan kehancuran. Bagian-bagian tentang riwayat hidup Yeremia dalam kitabnya membuat Yeremia dikenal lebih baik daripada nabi-nabi lainnya yang menulis. Yeremia dilahirkan di desa Anatot di sebelah utara Yerusalem (Yer 1:1;11:21,23: 29:27: 32:7-9), anak Hilkia seorang imam. Keadaan dalam rumah tangga Yeremia tidak diketahui, namun pernyataan Elison (1958: hal. 79) patut diperhatikan bahwa Yeremia mengenal dengan sangat baik nubuat-nubuat para pendahulunya, terutama Hosea. Hal ini menyatakan bahwa keluarganya mungkin termasuk keluarga-keluaga yang mempertahankan terang nubuat dalam masa kegelapan. Pewarisan ini tidak berarti bahwa keluarga Yeremia selalu mengerti dan menerima pemberitaannya. Sebaliknya masyarakat Anatot, termasuk saudara-saudara dan ayahnya, menyerang dia dengan segenap tenaga, mungkin karena ia mendukung pembaruan Yosia (Yer 11:21; 12-6). Yosia dan Yeremia kira-kra berumur sama. Yeremia menyebut dirinya seorang pemuda ketika firman Allah datang pertama kali kepadanya pada tahun ketiga belas pemerintahan Yosia, kira-kira tahun 627 sM (Yer 1:2). Jadi mungkin ia lahir segera setelah tahun 650 sM. Pelayanan Yeremia berlangsung lebih dari empat puluh tahun (sampai sesudah tahun 586 sM, ketika Yerusalem jatuh ke tangan Nebukadnezar). B. Panggilan Sebelum kelahirannya, Yeremia telah di panggil Tuhan, di desa Anatot, untuk menjadi nabi pada hari-hari terakhir kota Yerusalem. Mengenai panggilannya dapat kita baca dalam pasal 1:4-19. Ketika Yeremia dipanggil, ia mengemukakan keberatan, bahwa ia tidak pandai berbicara sebab masih muda (ay.6). Panggilan Yeremia ini membuktikan bahwa ia bukan nabi profesional, melainkan nabi individual. Tugas panggilan nabi adalah tugas yang maha berat, karena nabi harus menjadi tiang besi dan tembok tembaga (1:18). Tuhan akan menyertai nabi dalam tugasnya yang berat itu ( 1:18,:19). Sehubungan dengan panggilan itu, Yeremia mendapat penglihatan tentang sebuah periuk yang mendidik, datang dari sebelah utara (1:13). Maksudnya mungkin kerajaan babel yang ada di utara. Penglihatan itu merupakan nubuat tentang penghukuman atas Yehuda (band 4:5-8). Panggilan Yeremia membuktikan bahwa ia adalah seorang nabi yang sejati dan panggilan itu juga menetapkan warna pelayanannya: “ Lalu TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku; TUHAN berfirman kepadaku: ‘Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku kedalam mulutmu. Ketahuilah, pada hari ini aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasahkan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam.” (Yer 1:9-10). Seperti Musa, Yeremia merasa tidak pantas menerima tugas tersebut, terutama karena usianya yang masih mudah akan menghalangi penyampaian firman yang suram itu kepada para pendengar. Jelaslah pemberitaan seperti itu tidak pernah akan disukai. Kemalangan Yeremia bertambah-tambah karena kesalahpahaman dan perlawanan dari nabi-nabi palsu. Mereka lebih senang mengikuti kehendak rakyat daripada kehendak Allah sendiri. Mereka tidak mendukung ajaran Yeremia, malah menentangnya dalam membuatkan damai dan keamanan, bukan penghukuman. Yeremia dipanggil untuk mengabarkan hukuman yang akan datang dari Allah atas bangsa-Nya dan yang akan dilaksanakan dengan jatuhnya Yehuda dan Yerusalem dengan pembuangan ke Babylon . Nabi ini, yang sama seperti Hosea selalu merasai kasih Allah terhadap Israel dengan begitu kuat, dipakai sebagai utusan Allah justru pada masa yang gelap itu. Panggilan Yeremia datang pada waktu yang sangat strategis. Yosia sudah naik takhta Yehuda pada usia delapan tahun, tetapi ketika ia mencapai usia dua puluh tahun (628 sM), dilaporkan bahwa ia mulai membersihkan Yehuda dan Yerusalem dari pengaruh penyembahan kafir (II Taw. 34:3-7). C. Wataknya Pertama, Yeremia sangat jujur, terutama dalam hubungannya dengan Allah. Tidak seperti nabi-nabi palsu, ia tidak memberi jawaban-jawaban yang serba mudah. Ia berusaha memahami firman Allah dengan sepenunya dalam setiap situasi. Kedua, Yeremia berani melaksanakan apa-apa yang ia yakini. Penderitaan-penderitaan Yeremia di tangan musuh-musuhnya menunjukan bahwa tidak satu pun ancaman dari keluarganya sendiri, raja atau imam-imam membuat dia mengubah atau mengurangi pemberitaannya. Ketiga, Yeremia juga memperlihatkan kebencian yang sangat terhadap tingkah laku yang secara moral dan spiritual tidak pantas. Ledakan amarahnya atas pemujaan berhala, ketidakadilan sosial dan nubuat palsu merupakan contoh-contoh dari kemarahannya yang memang pantas demikian. Keempat, Yeremia memiliki kepekaan dan pemberitaan bangsanya serta kemanusiaan yang sejati. Kelima, ciri khas yang terakhir dan menonjol adalah pengharapan Yeremia akan masa depan. D. Penulisan Penulis : Yeremia, seperti yang didiktekan sendiri oleh Yeremia Waktu Penulisan : kira-kira 605-580 SM. Rentang Waktu : 40-47 tahun (Pelayanan Yeremia dimulai di bawah Raja Yehuda terakhir yang baik, Yosia, dan dilanjutkan di bawah empat raja lainnya yang jahat : Yoahas, Yoyakim, Yoyakhin, dan Zedekia.) Kepenulisan adalah suatu persoalan yang masih diperdebatkan yang berada di luar ruang lingkup suatu pendahuluan yang singkat. Penyangkalan akan kepenulisan Yeremia dalam beberapa perikop tergantung pada kaidah-kaidah gaya bahasanya yang tidak pasti, dan demikian pada sendirinya kaidah itupun lemah. Mengenai ringkasan dari pendapat-pendapat ini, lih E.L Young, Introduction to the Old Testament. Penulisan kitab Yeremia lebih banyak dikenal daripada penulisan kitab nubuat lainnya, walaupun pengetahuan kita tentang rinciannya belum lengkap. Sebagian pemberitaan Yeremia ditulis pada tahun keempat pemerintahan Yoyakim (kira-kira 605 sM). Tampaknya nubuat tidak bisa dituliskan pada zaman itu. Gulungan pertama yang di tulis tampaknya merangkumkan masa pelayanan Yeremia selama dua puluh tahun pertama. Kemudian muncul gulungan kedua yang bahkan lebih panjang setelah gulungan yang pertama dibakar oleh Yoyakim(Yer. 36:32). Di dalam gulungan yang kedua itu, ada banyak perubahan. Tujuan Kitab ini ditulis Tujuan kitab ini adalah mencatat berbagai nubuat Yeremia, tetapi juga memberitahukan sesuatu mengenai pribadi Yeremia dan nasibnya sebagai nabi Allah, yang harus bergumul dengan umat itu dan juga dengan Tuhan. E. Konteks sejarah a. Pemerintahan Yosia Panggilan Yeremia terjadi pada tahun ketiga belas pemerintahan raja Yosia (Yer 1:2). Walaupun satu-satunya petunjuk lain tentang pemerintahan Yosia terdapat dalam Yeremia 3:6, kelihatannya pasti paling tidak Yeremia 1-6 berasal dari masa Raja itu. b. Pemerintahan Yoahas Putra dan pengganti Yosia hanya disebutkan secara singkat dalam kitab Yeremia. Pemerintahannya yang hanya berlangsung tiga bulan diakhiri secara mendadak dan ia dibawa ke Mesir (2 Raj 23:31-35). c. Pemerintahan Yoyakim Segera setelah Elyakim naik takhta, yang dinobatkan dengan nama Raja Yoyakim. Yeremia menyerang Yoyakim karena ia melanggar ketentuan-ketentuan Kitab Perjanjian yang ditemukan oeh ayahnya. d. Pemerintahan Yoyakhin Pemerintahan Raja Yoyakhin yang berlangsung selama tiga bulan dicatat dalam 2 Raja-raja 24:8-17: serbuan terhadap Yerusalem, penangkapan raja dan keluarganya, perampasan harta rumah Allah, pembuangan para prajurit dan ahli pertukaran Yehuda. e. Pemerintahan Zedekia Raja Zedikia, putra Yosia dan paman dari Yoyakim, adalah boneka Nebukadnezar. f. Gubernur Gedalya Sejarah panjang dari penghakiman atas Yehuda mencapai mata rantai terakhir ketika Nebukadnezar menunjuk Gedalya sebagai gubernur ( Yer 40:1-16). F. Nilai-nilai sastra a. Prosa Prosa dalam kitab Yeremia mempunyai beberapa bentuk yaitu: Pertama, nubuat-nubuat berupa prosa bukan hal yang luar biasa ( Yer 7:1-8:3, 11:1-17, 17:19-27, 18:1-12, 23:1-8 ). Kebanyakan nubuat ini adalah bentuk-bentuk ucapan tentang hukuman,yang berisi tuduhan akan dosa-dosa, ancaman hukum dan rumusan pembawa berita. Kedua, salah satu ucapan tentang keselamatan yang terkenal dari Yeremia terdapat dalam bentuk prosa, yaitu nubuat tentang “perjanjian baru”. Dalam nubuat itu, yang terutama ditekankan adalah perbedaan antara perjanjian lama yang dibuat pada waktu Israel keluar dari Mesir dan perjanjian baru yang akan ditulis dalam hati umat Allah ( Yer 31:31-34 ). Ketiga, tidakan-tindakan simbolis biasanya digambarkan dalam bentuk prosa ( Yer 131-11, 16:1-18, 19:1-15, 27:1-15 ). Keempat, cerita-cerita riwayat hidup membentuk sebagian besar Kitab Yeremia. Kelima, cerita-cerita sejarah yang bukan menceritakan riwayat pribadi Yeremia melainkan menceritakan sejarah Yehuda, ditemukan dalam 39:1-18 (kejatuhan Yerusalem) dan 52:1-34 (penghancuran Rumah Allah dan rincian selanjutnya tentang pembuangan, 2 Raj 24:18-25:30). b. Puisi Pertama, ucapan penghakiman sering di jumpai, namun bentuknya lebih bervariasi daripada yang ada dalam kitab amos. Tuduhan yang di sampaikan dapat berupa peringatan ( Yer 9:4 ) adalah salah satu bentuknya Kedua, “ Kitab Penghiburan” berisikan ucapan-ucapan keselamatan, yaitu janji-janji tentang harapan dan pembebasan bagi Yehuda ( Yer 30:12-17 ). c. Gaya Sastra Ada beberapa gaya sastra Yeremia yang dapat di catat, yaitu: Pertama, dia memakai kiasan yang tajam, seperti gambarannya tentang penyelewengan seksual di Yehuda ( Yer 3:7 ) Kedua, Yeremia sering memakai pertanyaan retoris, misalnya ( Yer 2:32 ). Ketiga, seperti Yesaya dan Amos, Yeremia kelihatannya menggunakan bentuk-bentuk sastra yang biasanya dihubungkan dengan sastra hikmat, misalnya (Yer 8:7) Keempat, keluhan dalam bentuk seperti mazmur adalah bentuk sastra yang dipakai dalam pengakuan Yeremia. Kelima, Yeremia menelusuri berbagai bidang kehidupan Israel untuk memperoleh bahan –bahan yang memperkaya beritanya, misalnya ( Yer 6:1 ). G. Sumbangsih Teologis Unsur utama dalam pemahaman teologis Yeremia adalah tekanannya pada peristiwa keluaran sebagai pengalaman rohani Israel yang dominan. Di dalamnya termasuk pembebasan dari perbudakan di Mesir, perjanjian Sinai dengan kewajiban-kewajibannya yang terinci dan pendudukan di kanaan di bawah bimbingan dan kuasa Tuhan. Kebanyakan tema teologi kitab Yeremia kurang lebih bersandar pada peristiwa keluaran. KITAB RATAPAN A. Latar belakang Judul kitab kecil ini dengan tepat menggambarkan isinya.Kelima pasalnya berisi ratapan-ratapan Yehuda yang berdukacita karena hancurnya Yerusalem dan Rumah Allah pada tahun 586 SM. Kitab Ratapan merupakan kumpulan lima syair yang meratapi jatuhnya Sion (Yerusalem) serta pembuangan bangsa Israel ke Babel. Menurut tradisi pada hari kesembilan dari bulan Ab (pertengahan Juli), orang Yahudi berdukacita atas penghancuran Rumah Allah yang dibangun Salomo oleh Nebukadnezar dan juga atas penghancuran Rumah Allah yang kedua oleh Titus, seorang panglima Romawi pada tahun 70 M. Mengapa Allah yang Maha Pengasih mengizinkan sengsara yang demikian terjadi ? itulah pertanyaan yang muncul dalam hati penyair. Apakah Allah telah meninggalkan Umat-Nya ? Tidak. Malapetaka itu terjadi sebagai hukuman atas dosa israel, dan penyairpun menyesal karena mereka tidak bertobat sebelumnya. Namun ada juga unsur harapan di dalam syair-syair ini, berdasarkan kepercayaan akan anugerah Tuhan dihari depan. Tujuan hukuman tersebut bukanlah untuk menghancurkan, melainkan supaya Umat bertobat. B. Penulisan Kitab Ratapan merupakan hasil dari kesalahan yehuda yang membawa bencana dari pembuangan yang penuh penderitaan. Isi kitab ini mencerminkan waktu penulisannya ( 586-530 sM). Kesan yang jelas dalam Ratapan 1-4 menyatakan bahwa Ratapan yang sangat sedih itu ditulis segera setelah kejatuhan Yerusalem. Ratapan 5 mungkin ditulis kemudian dalam pembuangan, ketika kepedihan karena kekalahan itu menjadi penderitaan berkepanjangan akibat pembuangan. Menurut suatu tradisi kuno, Yeremialah pengarang Kitab Ratapan, tetapi kebenaran tradisi ini tidak dapat dibuktikan. Syair-syair ini jelas dikarang tidak lama setelah jatuhnya Yerusalem (587 sM). Di dalam fasal 4:17 tidak bisa berasal dari Yeremia, Sebab dia tidak pernah menantikan kelepasan dari bangsa-bangsa lain, dia hanya menantikan kelepasan dari bangsa yehuda. Juga fasal 4:20 tidak bisa berasal dari Yeremia, sebab nabi ini tidak pernah menghormati raja Zedekia begitu tinggi. Mungkin oleh seorang saksi mata peristiwa itu Walaupun kita tidak mengetahui pengarangnya, kitab yang singkat ini sangat cocok sebagai sambungan dari berita nabi Yeremia, yang bernubuat mengenai sengsara Sion dan Umatnya itu. Syair-syair ini masih dipakai oleh orang Yahudi hingga sekarang pada setiap bulan juli dalam Upacara memperingati perusakan Rumah Allah. Karena kitab ini sendiri tidak memberi nama penulisnya, mungkin lebih baik membiarkannya demikian. Kendati pandangan tradisional tidak dapat dibuktikan, namun pandangan itu menerangkan sifat-sifat penulisnya yang diilhami Roh Kudus:  Ia seorang saksi mata akan peristiwa-peristiwa tragis yang digambarkan secara terinci.  Ia seorang teolog yang menyelami sebab-sebab yang dalam dari penghukuman yang mengerikan itu maupun gejala-gejalanya yang menyakitkan;  Ia seorang penyair yang sangat mahir; dan  Ia patriot sejati yang berdukacita atas kehancuran negerinya, namun mengetahui bahwa kehancuran seperti itu merupakan satu-satunya harapan untuk hidup baru. Tak seorang pun yang dikenal memiliki semua ciri-ciri itu selain Yeremia, yang menurut penulis Tawarikh membuat syair ratapan atas kematian Yosia (2 Taw 35:25). Kalaupun orang itu bukan Yeremia, Yehuda sungguh sangat beruntung mempunyai seorang lagi dengan karunia yang mengagumkan, yang dapat menolong bangsanya menghadapi penderitaan mereka sama seperti Yeremia telah mempersiapkan mereka untuk menyongsongnya. Dalam Pembahasan kitab ini istilah “penulis” dalam bentuk tunggal dipergunakan untuk mencerminkan pendirian penulis bahwa puisi-puisi dalam Kitab Ratapan bukanlah kumpulan bahan-bahan yang berbeda, melainkan mencerminkan penghayatan dan ketrampilan satu orang saja. Tujuan daripada kitab ini adalah mencatat “hari Tuhan” untuk Yehuda yang diberlakukan dalam segenap kegeramannya yang mengerikan. Juga sebagai Nyanyian-nyanyian perkabungan, syair-syair kitab Ratapan ini dirancang untuk memberikan semacam kelegaan emosional kepada orang-orang yang selamat setelah malapetaka yang menimpa Yehuda ini. Konteks sejarah Kitab ini jelas sangat berhubungan dengan peristiwa yang terjadi pada tahun 587 SM, ketika Yerusalem dan Bait Allah dihancurkan oleh bangsa Babel. Peristiwa itu menimbulkan luka yang sangat mendalam bagi bangsa Yehuda. Penderitaan kesengsaraan menimbulkan kesan yang mendalam dan menyakitkan bagi setiap umat Allah. Tragedi itu hal yang erat berkaitan dengan masalah relasi umat dengan Allah yang mereka sembah. Umat yang dibantai dan di obrak-abrik oleh bangsa yang tidak mengenal Allah merupakan penghinaan yang besar bagi umat Allah. C. Gaya Puisi a. Bentuk akrostik Empat pasal pertama merupakan puisi akrostik dengan variasi gaya :  Ratapan 1-2 berisikan dua puluh dua ayat yang terdiri dari tiga baris, dan kata pertama dari tiap ayat dimulai dengan huruf Ibrani secara berurutan  Ratapan 4 demikian juga polanya, namun tiap ayat terdiri dari baris;  Ratapan 3 merupakan pasal yang paling rapat susunannya, karena keenam puluh enam ayatnya dibagi dalam dua puluh dua kelompok dengan setiap kelompok terdiri dari tiga ayat dan setiap ayat dalam masing-masing kelompok dimulai dengan huruf yang sama. Bahkan Ratapan 5 yang tidak dalam bentuk abjad, kelihatannya dipengaruhi oleh pola puisi akrostik : pasal ini juga mempunyai dua puluh dua ayat, masing-masing terdiri dari satu baris. Mengapa dipakai sanjak menurut urutan abjad? Dalam keadaan tertentu sanjak akrostik dapat membantu orang mengingat isi setiap ayat. Tetapi mungkin sekali bukan itu tujuan pemakaian bentuk ini dalam ratapan 1-4 karena rangkaian puisi-puisi akrostik dapat membingungkan maupun menolong. Bagaimana orang tau ayat mana dimulai dengan huruf Gimel atau Dalet yang terdapat dalam pasal yang mana? Dalam kitab Ratapan bentuk akrostik kelihatannya memenuhi sekurang-kurangnya dua tujuan lain :  Bentuk ini menandakan ungkapan kesedihan dan penyesalan sepenuhnya, yang mencakup pemasalahan dari Alef sampai taw (= A sampai Z); dan  Bentuk ini membatasi ratapan, supaya jangan menjadi raungan, teriakan atau rintihan yang tidak terkendali. b. Nyanyian Ratapan Penggunaan kata seru “Ah” (Ibr.ekha) dan kalimat-kalimat pendek dan menyedihkan dan struktur yang sama, menandakan bagian-bagian dari Kitab Ratapan (terutama bagian-bagian dari Rat 1-2 ; 4) sebagai nyanyian penguburan atau ratapan atas tragedi yang dalam. Walaupun sering dipergunakan pada saat pemakaman untuk meratapi wafatnya orang yang dicapai (2 Sam 1: 19-27), namun qina dapat juga menyoroti peristiwa tragis lainnya, terutama peristiwa tragis lainnya, terutama peristiwa yang kelihatannya sukar dibalikkan efeknya. Bentuk qina dalam kitab Ratapan mempunyai banyak sekali variasi sehingga tidak dapat disebut nyanyian pemakaman semata-mata. Kota Yerusalem tidak dilukiskan sebagai jenazah, tetapi sebagai janda yang kesepian (Rat. 1:1). Yang lebih penting, kota itu sendiri kadang-kadang ikut dalam ratapan tersebut (contoh, ay12-16, 18-22). Pada saat yang lain penyair berbicara langsung kepada kota itu: (Rat 2:13), Teknik yang efektif dalam qina adalah perbedaan dramatis yang melukiskan keadaan terdahulu dari orang yang meninggal atau orang yang ditinggalkan dalam istilah-istilah yang bersemangat (lihat 2 Sam 1:19,23). Dengan cara ini tragedi saat itu menjadi lebih memiluhkan lagi. (Rat 1:1) c. Keluhan-keluhan pribadi dan umat Bergantian dengan bentuk qina adalah pola keluhan yang serupa dengan pola yang terdapat dalam Kitab Mazmur dan Kitab Yeremia. Kitab Ratapan yang menggunakan bentuk pribadi (Rat 3), di mana seseorang (mungkin sang penyair itu) berbicara atas nama masyarakat, dan bentuk umum (Rat 5), dimana umat serentak berbicara dihadapan Tuhan untuk mengadukan penderitaannya. Keluhan pribadi dalam Ratapan 3 dimulai dengan gambaran penderitaan di mana Allah tidak diminta tolong secara langsung. Namun, penghakiman-Nya digambarkan sebagai tindakan orang ketiga (ay 1-18). Hanya menjelang akhir pasal ini penyair secara konsisten menyapa Allah dalam bentuk orang kedua (ay 55-66). Kendati demikian terdapat banamun, penghakiman-Nya digambarkan sebagai tindakan orang ketiga (ay 1-18). Hanya menjelang akhir pasal ini penyair secara konsisten menyapa Allah dalam bentuk orang kedua (ay 55-66). Kendati demikian terdapat banyak unsur dari pola keluhan:  Gambaran penderitaan dengan istilah-istilah yang bersifat kiasan, misalnya kegelapan, penyakit, rantai, sergakan bidikan anak panah ( ay 1-18);  Permohonan akan bantuan (ay 19)  Ungkapan kepercayaan (ay 21-36)  Kepastian akan didengarkan ( ay 55-63)  Permohonan akan pembahasan terhadap musuh-musuh yang mendatangkan hukuman pada Yehuda (ay 64-66) Keluhan Umat dalam Ratapan 5 terutama menggambarkan penderitaan (ay 2-8). Pada awal dan akhirnya pada permohonan untuk pemulihan (ay 1,20-22) dan ada sekilas harapan atau keyakinan (ay 19). Kitab Ratapan merupakan paduan yang halus dan teliti dari bentuk dan isinya. Puisi akrostik, nyanyian Ratapan, keluhan dan penggambaran penderitaan semuanya menyuarakan secara mengesankan malapetaka dan harapan bangsa. Bagi mereka hukuman yang mengerikan merupakan pendahuluan yang perlu untuk mengalami anugerah Allah. Lasor hal. Sumbangsih teologis Kitab Ratapan ini ditulis untuk mengungkapkan ketegangan-ketegangan ini melalui pengakuan yang ditunjang oleh keutuhan yang dilambangkan dengan bentuk akrostik. Kitab ini juga ditulis agar orang Yahudi dengan terbuka mnenerima hukuman Allah itu sekaligus menegaskan adanya harapan setelah penghukuman itu. Walaupun apa yang terjadi ( dalam tangan Allah ) telah menjebak mereka dalam kejutan yang tragis, Israel didorong untuk tidak meragukan bahwa akhirnya kekuasaan-Nya akan mengerjakan hal yang baik bagi mereka dan segala makhluk. Dalam Kitab Ratapan tiga pokok utama kesusastraan dan keyakinan Israel menjalin bersama-sama. Pemahaman yang mendalam dari para nabi tentang penghakiman dan rahmat Tuhan; ungkapan liturgis dari para imam tentang penyesalan dan harapan; pergumulan orang-orang bijak dengan misteri penderitaan. DAFTAR PUSTAKA  Lasor S.W.,DKK. 2009. Pengantar Perjanjian Lama 2. Jakarta: BPK Gunung Mulia  Blommendaal J. 2010. Pengantar Kepada Perjanjian Lama. Cet.XVIII Jakarta: BPK Gunung Mulia  Benson H. Clarence., D LITT. 1997. Pengantar Perjanjian Lama Puisi dan Nubuat. Cet.V. Jawa Timur: Gandum Mas  Kidner Derek. 2002. YEREMIA: teladan Iman Di tengah Kekacauan Kehidupan Modern. Jakarta:YKBK/OMF.  Baker L. David.. 2009. Mari Mengenal Perjanjian Lama. Cet.XII.Jakarta:BPK Gunung Mulia  Barth Christoph., DKK. 2010. Teologi Perjanjian Lama 2. Cet.I. Jakarta:BPK Gunung Mulia  Ludji Barnabas.2009. Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2. Cet.I. Bandung:BMI  Hill E. Andrew., Walton H.John.2001. Survei Perjanjian Lama. Cet.IV. Jakarta. Gandum Mas.  Alkitab Edisi Studi. 2011.Jakarta. Lembaga Alkitab Indonesia  Young L.E, 1991 introduction to the Old testament. Tafsiran Alkitab Masa Kini. Jakarta. Yayasan Komunikasi Bina Kasih

Comments

Popular posts from this blog

IPTEK DALAM ALKITAB

I.                    PENDAHULUAN A.      Latar Belakang Metode ilmiah sering digunakan dalam pembahasan tentang pendidikan. Riset dan metode ilmiah merupakan metode pemecahan masalah yang mengacu pada berpikir reflektif yaitu berpikir menemukan masalah serta memecahkannya melalui kegiatan yang bertahap. Ilmu pendidikan adalah sistem pengetahuan tentang pendidikan yang diperoleh melalui riset. [1] Proses perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini merupakan hasil dari penemuan dan penelitian yang dilakukan manusia sebelumnya. Sebenarnya perkembangan tersebut diawali dengan rasa keingintahuan manusia yang sangat besar bahkan Paul Leady mengatakan bahwa ” Man is curious animals ”. [2] Keingintahuan tersebut yang mendorong manusia untuk berupaya menjawab kenyataan-kenyataan alamiah yang ada di dunia ini lewat berbagai cara, dan hal ini mendorong perkembangan ilmu dan pengetahuan. Selaras dengan asal katanya Sains berasal dari bahasa Latin “scieantia” dan terbentuk ka

GEREJA METHODIST INDONESIA

I.PENDAHULUAN A. Latar belakang Methodisme datang ke Indonesia pertama kali pada tahun 1905 setelah para misionaris Amerika mulai bekerja di Malaysia dan Singapura . Gereja Methodis di Indonesia saat itu adalah satu-satunya gereja yang tidak dimulai oleh para misionaris Belanda ataupun Jerman . Di Indonesia, para misionaris Amerika mulai bekerja di Jawa , Kalimantan , dan Sumatera . Pada tahun 1913 , setelah datangnya Bishop J. Robinson , konferensi yang pertama pun diselenggarakan di Sumatera Utara. Pada saat itu, Gereja Methodist dikenal sebagai gereja yang unik karena ini adalah satu-satunya gereja Protestan yang anggota-anggotanya terdiri atas suku Batak dan suku Tionghoa Indonesia, sementara gereja-gereja Protestan lainnya saat itu pada umumnya tersegregasi. Gereja Methodist Indonesia (GMI) adalah satu-satunya gereja di Indonesia yang hadir bukan sebagai hasil pekabaran Injil misi Belanda dan Jerman. Methodist adalah hasil pelayanan misionaris dari Amerika yang b

Makalah Proposisi Hipotesis

Tugas Kelompok Logika Dosen Pengampuh: Lydia Tumampas oleh, Budi Makaado Mormin Malatunduh Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN) Manado II. PEMBAHASAN A.     Proposisi Dalam ilmu logika, proposisi mempunyai tiga unsur yakni [1] : Subyek , perkara yang disebutkan adalah terdiri dari orang , benda , tempat, atau perkara. Predikat adalah perkara yang dinyatakan dalam subjek. Kopula adalah kata yang menghubungkan subjek dan predikat . Contohnya kalimat Semua manusia adalah fana . Kata semua dalam kalimat tersebut dinamakan dengan pembilang. Kemudian kata manusia berkedudukan sebagai subyek, sedang adalah merupakan kopula. Adapun predikat di sini diwakili oleh kata fana . [2] Proposisi adalah istilah yang digunakan untuk kalimat pernyataan yang memiliki arti penuh dan utuh. [3] Hal ini berarti suatu kalimat harus dapat di percaya , disangkal, atau dibuktikan benar tidaknya. Singkatnya, proposisi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang dapat