Skip to main content

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM KELUARGA


BAB I PENDAHULUAN Lembaga masyarakat yang paling kecil tetapi paling penting adalah keluarga. Keluarga merupakan lembaga yang fenomenal dan universal. Di dalam nya terdapat anak-anak yang di persiapkan untuk bertumbuh. Keluarga pertama yang di ciptakan Allah adalah Adam dan Hawa (kej. 1:27-28). Keluarga Nuh, Abraham, keluarga Ishak dan Yakub menurunkan bangsa Israel. Keluarga yang bahagia bukanlah keluarga yang tanpa konflik, tanpa masalah. Masalah akan selalu muncul dan selalu ada. Keluarga yang bahagia ialah keluarga yang dapat mengelola setiap problem kehidupan/konflik yang muncul dalam keluarga mereka. Pernikahan merupakan pertemuan dua pribadi yang berbeda dan unik untuk saling berbagi hidup. Perbedaan diantara dua pribadi itu tidak dapat dihindari. Mereka hidup terpisah lebih kurang 20 – 25 tahun, dan selama jangka waktu itu mereka telah mengembangkan selera, kesukaan, kebiasaan, kesenangan dan ketidaksenangan serta nilai-nilai hidup yang dipegangnya.Sangat tidak masuk akal apabila kita menuntut dua orang yang karena menikah harus selalu melakukan hal yang sama dengan cara yang sama dan pada waktu yang sama. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Keluarga Keluarga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan yang tinggal bersama dan makan dari satu dapur yang tidak terbatas pada orang-orang yang mempunyai hubungan darah saja, atau seseorang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan yang mengurus keperluan hidupnya sendiri. Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga “kulawarga” yang berarti “anggota” “kelompok kerabat”. Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah, bersatu. Keluarga inti ”nuclear family” terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak mereka. Pengertian Keluarga Menurut Para Ahli: • Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.(Menurut Departemen Kesehatan RI 1998). • Kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki,esensial, enak dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya. (Ki Hajar Dewantara) • Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.(Menurut Salvicion dan Ara Celis). Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga adalah : • Unit terkecil dari masyarakat • Terdiri atas 2 orang atau lebih • Adanya ikatan perkawinan atau pertalian darah • Hidup dalam satu rumah tangga • Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga • Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga • Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing • Diciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan Dr.Keneth Chafin dalam bukunya Is There a Family in the House? Memberi gambaran tentang maksud keluarga dalam lima identifikasi. 1. keluarga merupakan tempat untuk bertumbuh, menyangkut tubuh, akal budi, hubungan social, kasih dan rohani. Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah sehingga mempunyai potensi untuk bertubuh. Keluarga merupakan tempat member energy, perhatian, komitmen, kasih dan lingkungan yang kondusif untuk bertumbuh dalam segala hal ke arah Kristus Yesus. 2. keluarga merupakan pusat pengembangan semua aktivitas. Dalam keluarga setiap orang bebas mengembangkan setiap karunianya masing-masing. Di dalam keluarga landasan kehidupan anak-anak dibangun dan di kembangkan. 3. keluarga merupakan tempat yang aman untuk berteduh saat badai kehidupan. Barangkali orang lain sering tidak memahami kesulitan hidup yang kita rasakan tetapi di dalam keluarga kita mendapat perhatian dan pelindungan. 4. keluarga merupakan tempat untuk mentransfer nilai-nilai, laboratoium hidup bagi semua anggota keluarga dan saling belajar hal yang baik. 5. keluarga merupakan tempat munculnya permasalahan dan penyelesaiannya. Tidak ada keluarga yang tidak menghadapi permasalahan hidup. Sering kali permasalahan muncul secara tidak terduga. Misalnya, hubungan suami-istri masalah yang di hadapi anak belasan tahun, dan maslah ekonomi. Namun, keluarga yang membiarkan Kristus memerintah sebagai Tuhan atas hidup mereka pasti dapat menyelesaikan semua permasalahan. Alkitab menyatakan bahwa keluarga terbentuk apabila seorang laki-aki meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya maka keduanya menjadi satu daging dan mereka di persatukan Allah dan tidak boleh di ceraikan oleh manusia. (mat. 19:5-6). B. Faktor Pemicu Masalah Keluarga Bernard Wiese dan Urban Steinmetz mengatakan hal berikut mengenai masalah yang terjadi dalam rumah tangga: “Ketidaksesuaian pendapat tak terelakkan dalam suatu pernikahan dan kehidupan keluarga. Kadangkala masing-masing pribadi dapat menjadi pesaing, seperti juga penolong dan pelengkap bagi pasangannya. Setiap pasangan harus menghindari sikap menjauhkan diri yang sering muncul ketika konflik terjadi; dan membenahi hubungan mereka supaya tidak ada lagi sakit hati, keinginan untuk saling membalas atau saling menuduh. Untuk dapat mencapai hal itu, perbedaan-perbedaan harus didiskusikan secara terbuka. Sehingga komunikasi yang baik dapat dipulihkan. Reaksi kemarahan memang tak dapat dihindari dalam kehidupan seseorang, tetapi yang paling penting adalah apa yang diperbuat seseorang dengan amarahnya itu. Hal lain yang perlu kita perhatikan apabila kita berbicara mengenai problematikan kehidupan rumah tangga ialah apa yang dikatakan oleh H. Norman Wright, seorang konselor keluarga dan pernikahan. Dalam bukunya, ia menyatakan bahwa sekarang ini ada tiga faktor yang berubah pada lembaga pernikahan yang dapat menimbulkan masalah dalam kehidupan rumah tangga , yaitu: 1. Berkurangnya saling pengertian diantara pasangan yang menikah Masalah utama dalam pernikahan dewasa ini, seperti yang diungkap banyak ahli konseling keluarga, bukanlah: • Seks • Uang • Anak-anak Memang ketiga hal tersebut dapat menimbulkan masalah dalam keluarga tetapi ada faktor lain yang lebih besar yaitu hilangnya atau lemahnya komunikasi antara suami dan istri. Hilangnya atau lemahnya komunikasi antara suami dan istri dapat menjadikan banyak hal dalam kehidupan berkeluarga-termasuk di dalamnya masalah seks, uang, dan anak-anak-sebagai masalah besar. Norman Wright setuju bahwa hilangnya komunikasi adalah inti masalah di balik meroketnya angka perceraian di masyarakat, termasuk juga di kalangan keluarga kristen. Rapuhnya pernikahan sekarang ini lebih banyak disebabkan lemahnya komunikasi dan kemampuan dalam mengelola konflik. Komunikasi keluarga yang tersumbat akan menghancurkan kehangatan rumah tangga. Kebuntuan komunikasi mendinginkan suasana hubungan antar pribadi yang ada di dalamnya. Banyak keluarga kehilangan keterampilan berkomunikasi yang sangat dibutuhkan untuk membuahkan saling pengertian guna membangun pernikahan yang kuat dan bertumbuh. Sedangkan konflik yang tidak dikelola dan diselesaikan dengan baik bagaikan api dalam sekan atau menjadi bom waktu yang suatu saat meledak dampaknya tidak terkendali. Dalam pernikahan, saling pengertian tidak hanya berarti tanpa perbedaan, melainkan mampu membicarakan perbedaan tersebut serta memahami pasangannya. Dua orang yang saling mengasihi tetapi tidak mampu memahami isi hati dan pikiran pasangannya akan terus mendapat kesulitan dalam hubungan mereka. 2. Hilangnya tekad untuk mempertahankan pernikahan Sekarang ini banyak orang yang memasuki pernikahan dengan sikap: Jika tidak cocok mereka dapat mengakhiri hubungan tersebut dan mecoba lagi dengan orang lain, Banyak orang yang sangat tidak sabar dengan hidup pernikahan mereka. Mereka tidak ingin hidup dengan motto “bersenang-senang kemudian.” Mereka ingin hidup dengan motto “bersenang-senang saat ini juga” dan jika tak terpenuhi, mereka menyerah. 3. Berkembangnya harapan-harapan yang tidak realistis terhadap pernikahan Banyak pasangan muda yang dibutakan oleh harapan-harapan yang tidak realistis ketika memasuki pernikahan. Mereka yakin bahwa hubungan tersebut harus ditandai dengan cinta romantis yang tidak akan pernah surut; dalam waktu singkat mereka akan mendapatkan apa saja yang mereka mau dari pasangan hidupnya, pasangan hidupnya akan selalu sejalan dengan pikiran dan kemauannya, ekonomi keluarga akan berjalan mulus bahkan berkelebihan dan sebagainya. Mereka mencari sesuatu yang “ajaib” di dalam pernikahan mereka. Sebenarnya, kerja keras mereka berdualah yang membuat pernikahan itu menampakkan hasil-hasil yang positif. Itu semua merupakan hasil dari langkah dua orang yang bekerja sama. C. Permasalahan Yang Terjadi Dalam Keluarga Banyak hal bisa menjadi sumber konflik dan menyebabkan sebuah persoalan dalam rumah tangga. Bahkan, masalah yang seharusnya tidak diributkan pun bisa menjadi persoalan besar yang tak kunjung selesai. Namanya juga menyatukan dua kepribadian, pasti tidak gampang. Yang penting adalah, bagaimana Anda menjadikan perbedaan itu menjadi sesuatu yang indah. Keluarga di bentuk melalui pernikahan suami-isteri. Setelah itu, bila Tuhan membeir anak kepada mereka, keluarga tersebut akan bertambah jumlahnya. Keluarga dan bertambahnya anggota keluarga menghadirkan permasalahan yang timbul dalam keluarga yang di golongkan dalam dua kelompok besar. 1) masalah yang timbul secara normal dalam siklus kehidupan keluarga, yaitu pernikahan, menjadi orang tua, berpisah dengan anak-anak yang sudah menikah sampai Tuhan memanggil mereka. 2) masalah yang timbul dari luar keluarga, seperti tekanan masyarakat dan peubahan-perubahan social, politik, ekonomi, budaya. Berikut ini di uraikan secara rinci permasalahan-pemalsalahan yang timbul secara normal dalam siklus kehidupan keluarga. Dan bagaimana cara menyelesaikannya: 1. Penghasilan Penghasilan suami lebih besar dari penghasilan istri adalah hal yang biasa. Namun, bila yang terjadi kebalikannya, sang istri yang lebih besar, bisa-bisa timbul masalah. Suami merasa minder karena tidak dihargai penghasilannya, sementara istri pun merasa dirinya berada di atas, sehingga jadi sombong dan tidak hormat lagi pada suaminya. Solusi Walaupun penghasilan Anda lebih besar dari suami, cobalah untuk bersikap bijaksana dan tetap menghormatinya. Hargai berapa pun penghasilannya, sekalipun secara nominal memang sedikit. Pasalnya, jika Anda terus menerus mempersoalkan penghasilan suami, persoalan bisa malah semakin besar. 2. Anak Ketidakhadiran anak di tengah-tengah keluarga juga sering menimbulkan konflik berkepanjangan antara suami-istri. Apalagi jika suami selalu menyalahkan istri sebagai pihak yang tidak bisa mendapatkan anak atau (mandul). Padahal, butuh pembuktian medis untuk menentukan apakah seseorang memang mandul atau tidak. Kehadiran anak dalam keluarga merupakan berkat Tuhan sehingga suami-isteri sekarang mempunyai seutan baru yaitu orang tua. Anak laki-laki ataupun anak perempuan merupakan anugerah Tuhan yang patut disyukuri. Ada kebiasaan dari suatu suku tertentu yang memberi nilai lebih kepada anak laki-laki. sebaliknya ada suku tertentu yang memberi nilai lebih kepada anak perempuan. Di hadapan Tuhan mereka mempunyai nilai yang sama karena di jadikan menurut citra Allah (kej. 1:27). Solusi Daripada membiarkan masalah tersebut berlarut terus-menerus, lebih baik bicarakan dengan suami. Ajaklah suami untuk bersama memeriksakan ke dokter. Jika dokter mengatakan bahwa Anda dan suami sehat, berarti kesabaran Anda dan pasangan tengah diuji oleh yang Maha Kuasa. Namun, bila memang sudah bertahun-tahun kehadiran si kecil belum datang juga, Anda dan suami bisa menempuh cara lain, misalnya dengan adopsi anak. 3. Kehadiran Pihak Lain Kehadiran orang ketiga, misalnya adik ipar ataupun famili yang lain, keluarga kadangkala juga bisa menjadi sumber konflik dalam rumah tangga. Hal sepele yang seharusnya tidak diributkan bisa berubah menjadi masalah besar. Misalnya soal pemberian uang saku kepada adik ipar oleh suami yang tidak transparan. Solusi Keterbukaan adalah soal yang utama. Sebelum Anda dan suami memberikan bantuan, baik ke pihak Anda ataupun suami, sebaiknya terlebih dulu dibicarakan, berapa dana yang akan dikeluarkan, dan siapa saja yang bisa dibantu. Dan ini harus atas dasar kesepakatan bersama. Agar jangan saling curiga, adakan sistem silang. Artinya, untuk bantuan kepada keluarga Anda, suami-lah yang memberikan, demikian juga sebaliknya. Dengan demikian, semuanya akan transparan dan tidak ada lagi jalan belakang. 4. Seks Masalah yang satu ini seringkali menjadi sumber keributan suami-istri. Biasanya yang sering komplain adalah pihak suami yang tak puas dengan layanan istri. Suami seperti ini umumnya memang egois dan tidak mau tahu. Padahal, banyak hal yang menyebabkan istri bersikap seperti itu. Bisa karena letih, stres ataupun hamil. Solusi Istri atau suami yang punya masalah dengan hubungan seks dengan pasangan, sebaiknya berterus-terang. Ini dimaksudkan agar pasangan tidak curiga dan menuduh yang macam-macam. Ungkapkan saja keadaan Anda, dan mengapa gairah seks Anda menurun. Suami atau istri yang baik pasti memahami kondisi tersebut dan tidak akan banyak menuntut, dan mencari jalan keluar yang menguntungkan ke dua belah pihak. 5. Keyakinan Biasanya, pasangan yang sudah berikrar untuk bersatu sehidup-semati tidak mempersoalkan masalah keyakinan yang berbeda antar mereka. Namun, persoalan biasanya akan timbul manakala mereka mulai menjalani kehidupan berumahtangga. Mereka baru sadar bahwa perbedaan tersebut sulit disatukan. Masing-masing membenarkan keyakinannya dan berusaha untuk menarik pasangannya agar mengikutinya. Meski tak selalu, hal ini seringkali terjadi pada pasangan suami-istri yang berbeda keyakinan, sehingga keributan pun tak dapat terhindarkan. Solusi Kondisi di atas akan menjadi konflik yang berkepanjangan bila masing-masing pihak tidak memiliki toleransi. Biasanya, pasangan yang berbeda keyakinan, sebelum menikah, sepakat untuk saling menghargai keyakinan pasangannya dan membuat kesepakatan tentang anak-anak harus mengikuti keyakinan siapa. Nah, tetaplah pegang janji itu, dan cobalah untuk saling menghargai. Kalaupun di tengah jalan Anda atau pasangan sepakat untuk memilih satu keyakinan saja, sebaiknya ini bukan karena unsur paksaan. 6. Mertua Kehadiran mertua yang terlalu ikut campur dalam urusan rumah tangga anak dan menantunya seringkali menjadi sumber konflik. Solusi Timbul rasa kesal boleh-boleh saja, namun tetap harus terkendali. Bila Anda tidak berkenan dengan komentar ataupun teguran dari mertua, jangan langsung mengekspresikannya di depan mertua. Cobalah berpikir tenang, ajaklah suami bertukar pikiran untuk mengatasi konflik Anda dengan orangtua. Ingat, segala sesuatu, jika diselesaikan dengan pikiran tenang, hasilnya akan baik. 7. Ragam Perbedaan Menyatukan dua hati, berarti menyatukan dua kepribadian dan selera yang juga berbeda. Misalnya suami seorang yang pendiam, sementara istri cerewet dan meledak-ledak emosinya. Suami senang makanan manis, istri senang makanan yang serba pedas. Nah, kedua pribadi ini bila disatukan biasanya tidak nyambung, belum lagi soal hobi atau kesenangan. Suami hobi berlibur ke pantai, sementara istri lebih suka berlibur di tempat yang ramai. Masing-masing tidak ada yang mau ngalah, akhirnya ribut juga. Solusi Perbedaan-perbedaan ini akan terus ada, meski umur pernikahan sudah puluhan tahun. Namanya saja menyatukan dua kepribadian. Jadi, kunci untuk mengatasi perbedaan ini adalah saling menerima dan mengisi. Kalau suami Anda seorang yang pendiam diimbangi dengan jangan terlalu cerewet. Begitupun soal kesenangan. Tak ada salahnya mengikuti kesenangannya berlibur ke pantai. Mencoba sesuatu yang baru itu indah, selain menghindari pertengkaran, Anda juga mendapatkan pengalaman baru. 8. Komunikasi Terbatas Pasangan suami-istri yang sama-sama sibuk biasanya memiliki sedikit waktu untuk berkomunikasi. Paling-paling mereka bertemu saat hendak tidur, sarapan pagi atau di akhir pekan. Terkadang, untuk makan malam bareng pun terlewatkan begitu saja. Kurangnya atau tidak adanya waktu untuk saling berbagi dan berkomunikasi ini seringkali menimbulkan salah pengertian. Suami tidak tahu masalah yang dihadapi istri, demikian juga sebaliknya. Akhirnya, ketika bertemu bukannya saling mencurahkan kasih sayang, namun malah cekcok. Solusi Sesibuk apapun Anda dan suami, tetapkan untuk berkomitmen bahwa kebersamaan dengan keluarga adalah hal yang utama. Artinya, harus ada waktu untuk keluarga. Misalnya sarapan dan makan malam bersama. Demikian juga dengan hari libur. Usahakan untuk menikmatinya bersama keluarga. Jadi, walaupun Anda dan suami bekerja seharian di luar rumah, namun keluarga tidak terbengkalai. Waktu untuk keluarga dan karier harus seimbang. Anda dan suami harus pintar membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga. 9. Masa Kekosongan dan Kesepian Tidak selamanya anak-anak bersama-sama dengan orang tua mereka. Ketika anak-anak sudah dewasa, bekerja atau menikah, anak-anak harus meninggalkan orang tua mereka. Mereka akan merasakan kekosongan dan kesepian ketika anak-anak yang diasuh dan dibesarkan kini harus meninggalkan mereka dan membentuk keluarga baru. Ketika salah satu dari pasangan meninggal dunia, kekosongan dan kesepian akan dirasakan pasangan yang ditinggalkan. Dalam masa seperti inilah bukan kekosongan dan kesepian yang menjadi masalah besar tetapi akibat yang ditimbulkannya seperti sakit fisik maupun psikis. Solusi Sebelum masa seperti itu terjadi, mereka harus mempersiapkan diri dengan merencanakan aktifitas yang positif seperti pelayanan di gereja atau hal-hal lain yang dilakukan supaya keadaan ini tidak berdampak negatif. Dalam menghadapi kematian salah satu pasangan suami-istri atau dalam keadaan apapun suami atau isteri dapat berkata seperti Ayub, “Tuhan yang membeir, Tuhan yang mengambil, Terpujilah nama Tuhan “(Ayb. 1:27). 10. Tekanan Sosial Tekanan sosial merupakan masalah yang timbul dari luar keluarga, yaitu lingkungannya. Lingkungan yang terdekat adalah orang tua dari suami-isteri. Hubungan menantu-mertua sering kurang harmonis karena intervensi mertua atau kurangnya kasih dan hormat menantu kepada mertua. Untuk itu, mertua perlu menyadari bahwa anaknya sekarang sudah membentuk keluarga sendiri dan jangan menganggap sama seperti sebelum menikah. Menantu perlu belajar lebih mengasihi dan menghormati mertuanya. Tekanan social yang lebih luas dapat terjadi karena perubahan dalam tatanan social akiat urbanisasi, politik dan ekonomi. Solusi Dalam keadaan seperti ini suatu keluarga perlu meningkatkan persekutuan dengan keluarga lain dengan saling mendorong dalam kasih dan perbuatan baik serta senantiasa aktif dalam ibadah bersama (Ibr. 10:24-25). Disamping itu segala perkara dapat kita tanggung didalam Tuhan yang memberi kekuatan kepada kita (Flp. 4:13). Masih banyak permasalahan dari luar yang dihadapi keluarga Kristen seperti lingkungan kerja atau tempat tinggal yang tidak bersahabat, krisis social, ekonomi dan kemanusiaan. Ingatlah Tuhan Yesus tidak pernah berjanji bahwa setiap orang yang mengikuti-Nya tidak pernah bermasalah dalam hidup atau keluarga. Namun, satu hal yang dijanjikan Tuhan Yesus, “Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir” (Mat. 28:20b). D. Bagaimana Mengatasi Masalah Dalam Keluarga Salah satu kunci keberhasilan dalam menjalani kehidupan berkeluarga ialah kemampuan dalam mengatasi setiap permasalahan yang muncul dalam keluarga sehingga setiap anggota keluarga dapat memainkan perannya secara optimal. Jangan biarkan masalah menguasai kehidupan keluarga anda, tetapi kuasailah masalah dan carilah solusi bersama atas masalah tersebut. Memang ini bukan hal yang mudah tetapi harus diupayakan. Bukankah cara terbaik untuk keluar dari masalah yang kita hadapi adalah dengan menuntaskannya. Setiap keluarga harus menyadari bahwa cara yang tepat dalam penyelesaian problematika kehidupan rumah tangga (setiap keluarga mempunyai caranya sendiri) memungkinkan terciptanya suatu proses pertumbuhan. Setiap pasangan kristen seharusnya belajar dari berbagai konflik dan tidak mengulang-ngulang hal yang sama tanpa adanya perubahan sikap yang lebih dewasa. Rumah memerlukan ketenangan yang hangat dan kehangatan yang tenang. Oleh sebab itu, berbicara mengenai cara mengatasi dan menyelesaikan problematika yang ada, setiap pasangan Kristen harus memahami dan menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Setiap pribadi seharusnya menjadi individu-individu yang mempunyai keinginan untuk tumbuh di dalam Kristus. Munculnya keinginan ini tidak dapat dibuat-buat dan juga bukan merupakan akibat dari janji yang diucapkan. Dorongan ini merupakan buah dari hubungan pribadi yang sehat dengan Kristus. Kondisi yang positif ini biasanya ditandai dengan kerinduan untuk berdoa dalam pergumulan yang jujur dihadapan Allah dan membaca Alkitab dengan merefleksikannya pada kehidupan pribadi dan keluarga. Dampaknya, prinsip-prinsip kebenaran Alkitab dan nilai-nilai kristiani akan nampak dan dijunjung tinggi. 2. Setiap pasangan adalah pribadi-pribadi yang mempunyai keinginan untuk bertumbuh menjadi pribadi yang lebih dewasa. Ia selalu ingin belajar, ingin memberi dan bukan hanya menuntut, serta bersedia untuk berkorban dan melayani. Penyelesaian masalah rumah tangga akan menjadi penyelesaian yang semu apabila setiap pribadi tersebut tidak mempunyai keinginan untuk mengasihi dan membahagiakan pasangannya. Tanpa keinginan dan motivasi yang tulus, maka penyelesaian masalah rumah tangga semata-mata hanyalah untuk membebaskan diri dari gangguan. Pribadi yang yang tidak mempunayi keinginan untuk menjadi lebih dewasa cenderung egosentrik dalam penyelesaian masalah rumah tanga. 3. Setiap pribadi harus menyadari bahwa penyelesaian masalah keluarga harus dimulai dari diri masing-masing. Setiap pribadi harus mempunyai keinginan yang kuat untuk mempertahankan keutuhan pernikahannya dan berusaha mencari alternatif solusi masalah yang baik untuk semuanya. Dalam Matius 7: 12 diberikan sebuah perintah yang penting untuk kita terapkan yaitu lakukanlah terlebih dahulu kepada orang lain (dalam hal ini suami, isteri, anak, atau orangtua kita) apa yang kita inginkan orang lain perbuat kepada kita. Ayat ini bicara soal prakarsa. Perubahan harus dimulai dari diri sendiri. 4. Siapa kita tidak hanya dilihat dari apa yang kita katakan melainkan juga dari cara kita mengatakan dan berbuat sesuatu kepada pasangan hidup kita (juga kepada anak-anak dan anggota keluarga lainnya). Efesus 4: 32 menegaskan kepada kita bahwa pentingnya keramahan (bukan kemarahan), kasih mesra, serta saling mengasihi dan mengampuni sebagai dasar membicarakan masalah yang ada dalam keluarga. Sedangkan dari Efesus 5:22-31 kita mendapatkan beberapa hal penting sebagai bahan perenungan diri: Apakah saya mencintai pasangan hidup saya seperti Kristus mencintai umatNya? Apakah saya sungguh-sungguh mencintai pasangan hidup saya seperti saya mengasihi diri saya sendiri? Jika jawabannya adalah TIDAK, mulailah untuk melakukan perubahan diri maka pernikahan Anda akan menemukan kembali kehangatannya. 5. Berpikirlah yang positif terhadap pasangan hidup Anda. Pandangan yang positif akan melahirkan pendekatan dan cara-cara yang positif dalam mengatasi permasalahan yang ada dalam keluarga. Fokuslah pada kelebihan atau keistimewaan-bukan kelemahan atau kekurangan-pasangan hidup kalian. 6. Berpikirlah dan rencanakanlah kesuksesan dalam kehidupan keluarga Anda. Ada satu kata yang tidak boleh terlintas dalam pikiran Anda ketika menemukan masalah, yaitu kata CERAI. Jika kata ini sudah terlintas dalam pikiran Anda atau pasangan hidup Anda maka rumah tangga telah berada dalam bahaya besar. Cepat ubah orientasi hidup pernikahan Anda. 7. Ingatlah selalu akan kasih semula yang membuat kalian saling jatuh cinta dan kemudian memutuskan untuk bersatu dalam ikatan pernikahan. Jika Anda mengasihi pasangan hidup yang Tuhan berikan maka tidak akan ada dalam diri keinginan untuk mengecewakan atau menyakiti, yang ada adalah berbagi kehidupan dengan segala suka dan dukanya. 8. Selain itu, hal penting yang tidak boleh dilupakan ialah menempatkan Tuhan dan firmanNya sebagai pemandu kehidupan pribadi dan keluarga. Bukankah keluarga yang berbahagia ialah apabila menjadikan Tuhan sebagai “tamu” yang tetap dalam keluarga tersebut. E. Hubungan, Kebersamaan, dan Tanggung Jawab dalam Keluarga Untuk mengetahui bentuk hubungan ini dapat dilihat dalam Efesus 5:22-23; 6:1-4; Kolose 3:18-21. Berdasarkan ayat-ayat tersebut bentuk hubungan dalam keluarga adalah sebagai berikut: 1. Suami mengasihi istri dan tidak boleh berlaku kasar pada istrinya; 2. Istri tunduk dan taat kepada suami dalam segala hal; 3. Orang tua mendidik anak-anak di dalam ajaran dan nasihat Tuhan, serta tidak membangkitkan amarah anak-anaknya; 4. Anak-anak menghormati dan menaati orang tuanya. Keluarga adalah suatu lembaga atau unit yang paling kecil dalam masyarakat. Keluarga Kristen khususnya adalah miniatur dari keluarga gereja. Sebuah keluarga adalah suatu tim dalam persekutuan hidup bersama antara ayah, ibu, dan anak-anak. Persekutuan bersama dalam keluarga bersifat dinamis dan harus dijaga keharmonisannya. Untuk menjaga kebersamaan dalam keluarga maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Menyembah dan melayani Tuhan bersama-sama di gereja ; 2. Berdoa bersama-sama atau dengan keluarga; 3. Mengatur keuangan bersama-sama; 4. Membuat dan menetapkan rencana untuk masa depan bersama-sama; 5. Biasakan makan bersama-sama; 6. Melaksanakan peran dan tanggung jawab masing-masing dengan sebaik-baiknya. Berdasarkan hubungan diatas setiap anggota keluarga memiliki tanggung jawab masing-masing yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. 1) Tanggung jawab suami terhadap istri antara lain: mengasihi dan menyayangi istrinya; memelihara dan melindungi; menghargai dan menghormati; memimpin seluruh anggota keluarga. 2) Tanggung jawab istri terhadap suami antara lain: Penolong, teman dan sahabat bagi suaminya; merawat dan mengatur seisi rumah; rendah hati untuk tunduk pada suami; dan memperhatikan kecantikan pribadi lebih dari kecantikan lahiriah. 3) Tanggung Jawab orang tua terhadap anak-anaknya antara lain: merencanakan masa depan mereka; merawat dan memelihara mereka; mengasuh dan mencukupi kebutuhan mereka; mengasihi mereka; mengajar, mendidik, dan membimbing mereka; memberi teladan dan bersaksi bagi mereka. 4) Tanggung jawab anak terhadap orang tua antara lain: membantu orang tua dalam memelihara seisi rumah; mengerjakan tugas-tugas yang diberikan orang tua; dan belajar dibawah bimbingan orang tua. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Keluarga adalah cerminan Kristus setiap orang akan memandang keluarga yang memberikan dampak bagi keluarga dan orang lain yang melihat, kerukunan, keharmonisan, keutuhan keluarga, memiliki kebersamaan, kebaktian bersama, memiliki waktu saat teduh, dan hidup mencerminkan karakter Kristus, agar menjadi terang dan garam bagi dunia. Pendidikan agama Kristen dalam keluarga sangat penting, agar setiap orangtua mengerti bagaimana memperlakukan dan cara pendampingan kepada setiap anggota keluarga, melalui teladan Yesus yang telah mendapat pendidikan dengan orangtua yang mengasihinya menjadi contoh yang baik kepada setiap keluarga, orangtua yang baik yang memiliki waktu kepada anggota keluarga, untuk mengetahui apa yang menjadi permasalahan keluarga, komunikasi sangat penting dalam keluarga, saling mengampuni bila ada kesalahan menjadi hal yang utama, agar tidak menimbulkan dendam apabila ada kesalahan, keluarga harus menjadi tempat perlindungan bagi anak-anak, keluarga yang berpendidikan sangat penting, orangtua harus memperhatikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak. Keluarga yang mnecerminkan kasih Allah ketika setiap anggota menghargai dan menghormati orangtua, orangtua menddidik anak dengan penuh hikmat yang betujuan untuk memuliakan Allah, keluarga yang takut akan Allah adalah keluarga berkenan kepada Allah. DAFTAR PUSTAKA ALKITAB N.M. Wahyu Kuncoro, S.H. Solusi Cerdas Menghadapi Permasalahan Keluarga.Jakarta 2005. RAS Paulus. Prinsip & Praktek Pendidikan Agama Kristen. Yogyakarta, 2006. AND. Hal 140I Pendekatan Sosiologis, Psikologis, Teologis, Mengatasi kenakalan Remaja, Y. Bambang Mulyono. Hal. 40-45 Paulus. Prinsip & Praktek Pendidikan Agama Kristen. Yogyakarta, 2006. ANDI. Hal 140-142 Paulus. Prinsip & Praktek Pendidikan Agama Kristen. Yogyakarta, 2006. AND. Hal 146-150  

Comments

Popular posts from this blog

IPTEK DALAM ALKITAB

I.                    PENDAHULUAN A.      Latar Belakang Metode ilmiah sering digunakan dalam pembahasan tentang pendidikan. Riset dan metode ilmiah merupakan metode pemecahan masalah yang mengacu pada berpikir reflektif yaitu berpikir menemukan masalah serta memecahkannya melalui kegiatan yang bertahap. Ilmu pendidikan adalah sistem pengetahuan tentang pendidikan yang diperoleh melalui riset. [1] Proses perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini merupakan hasil dari penemuan dan penelitian yang dilakukan manusia sebelumnya. Sebenarnya perkembangan tersebut diawali dengan rasa keingintahuan manusia yang sangat besar bahkan Paul Leady mengatakan bahwa ” Man is curious animals ”. [2] Keingintahuan tersebut yang mendorong manusia untuk berupaya menjawab kenyataan-kenyataan alamiah yang ada di dunia ini lewat berbagai cara, dan hal ini mendorong perkembangan ilmu dan pengetahuan. Selaras dengan asal katanya Sains berasal dari bahasa Latin “scieantia” dan terbentuk ka

GEREJA METHODIST INDONESIA

I.PENDAHULUAN A. Latar belakang Methodisme datang ke Indonesia pertama kali pada tahun 1905 setelah para misionaris Amerika mulai bekerja di Malaysia dan Singapura . Gereja Methodis di Indonesia saat itu adalah satu-satunya gereja yang tidak dimulai oleh para misionaris Belanda ataupun Jerman . Di Indonesia, para misionaris Amerika mulai bekerja di Jawa , Kalimantan , dan Sumatera . Pada tahun 1913 , setelah datangnya Bishop J. Robinson , konferensi yang pertama pun diselenggarakan di Sumatera Utara. Pada saat itu, Gereja Methodist dikenal sebagai gereja yang unik karena ini adalah satu-satunya gereja Protestan yang anggota-anggotanya terdiri atas suku Batak dan suku Tionghoa Indonesia, sementara gereja-gereja Protestan lainnya saat itu pada umumnya tersegregasi. Gereja Methodist Indonesia (GMI) adalah satu-satunya gereja di Indonesia yang hadir bukan sebagai hasil pekabaran Injil misi Belanda dan Jerman. Methodist adalah hasil pelayanan misionaris dari Amerika yang b

Makalah Proposisi Hipotesis

Tugas Kelompok Logika Dosen Pengampuh: Lydia Tumampas oleh, Budi Makaado Mormin Malatunduh Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN) Manado II. PEMBAHASAN A.     Proposisi Dalam ilmu logika, proposisi mempunyai tiga unsur yakni [1] : Subyek , perkara yang disebutkan adalah terdiri dari orang , benda , tempat, atau perkara. Predikat adalah perkara yang dinyatakan dalam subjek. Kopula adalah kata yang menghubungkan subjek dan predikat . Contohnya kalimat Semua manusia adalah fana . Kata semua dalam kalimat tersebut dinamakan dengan pembilang. Kemudian kata manusia berkedudukan sebagai subyek, sedang adalah merupakan kopula. Adapun predikat di sini diwakili oleh kata fana . [2] Proposisi adalah istilah yang digunakan untuk kalimat pernyataan yang memiliki arti penuh dan utuh. [3] Hal ini berarti suatu kalimat harus dapat di percaya , disangkal, atau dibuktikan benar tidaknya. Singkatnya, proposisi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang dapat