BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Orang yang dewasa telah dianggap matang bila dapat memahami segala sesuatu dan mampu mengaplikasikan atau menerapkan dengan baik norma-norma dan mengendalikan dirinya di tengah-tengah keluarga, masyarakat, gereja dan bangsa, karena memiliki kesadaran yang tinggi dan memahami visi serta kebijakannya ke depan dalam membangun kehidupan yang lebih sejahtera. Namun pada kenyataannya banyak orang dewasa/ keluarga Kristen yang tidak dapat menerapkan dengan baik pendidikan Kristiani, apalagi jika diperhadapkan dengan berbagai rintangan dan tantangan kehidupan. Karena itu Pendidikan Agama Kristen bukanlah sekedar memahami, mengetahui, dan melakukan tetapi PAK kepada orang dewasa juga meliputi keterlibatan orang dewasa dalam membangun PAK khususnya dalam dirinya dan orang-lain, dengan bisa berperan aktif dengan cara mengembangkan diri melalui perilaku yang dewasa dalam kehidupan sehari-hari dan bermasyarakat, dimana setiap orang dituntut untuk menggunakan waktu dan kesempatan secara baik dan efektif dalam mengembangkan potensi-potensi yang ada.
Orang dewasa seharusnya dapat menjadi teladan bagi orang yang muda, namun banyak orang dewasa yang belum memperhatikan peran mereka dalam kehidupannya. Untuk itu, dalam mengajarkan PAK bagi orang dewasa/keluarga perlu metode khusus agar pengajaran itu dapat berjalan dengan baik, menarik, efektif dan efesien.
Seiring dengan tugas dan tanggungjawab orang dewasa dalam hidupnya, orang dewasa tidak hanya bertanggungjawab dalam hal-hal duniawi tetapi juga untuk kehidupan rohani anak-anak mereka, dan berdampak bagi masyarakat, gereja dan sekitar. Pendidikan orang dewasa hadir dalam konteks misi dan pembinaan secara khusus yang meliputi katekisasi, kegiatan khusus dewasa, dll. Dengan adanya pendidikan orang dewasa dalam gereja diharapkan dapat berbuah, dan menjadi berkat bagi orang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pendidikan Agama Kristen (Pak) Dewasa/Keluarga?
2. Apakah Dasar Alkitabiah Pak Dewasa/ Keluarga?
3. Bagaimana Tujuan Pak Dewasa?
4. Bagaimana Karakteristik Orang Dewasa?
5. Bagaimana Orang Dewasa Belajar?
6. Bagaimana Materi Yang Sesuai?
7. Bagaimana Halangan Dalam Pelaksanaan Pak Dewasa?
8. Bagaimana Metode Pak Dewasa/Keluarga?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan Pendidikan Agama Kristen (Pak) Dewasa/Keluarga
2. Menguraikan Dasar Alkitabiah Pak Dewasa/ Keluarga
3. Menjalaskan Tujuan Pak Dewasa
4. Menguraikan Karakteristik Orang Dewasa
5. Menjelaskan Bagaimana Orang Dewasa Belajar
6. Menjelaskan Materi Yang Sesuai
7. Menjelaskan Halangan Dalam Pelaksanaan Pak Dewasa
8. Menjelaskan Metode Pak Dewasa/Keluarga
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Agama Kristen (PAK) Dewasa/Keluarga
1. Pengertian Pendidikan Agama Kristen (PAK) Dewasa
Pendidikan dewasa dirumuskan sebagai suatu proses yang menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan belajar secara berkelanjutan sepanjang hidup. Belajar bagi orang dewasa berhubungan dengan bagaimana mengarahkan diri sendiri untuk bertanya dan mencari jawabannya. Pendidikan orang dewasa (andragogy) berbeda dengan pendidikan anak-anak (paedagogy). Pendidikan anak-anak berlangsung dalam bentuk identifikasi dan peniruan, sedangkan pendidikan orang dewasa berlangsung dalam bentuk pengarahan diri sendiri untuk memecahkan masalah.
Ada perbedaan antara anak-anak dan orang dewasa jika ditinjau berdasarkan umur, ciri psikologis, dan ciri-ciri biologis. Ditinjau dari segi umur, seseorang yang mulai berumur 17 tahun keatas dapat dikatakan dewasa berbeda dengan yang berumur 16 tahun kebawah masih dikatakan remaja dan anak-anak. Ditinjau dari sisi psikologis, seseorang dapat mengarahkan diri sendiri, tidak selalu bergantung pada orang lain, bertanggungjawab, mandiri, berani mengambil resiko dan mengambil keputusan. Sedangkan ditinjau dari cirri-ciri biologis, tanda-tanda kelamin sekunder pada laki-laki seperti bulu kumis, bulu jambang dll, sedangkan pada wanita mulai menstruasi dan tumbuhnya payudara
Pendidikan Agama Kristen (PAK) untuk orang dewasa melalui gereja bermaksud untuk menolong orang dewasa membebaskan dirinya sendiri dari setiap kebergantungan kecuali kebergantungannya pada Yesus. Gereja dipanggil melalui PAK untuk menolong orang dewasa menemukan Allah yang aktif dalam setiap peristiwa kehidupan, mempercayakan hidup mereka dalam tarafnya yang paling dalam untuk alasan ini, dan untuk merayakan dengan sukacita perbuatan Allah yang sempurna dalam Kristus dan berlangsung terus melalui Roh Kudus.
Menurut Bryson pendidikan orang dewasa adalah semua aktivitas pendidikan yang dilakukan oleh orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari yang hanya menggunakan sebagian waktunya dan tenaga untuk memperoleh atau menambahkan intelektualnya. Sedangkan menurut Reeves dkk mendefenisikan pendidikan dewasa adalah suatu usaha yang ditujukan untuk pengembangan diri yang dilakukan individu tanpa paksaan legal, tanpa usaha menjadikan bidang utama kegiatannya, artinya penekanannya diberikan pada usaha yang tidak dipaksa, dan tidak menjadikan usaha utamanya. Selain itu pendidikan orang dewasa adalah pendidikan bekal bekerja, pendidikan jiwa baru dan kerohanian, pendidikan kader, dan pendidikan yang bersifat rekreatif-apresiatif dan kesegaran jasmani.
2. Pak Dalam Keluarga
Dr. Kenneth Chafin dalam bukunya Is There a Family in the House ? memberi gambaran tentang maksud keluarga dalam lima identifikasi.
a. Merupakan tempat untuk bertumbuh, menyangkut tubuh, akal budi, hubungan sosial, kasih dan rohani.
b. Merupakan pusat pengembangan semua aktivitas. Dalam keluarga setiap orang bebas mengembangkan setiap karunianya masing-masing.
c. Merupakan tempat yang aman untuk berteduh saat ada badai kehidupan.
d. Merupakan tempat untuk mentransfer nilai-nilai , laboratorium hidup bagi setiap anggota keluarga dan saling belajar hal yang baik.
e. Merupakan tempat munculnya permasalahan dan penyelesaiannya
Jadi PAK Dewasa/ Keluarga adalah seluruh aspek pendidikan yang didasarkan pada tinjauan Alkitabiah teologis, dan kerohanian, dalam hal kerohanian orang dewasa yang mengarahkan orang dewasa/keluarga agar dapat menjalani kehidupan spiritual dengan baik dan benar sehingga menjadi berdampak positif bagi orang lain, baik dalam gereja, masyarakat dan dimanapun berada.
B. Dasar Alkitabiah Pak Dewasa/ Keluarga
Dasar Alkitabiah PAK Dewasa yaitu Ulangan 6:7; Mazmur 78:72; Efesus 5: 22-23; 6:4 dll. Perlu diperhatikan bahwa berbagai keputusan ada ditangan orang dewasa. Dan bisa menjadi gaya hidupnya kelak. Keputusan-keputusan itu diantaranya adalah: keputusan tentang iman, keputusan tentang pernikahan, keputusan tentang pendidikan, keputusan tentang pekerjaan dan karir, dan keputusan tentang hubungan sosial.
Orang dewasa kelak akan menjadi pengajar dan pemimpin. Oleh sebab itu mereka perlu belajar PAK dan Firman Tuhan. Beberapa alasan penting PAK Dewasa:
1. Karena perintah Tuhan.
2. Untuk mengatasi atau untuk mencegah kenakalan orangtua.
3. Karena merupakan pemimpin dan memegang jabatan dalam gereja.
4. Karena orang tua menjadi guru yang utama bagi anak.
5. Karena orang tua adalah bapa adalah imam dalam keluarga.
6. Keluarga Kristen pemberian Tuhan yang tidak ternilai harganya.
Keluarga kristenlah yang memegang peranan penting dalam keluarga bahkan lebih penting dari pendidikan gereja. Jikalau itu keluarga kokoh dan sehat, masyarakatpun turut kokoh dan sehat. Keluarga merupakan suatu persekutuan yang terdiri dari orang-orang yang terkait ikatan darah dan hubungan sosial yang paling kuat karena:
1. Keluarga adalah bagian yang integral dari kehidupan gereja berhasil atau tidaknya gereja lokal bergantung pada individu yang terdapat dalam keluarga.
2. Rencana keselamatan Allah menyatu dengan keluarga, Allah memakai keluarga untuk menyatukan rencana Nya bagi dunia ini.
Sedangkan menurut Sudirman Lase, dasar utama untuk PAK Dewasa adalah:
1. Kasih (Matius 5:44; Luk 6:27-35, Yoh 13:34, Efesus 5:22.
2. Pembenaran oleh iman (Rom 1:17b).
3. Kedaulatan Allah (Yes 6:8).
4. Alkitab sebagai firman Allah (Yoh 1:1-9)
C. Tujuan Pak Dewasa
Tujuan PAK Dewasa adalah membimbing orang dewasa dalam hal spiritual dengan landasan Firman Allah dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam perbuatan maupun perkataan, berpegang teguh pada kebenaran, kuat di dalam iman, dan mecerminkan karakter ilahi dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara.
D. Karakteristik Orang Dewasa
Istilah orang dewasa secara umum dapat dimengerti sebagai sebutan bagi mereka yang berumur di atas 18 tahun, dimana diperkirakan pada usia tsb. alat-alat reproduksi (seksual) mereka telah matang/dewasa. Tapi mendefinisikan dengan cara tsb. agak terlalu sederhana, karena dalam kenyataan ada banyak faktor lain yang mempengaruhi kedewasaan seseorang, mis. faktor intelektual, emosi, sosial, ekonomi, budaya dll. Oleh karena itu kedewasaan seseorang biasanya ditinjau tidak saja dari faktor umur saja karena ada beberapa karakteristik yang perlu dilihat untuk menentukan kedewasaannya, mis:
1. Memiliki kesadaran akan tanggung jawab, baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun masyarakat dan bangsa pada umumnya.
2. Secara ekonomi mereka sudah tidak lagi tergantung.
3.Memiliki kepekaan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia berada.
4.Memiliki kemauan untuk memperhatikan kesehatannya dengan baik.
5. Mengalami kemajuan perkembangan jiwa sejalan dengan bertambahnya usia.
6. Menggunakan kemampuan berkomunikasi untuk berinteraksi secara positif dengan manusia lain.
Pembagian Kelompok Orang Dewasa:
Pada masa yang lampau kelompok orang dewasa digolongkan hanya dalam satu kelompok, yaitu orang dewasa. Tapi dari perkembangan ilmu psikologi kita dapatkan bahwa ada tingkatan-tingkatan perkembangan pada orang dewasa yang membentuk pola tertentu pada kelompok umur tertentu. Oleh karena itu dalam ilmu psikologi sekarang kelompok orang dewasa biasanya dibagi menjadi 3 kategori:
1. Orang dewasa muda (18-34 tahun)
2. Orang dewasa madya (35-60)
3. Orang dewasa tua (61 keatas)
Pembagian ini didasarkan pada karakteristik, kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh masing-masing kelompok.
1. Karakteristik, Kebutuhan Dan Masalah Orang Dewasa Muda (Usia 18-34 Tahun)
Sesudah akhir masa adolesen (remaja), seseorang akan mengalami transisi kehidupan kearah masa dewasa. Hidup pada masa ini dirasakan sangat cepat. Banyak pengalaman-pengalaman ‘pertama’ harus dilalui, misalnya, pindah rumah/kota, masuk perguruan tinggi, memulai karier (pekerjaan), menikah, mempunyai anak, mempunyai kedudukan (identitas) dalam masyarakat dll. Masa dewasa muda ini berakhir sampai usia 35 tahun.
a. Karakteristik orang dewasa muda:
1) kebanyakan masih single/belum menikah (tapi sebagian sudah menikah dan sebagian sudah mempunyai anak).
2) sedang atau sudah menyelesaikan pendidikan (tapi sebagian sudah memulai bekerja).
3) mengalami paling banyak penyesuaian dan sering harus jatuh bangun.
4) bimbingan orang tua mulai berkurang, sehingga sering ragu-ragu dan takut.
5) fisik sangat sehat dan intelektual sedang dalam puncak
6) sangat bersemangat dan ambisius serta idealis.
b. Kebutuhan dan masalah orang dewasa muda:
1) memilih bidang studi yang akan ditekuni sebagai karier di masa y.a.d.
2) menyelesaikan pendidikan
3) mencari pekerjaan yang sesuai
4) memiliki teman hidup
5) menikah
6) belajar menyesuaikan hidup nikah/berkeluarga
7) memulai keluarga
8) merencanakan anak
9) membesarkan anak
10) menangani keluarga dengan stabil dan mantap
11) memulai karier/pekerjaan tetap
12) ingin terlibat dalam masyarakat
13) bagaimana menemukan lingkungan kelompok yang cocok
14) selalu mengalami kesulitan dalam hal keuangan
2. Karakteristik, Kebutuhan Dan Masalah Orang Dewasa Madya (Usia 35-60 Tahun)
Ketika memasuki masa usia ini, seorang dewasa tiba-tiba harus menerima kenyataan bahwa hidup sudah ada di tengah jalan dan tidak mungkin bisa kembali lagi. Inilah yang disebut sebagai masa puber kedua, karena pada masa ini terjadi banyak perubahan dan transisi untuk memasuki masa usia lanjut (yang sering kali ditakuti). Pada saat ini orang dewasa melakukan introspeksi dan evaluasi untuk membuat komitmen baru dalam hidup. Kalau masa ini dilalui dengan baik, maka pepatah yang berbunyi "hidup sesungguhnya dimulai usia 40" betul-betul terjadi.
a. Karakteristik orang dewasa madya:
1) Mulai melihat anak-anak menanjak remaja dan pemuda, saat untuk mulai melepas mereka supaya bisa mandiri.
2) banyak ketrampilan yang sudah dikuasai untuk mengatasi persoalan hidup.
3) lebih realistis, khususnya dalam hal cita-cita dan tujuan hidup.
4) hidup pada masa ini mulai mapan, khususnya dalam hal keuangan.
5) mulai menyesuaikan diri untuk memasuki masa tua, sehingga menimbulkan banyak stres dan ketegangan.
b. Masalah yang dihadapi orang dewasa madya
1) kadang masih berpikir untuk pindah karier.
2) (khusus untuk wanita) masa ini adalah masa untuk berkarier lagi.
3) menghadapi orang tua yang memasuki usia lanjut.
4) hubungan suami istri akan menjadi lebih kearah persahabatan
5) menemukan kesenangan-kesenangan baru.
6) merencanakan pensiun.
7) menyesuaikan diri dengan perubahan psikologis yang sedang terjadi.
8) tidak lagi idealis tapi realistis.
3. Karakteristik, Kebutuhan Dan Masalah Orang Dewasa Tua (Usia 61 Tahun Ke Atas)
Perbaikan gizi dan obat-obatan memungkinkan lebih banyak orang dewasa untuk memasuki masa usia lanjut ini. Masalah paling umum dihadapi pada masa ini adalah kesehatan dan mengisi waktu masa tua.
a. Karakteristik orang dewasa tua
1) berkurangnya kemampuan fungsi organ-organ tubuh, sehingga banyak mengeluhkan masalah kesehatan.
2) ketuaan secara psikologis
3) banyak lupa (pikun)
4) banyak kuatir dan ketakutan akan kematian
5) merasa tidak berguna dan tidak dibutuhkan
6) ketergantungan dalam banyak hal, kadang termasuk finansiil.
7) menarik diri dari banyak kegiatan karena alasan ketuaan
b. Masalah dan kebutuhan yang dihadapi dewasa tua:
1) ketegangan karena masalah kesehatan dan penyakit.
2) menyesuaikan hidup ke masa pensiun
3) mencari kegiatan-kegiatan yang berguna
4) belajar mengingat cucu-cucu
5) belajar hidup sendiri
6) memahami proses ketuaan
7) berusaha untuk hidup sehat
8) mempersiapkan kematian
E. Bagaimana Orang Dewasa Belajar
Proses belajar manusia tidak berhenti pada waktu seorang pemuda meninggalkan bangku sekolah formal, dengan atau tanpa ijazah. Proses belajar manusia berlangsung terus seumur hidup, baik melalui: pengalaman kerja, bacaan, kursus-kursus, kegiatan latihan, ataupun seminar/penataran. Namun demikian disadari bahwa orang dewasa bukan anak kecil lagi, sehingga pendidikan orang dewasa tidak dapat disamakan dengan pendidikan anak sekolah. Pendekatan pendidikan untuk orang dewasa disebut dengan istilah androgogy (ilmu untuk mengajar orang dewasa). Istilah ini diciptakan oleh Kapp 1883 dipopulerkan oleh Malcolm Knowles. Ia mengemukakan 4 asumsi tentang proses belajar dalam orang dewasa:
1. Self directed. Tidak memerlukan kontrol dari orang lain, harus mempunyai agenda sendiri. Mereka yang membuat keputusan sendiri, tidak perlu diminta, kapan dan bagaimana mereka belajar.
2. Pengalaman hidup sebagai sumber pendidikan. Guru hanya menjadi fasilitator.
3. Orientasi orang dewasa lebih banyak ke pengembangan dalam rangka tugas dalam peran sosialnya. Misalnya sebagai orang tua, sebagai bagian dari masyarakat.
4. Pengaplikasian langsung. Orientasinya adalah: problem-oriented. Bagaimana pengetahuan yang dipunyai berguna untuk memecahkan masalahnya sekarang.
5. Ketakutan untuk menghadapi kegagalan-takut kehilangan muka, status.
F. Materi Yang Sesuai
Materi yang bisa diberikan dalam PAK Dewasa/Keluarga, diantaranya:
1. "Mempertahankan Rumah Tangga"
2. "Mempertahankan Keyakinan Diri"
3. "HAM Dalam Kacamata Orang Percaya Modern"
4. "Bagaimana Kuat Secara Iman Sekalipun Fisik Merosot"
5. "Mengisi Hari Tua Dengan Keintiman Dengan Allah dan Sesama"
6. "Menjadi Tua Yang Bijaksana dan Memberi Teladan".
G. Halangan Dalam Pelaksanaan Pak Dewasa
Sekalipun PAK memberikan peran yang sangat penting bagi pertumbuhan tubuh Kristus, tidak berarti pelaksanaannya tanpa halangan. Berikut ini adalah hal-hal yang menjadi penghalang pelaksanaan PAK bagi orang dewasa:
1. Ketergantungan pada pendeta sebagai sumber informasi.
2. Tanggung jawab pribadi kurang ditekankan (perkembangan rohani).
3. Mentalitas untuk menerima saja, tidak ada unsur memberi dan menerima.
4. Kegiatan pendidikan hanya berpusatkan pada pendengaran.
5. Orang dewasa sudah mapan, sudah terbentuk kebiasaan-kebiasaan yang sulit dirubah, pikiran juga sudah terbentuk.
6. Perkembangan sangat sulit dilihat, hasil tidak cepat dan sulit dilihat, juga lambat berkembang.
7. Terlalu banyak variasi kebutuhan dan kategori dewasa.
8. Masalah orang dewasa yang sudah sangat kompleks.
9. Banyak kesulitan hidup sehingga kurang bersemangat dan tidak ada waktu.
10. Karena sama-sama orang dewasa, pemimpin harus cukup menguasai dan dihormati.
11. Karena kualifikasi yang tinggi guru PAK Dewasa sulit dicari.
12. dst.
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan :
1. Orang dewasa belajar sebagai pribadi yang total, artinya dalam proses belajar orang dewasa senantiasa membawa pengalaman total masa lampaunya.
2. Orang dewasa belajar lebih efektif saat mereka menjadi partisipan yang aktif dalam pengalaman belajar.
3. Orang dewasa sangat dipengaruhi oleh hubungan antar pribadi yang ada dalam sebuah pengalaman belajar.
4. Seluruh pengalaman orang dewasa menyediakan pelajaran-pelajaran buat mereka sendiri.
5. Setiap orang dewasa adalah individu-individu dengan keunikan kapasitas, kemampuan, minat, kebutuhan, perhatian, dan kesempatan masing-masing.
6. Orang dewasa cenderung membuat menerima nilai-nilai dan sudut-sudut pandang dari pribadi-pribadi dengan siapa ia memiliki hubungannya yang signifikan.
7. Orang dewasa belajar tidak pernah lengkap sampai ia timbul dalam sebuah tindakan yang sebenarnya (sesuai).
8. Saat seorang dewasa telah belajar dengan efektif, hal ini akan merangsangnya untuk pelajaran selanjutnya dan itu akan menjadi motivasi diri bagi pelajaran baru.
9. Guru dalam belajar memainkan peran yang penting dalam pembelajaran orang dewasa.
H. Metode Pak Dewasa/Keluarga
1. Pengertian Metode PAK
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata, yaitu meta dan hodos. Meta berarti ‘melalui’ dan hodos berarti ‘jalan’ atau ‘jalan’. Dengan demikian metode adalah dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Ada juga yang mengartikan bahwa metode adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin tersebut. Menurut Imam Barnadid, metode adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin tersebut , sementara Hasan Langgulung pendapatnya tentang metode sangat simpel yaitu jalan untuk mencapai tujuan. Maksud dari tujuan ini bermaksud ditempatkan pada posisinya sebagai cara menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan ilmu atau sistematisasi suatu pemikiran. A Zayadi menegaskan bahwa metode lebih memperlihatkan sebagai alat untuk mengolah dan mengembangkan suatu gagasan sehingga menghasilkan teori atau temuan.
Muhibin Syah menjelaskan metode secara harfiah yang berarti “cara”. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis.
Selanjutnya jika kata metode dikaitkan dengan pendidikan, dapat membawa arti bahwa metode adalah jalan untuk menanamkan pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai serta keterampilan melalui institusi pendidikan.
Adapun fungsi metode pendidikan secara umum dapat dikemukakan sebagai pemberi jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional pendidikan. Sedangkan dalam konteks lain, metode dapat merupakan saran untuk menemukan, menguji dan menyusun data yang di perlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu. Dari dua pendekatan ini dapat disimpulkan bahwa metode berfungsi mengantarkan suatu tujuan kepada objek sasaran dengan cara yang sesuai dengan pengembangan objek sasaran tersebut.
Pendekatan metode PAK adalah aspek yang lebih bersifat praktis. Hal itu penting karena pada taraf yang paling konkret dalam PAK, pendidik akan berurusan dengan metode dalam mendidik, khususnya mengajar. Harus diakui bahwa dengan membahas metode dalam PAK bukan berarti pendekatan dalam PAK hanya bersifat pengajaran, melainkan dalam peraturan sekolah, pendekatan dalam pengajaran juga memegang peranan penting.
Metode adalah cara ilmiah yang teratur dalam memperoleh ilmu dan cara kerja yang sistematis untuk mempermudah suatu kegiatan dalam mencapai tujuannya. Beberapa pengertian lain metode sering disamakan dengan kata “teknik”, yang berarti mencapai suatu tujuan orang menggunakan metode tertentu. Jadi metode hanyalah alat perantara untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri. Dalam kalimat sederhana, metode adalah “bagaimana” mengajarkan sesuatu, sedangkan pokok ajaran adalah “apa” yang diinformasikan.
Berkaitan dengan hal tersebut, John Dewey mengatakan, “Metode berarti pengaturan meteri pelajaran yang menjadikanya paling efektif dalam penggunannya.” Selanjunya Iris V. Cully menyatakan bahwa “apa” menentukan syarat bagi “bagaimana”.
Dalam konteks PAK, metode mengarahkan kepada firman Tuhan. Dengan renda hati dan setia, patutlah seorang guru hanya melayani firman Tuhan. Metode yang dia gunakan akan menghasilkan iman, pengtahuan, dan ketaatan yang sejati dalam kehidupan anak didiknya. Metode memiliki dua pemahaman, yaitu teori dan praktik. Sayanya, ada pendidik yang tahu banyak tentang metode, tetapi tidak sanggup mempraktikkannya.
Metode adalah suatu hal yang mempunyai dua sisi yakni teori dan praktik. Kita bisa mempelajari berbagai metode secara teoritis, namun hal itu tidak menjamin keberhasilan tanpa keterampilan melakukannya. Oleh sebab itu diperlukan praktik yang efesien dan efektif sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.
2. Prinsip Memilih Metode Mengajar Yang Tepat
Dalam memilih metode mengajar PAK Dewasa yang tepat perlu dipertimbangkan faktor faktor sebagai berikut.:
a. Tujuan Pengajaran
b. Bahan pengajaran
c. Umur kelompok peserta
d. Kebutuhan peserta
e. Jumlah peserta
f. Waktu yang tersedia
g. Kemampuan pengajar
h. Fasilitas yang ada
i. Suasana kelompok
Yang perlu diperhatikan dalam Pemilihan Metode bahwa semakin tua usia orang dewasa maka semua metode yang unsur psikomotoriknya tinggi dikurangi (pertimbangan fisik yang semakin lemah). Sebenarnya metode-metode yang dapat dipakai adalah metode yang tidak berbeda jauh dengan metode yang dapat dilakukan oleh Pemuda, namun tetap dilaksanakan dengan tetap memperhatikan kekuatan fisik orang dewasa,
3. Batas-Batas Metode
Metode juga mempunyai batasan. Hal ini berarti satu metode bisa tepat bagi seseorang, tetapi tidak tepat bagi orang lain. Bisa saja ada orang lain yang senang dengan metode tersebut, tetapi tidak disukai beberapa orang lainnya.
Jadi, dalam proses belajar-mengajar perlu diberi batasan metode yang tepat. Metode tersebut harus dipahami dan dilakukan sang guru bila ia ingin berhasil dalam menyampaikan materi kepada anak didiknya.
4. Metode Yang Digunakan
Beberapa metode-metode yang digunakan adalah :
1. Metode Diskusi
2. Metode Ceramah (Preaching Method)
3. Metode Perumpamaan
4. Metode Demonstrasi ( Demonstration Method )
5. Metode Ceramah Plus
6. Metode Resitasi ( Recitation Method )
7. Metode Percobaan ( Experimental Method )
8. Metode Karya Wisata
9. Metode Latihan Keterampilan ( Drill Method )
10. Metode Mengajar Sesama Teman ( Peer Teaching Method )
11. Metode Perancangan ( Projeck Method )
12. Metode Bagian ( Teileren Method )
13. Metode Global (Ganze Method )
14. Metode Discovery
15. Metode Inquiry
16. Metode Microteaching
17. Metode Problem Solving
18. Metode Tanya Jawab
19. Metode Sosio Drama
20. Metode Simulasi
21. Metode Proyek
22. Metode Mengajar Berprogma
23. Metode Mind Mapping
24. Metode Koperatif
25. Metode Diad
26. Metode Broken Square
27. Metode Brainstorming
28. Metode Sambutan Melingkar
29. Metode Rembuk Sejoli
30. Metode Buzz Group
31. Metode Philips 66
32. Metode Fish Bowl
33. Metode Membaca Dan Berdiskusi
34. Metode Lukisan Kelompok
35. Metode Karangan Kelompok
36. Metode Forum Music
37. Metode Penelahaan Induktif Kitab Suci
38. Metode Symposium
39. Metode Panel
40. Metode Forum
41. Metode Seminar
42. Metode Studi Kasus
43. Metode Colloquy
44. Metode Role Playing
45. Metode Unit Teaching
46. Metode Kerja Lapangan
47. Metode Mengajar Berprogma
48. Metode Tutorial
49. Metode Pemberian Tugas
50. Metode STAD (Student Teams Achievement Disvisions)
51. Metode Jingsaw
52. Metode Make A Match
53. Metode Tipe Think Pair Share
54. Metode Debat
55. Metode Artikulasi
56. Metode Group Investigation
57. Metode Pembelajaran Bertukar Pasangan
58. Metode Snowball Throwing
59. Metode Student Facilitator And Explaining
60. Metode Course Review Horay
61. Metode CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, Compostion)
62. Metode Tebak Kata
63. Metode Word Square
64. Metode Scramble
65. Take And Give
66. Metode Consept Sentence
67. Metode Time Token
68. Metode Round Club
69. Metode Latihan Keterampilan
70. Metode Perancangan
71. Metode Pair Check
72. Metode Otentik
73. Metode NHT (Numbered Head Together)
74. Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik)
75. Metode Terpadu
76. Metode Example Non Example
77. Metode Picture And Picture
78. Metode Cooperative Script
79. Metode Problem Based Introduction
80. Metode Pembelajaran Artikulasi
81. Metode Tipe Think Pair Share
82. Metode Pembelajaran Group Investigation
83. Metode Talking Stick
84. Metode Tari Bambu
85. Metode Explicit Instruction
86. Metode Inside-Outside-Circle
87. Metode Cooperative Learning
88. Metode Word Square
89. Metode Cecks Spencer Kagen
90. Metode Berbasis Jasa Layanan
91. Metode Permainan
92. Metode Latihan
93. Metode Teileren
94. Metode Team Games t=Tournament
95. Metode Lesson Study
96. Metode Contextual Teaching and Learning
97. Metode sharing
98. Metode renungan
99. Metode cerdas tangkas Alkitab yang kreatif
Dari macam-macam metode diatas, kelompok mengambil beberapa metode yang cocok dengan PAK Dewasa/Keluarga.
1. Metode Dialog atau Diskusi
“Dialog” adalah percakapan antara dua orang atau lebih. Berdialog berarti melakukan percakapan atau Tanya jawab secara langsung. Metode ini sering digunakan Yesus dalam keempat injil walaupun penggunaanya tidak sama persis dengan metode yang digunakan Socrates. Yesus sering menggunakan pertanyaan baru sebagai tanggapan atas pertanyaan yang sebelumnya diajukan kepadanya. Misalnya, “G uru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memeroleh hidup kekal?” ternyata Yesus kembali mengajukan pertanyan sehingga terjadilah dialog.
Dalam dialog seperti yang digunaan Yesus, orang diajak untuk menggali lebih dalam, dan menggali persoalan dengan lebih mendasar.
Cara yang digunakan Yesus untuk mengajar para murid-Nya adalah dengan Tanya jawab (dialog). Apa tujuan Yesus bertanya kepada para murid-Nya? Hal ini terjadi dalam Matius 16:13-17 (Supaya mereka lebih mengetahui siapa Yesus sebenarnya). Apa gunanya Dia bertanya kepada para murid-Nya? Pertama, untuk mendorong para murid-Nya bepikir mengenai maksud dan arti ajaran-Nya. Kedua, supaya para murid-Nya memberikan keputusan dalam menentukan sikap.
Metode bertanya sangat efektif dalam proses mengajar secara kreatif. Metode itu setara dengan pengajaran. Pertanyaan bagus yang dilontarkan secara tepat akan merangsang orang untuk berpikir, menggali lebih mendalam, dan memusatkan perhatian pada hal tertentu.
Dalam penelaahan Alkitab pun pertanyaan mempunyai peranan penting agar penting. Agar efektif dan mengena, pertanyaan tidak disusun secara sembarangan, tetapi terdiri dari tiga tahap. Untuk menguasai tiga tahap pertanyaan itu dibutuhkan keterampilan. Tahap-tahap tersebut meliputi tahap pertanyaan observasi (pengamatan), tahap pertanyaan penafsiran (interprestasi), dan tahap pertanyaan penerapan (aplikasi).
Dialog atau bisa juga disebut diskusi adalah percakapan yang direncanakan dan melibatkan dua orang atau lebih. Metode ini digunakan untuk proses suatu masalah, isu, dan lain sebagainya, serta memberikan suatu pengertian bersama, bahkan menolong seseorang sehingga ada solusi bagi masalah tersebut. diskusi bermanfaat untuk menolong peserta agar mengerti dan memperoleh informasi, memberanikan diri berpikir secara tajam dan praktis, memberikan latihan dalam memecahkan masalah dan mencari jalan keluar, serta membuat anggota kelompok berani mengeluarkan pendapat mereka sehingga dapat membawa perubahan dalam cara berpikir.
a. Kelebihan dari metode diskusi
1) Menyadarkan peserta bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
2) Menyadarkan peserta bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik
3) Membiasakan peserta untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan peseta bersikap toleransi
b. Kelemahan Metode diskusi
1) tidak dapat digunakan dalam kelompok yang besar
2) peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas
3) cenderung dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara
4) biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal
2. Metode Audiovisual
Sebenarnya, bahan pengajaran audiovisual merupakan media komunikasi yang paling kuno. Sebelum manusia merangkai tanda-tanda menjadi huruf, mereka menggunakan gambar untuk berkomunikasi. Dalam kehidupan Yesus sebagai pengajar, dia juga mengenal alat peraga. Namun pada saat ini, seseorang dapat menggunakan gambar-gambar terang, film bersuara, papan fanel, dan lain sebagainya.
Dengan metode audiovisual, seseorang dapat memperoleh beberapa manfaat atau kemudahan, seperti:
1. Mempertahankan Konsentrasi.
Kemampuan berkomunikasi seseorang sangat terbatas sehingga materi yang disampaikan dengan alat audiovisual akan membantu mempertahankan daya tangkap peserta didik. Penggunaan materi audiovisual dimaksudkan agar dapat digunakan secara luas dan menarik.
2. Mengajar Dengan lebih Cepat.
Waktu untuk menyampaikan materi sering kali sangat terbatas. Bila materi pelajaran hanya disampaikan dengan kata-kata, mungkindapat disalahartikan para pendengarnya, belum lagi memerlukan waktu yang panjang. Namun, dengan bantuan alat-alat audiovisual, guru bukan hanya mejelaskan banyak hal dalam waktu yang lebih singkat, melainkan juga dapat mencapai hasil mengajar dengan lebih cepat.
3. Mengatasi Keterbatasan Tempat.
Oleh karena satu daerah terpisah dengan daerah lain, menyampaikan berita sering mengalami hambatan. Perpedayaan kebudayaan masing-masing tempat juga sring menimbulkan kesalahpahaman dan penjelasan yang salah, tetapi pengajaran audiovisual mampu mengatasi kesalahpahaman dan kekeliruan semacam itu.
4. Membangkitkan Emosi Manusia.
Menyampaikan satu berita dengan gambar akan lebih berhasil jika dibandingkan dengan kata-kata saja. Apalagi bila ada suara yang menyertainya. Materi pelajaran audiovisual yang hidup akan mampu membangkitkan emosi manusia.
3. Metode Perjumpaan
“Perjumpaan” adalah pertemuan. Salah satu contoh metode perjumpaan dalam Alkitab (Yoh. 5:1-18) adalah kisah tentang “Yesus dan orang buta di kolam Betesda.” Kisah ini menceritakan bahwa banyak orang sakit sedang berada didepan kolam Betesda untuk menantikan pertolongan. Diantara mereka, Yesus menemukan seorang buta dengan keadaannya yang sangat sulit. Ketika air kolam itu diguncang oleh malaikat Tuhan, tidak seorang pun mau menolongnya untuk menceburkan diri kedalam kolom itu. Orang sakit yang pertama masuk ke kolam itu akan mengalami mukjizat kesembuhan. Orang buta ini sudah sakit selama 38 Tahun. Ia selalu terlambat masuk kedalam kolam. Secara manusia, keadaan itu membuat ia putus asa, tetapi ketika ia mengalami perjumpaan dengan Tuhan Yesus, terjadilah kesembuhan yang membuat ia mengalami mukjizat Tuhan dalam hidupnya.
a. Kelebihan Metode Perjumpaan:
1) Memudahkan memahami suatu konsep yang abstrak
2) Melatih peserta untuk terbiasa berpikir analogis melalui penyebutan premis-premis.
b. Kekurangan Metode Perjumpaan:
1) Guru enggan menggunakan metode ini karena metode ini dapat menghabiskan energi karena bentuknya seperti cerita.
2) Tidak mudah dalam membuat perumpamaan yang sesuai dengan pokok bahasan.
3) Peserta menjadi bingung apabila perumpamaan tersebut kurang jelas, sehingga tidak memahamkan justru malah membosankan dan tujuan pendidikan tidak akan tercapai.
4. Metode Ceramah (Preaching Method)
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah peserta yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham peserta.
Yesus juga memakai metode ceramah. Dalam kitab-kitab Injil ada beberapa contoh ceramah yang baik. Salah satu ialah Khotbah di bukit yang terdapat di `Matius 5-7. Dalam Matius 7:28, ketika Ia selesai berbicara “takjublah orang banyak itu mendengar pengajaranNya, sebab Ia mengahar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka”.
a. kelemahan metode ceramah
1) Membuat peserta pasif
2) Mengandung unsur paksaan kepada peserta
3) Mengandung daya kritis peserta( Daradjat, 1985)
4) Peserta yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan peserta yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
5) Sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar peserta.
6) Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
7) Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
b. kelebihan metode ceramah
1) Guru mudah menguasai kelas.
2) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
3) Dapat diikuti peserta dalam jumlah besar.
4) Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
5. Metode demonstrasi ( Demonstration method )
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah (2000).
Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Syaiful Bahri Djamarah, ( 2000).
Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah :
1) Perhatian peserta dapat lebih dipusatkan .
2) Proses belajar peserta lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
3) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri peserta (Daradjat, 1985)
a. Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut :
1) Membantu peserta memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda.
2) Memudahkan berbagai jenis penjelasan .
3) Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melaui pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan obyek sebenarnya (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
b. Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut :
1) Peserta terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.
2) Tidak semua benda dapat didemonstrasikan
3) Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
6. Metode Karya Wisata
Metode karya wisata adalah metode mengajar dengan mengajak peseta didik mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan tersebut dengan didampingi oleh pendidik.
a. Kelebihan Metode Karya Wisata
1) Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
2) Membuat bahan yang dipelajari menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
3) Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.
b. Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :
1) Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
2) Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
3) Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
4) Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.
5) Biayanya cukup mahal.
6) Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.
7. Metode pemecahan masalah ( Problem solving method )
Metode ini adalah suatu metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal, lalu diminta pemecahannya. metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. metode ini juga berfokus pada keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. peserta didik tidak lagi diberikan materi belajar secara satu arah seperti pada metode pembelajaran konvensional. Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
Dengan metode ini, diharapkan peserta dapat mengembangkan pengetahuan mereka secara mandiri. Dalam Metode ini, peserta didik diberikan suatu permasalahan. selanjutnya secara berkelompok (disarankan kelompok kecil:8-10 orang) mencari solusi atas permasalahan tersebut.
untuk dapat memperoleh hasil yang diharapkan, maka terdapat langkah-langkah yang dilakukan dalam metode PSM
1) Identifikasi Masalah
Peserta membaca masalah yang diberikan dan mendiskusikannya.
2) Eksplorasi pengetahuan yang telah dimiliki
Klarifikasi istilah yang digunakan dalam masalah beserta maknanya.
3) Menetapkan Hipotesis
Pada tahap ini diharapkan peserta dapat membangun hipotesis dari permasalahan yang diberikan
4) Identifikasi isu-isu yang dipelajari
Isu pembelajaran dapat didefinisikan sebagai pertanyaan yang tak dapat dijawab dengan pengetahuan yang masih dimiliki oleh peserta. pada tahap ini peserta harus menyadari apa yang menjadi isu pembelajaran, baik bagi kelompok maupn bagi tiap individu
5) Belajar Mandiri
Pada tahap ini harus jelas isu pembelajaran yang menjadi tujuan bagi tiap peserta. pada area tertentu, perlu ditentukan bagian yang merupakan bagian dari belajar mandiri peserta
6) Re-evaluasi dan penerapan pengetahuan baru terhadap masalah
Ini tahap yang paling kursial dalam proses PBL, yaitu saat peserta berkumpul kembali setelah membahas isu pembelajaran pada permasalahan yang diberikan di awal. penelitian di bidang pendidikan mengungkapkan bahwa jika bekerja dengan informasi baru dengan mempertanyakannya, menerapkannya pada situasi yang berbeda dapat membantu merangsang pembelajaran pada masa mendatang.
7) Pengkajian dan refleksi
Sebelum proses pembelajaran selesai, peserta sebaiknya mendapat kesempatan untuk berefleksi mengenai proses pembelajaran yang terjadi. hal ini termasuk melakukan review terhadap pembelajaran yang telah diraih, sekaligus kesempatan bagi kelompok untuk memberikan umpan balik mengenai proses yang telah berlangsung.
a. Kelebihan Metode Pemecahan Masalah
Pembelajaran problem solving ini memiliki keunggulan dan kelemahan. keunggulan model pembelajaran problem solving yaitu melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan, berpikir dan bertindak kreatif, memecahkan masalah yang di hadapi secara realistis, mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat, serta dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan khususnya dunia kerja.
b. Kekurangan Metode Pemecahan Masalah
Sementara kelemahan model pembelajaran problem solving itu sendiri seperti beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Dalam pembelajaran problem solving ini memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
8. Metode Contextual Teaching And Learning (CTL)
Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti ”hubungan, konteks, suasana dan keadaan (konteks) ” Adapun pengertian CTL menurut Tim Penulis Depdiknas (2003:5) adalah sebagai berikut: Pembelajaran Konstektual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta dan mendorong peserta membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: kontruktivisme (contructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi dan penelitian sebenarnya (authentic assessment). Sedangkan menurut Jhonson (2006: 67) yang mendefinisikan pembelajaran kontekstual (CTL) sebagai berikut: Sistem CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para peserta melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks pribadi, sosial dan budaya mereka.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan sebuah strategi pembelajaran yang dianggap tepat untuk saat ini karena materi yang diajarkan oleh guru selalu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari peserta. Dengan menggunakan pembelajaran kontekstual, materi yang disajikan guru akan lebih bermakna. Peserta akan menjadi peserta aktif dan membentuk hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan mereka.
a. Kelebihan dan Kekurangan
Beberapa keunggulan dari pembelajaran Kontekstual adalah:
1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya peserta dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi peserta materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori peserta, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada peserta karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang peserta dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme peserta diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
3) Kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan pada aktivitas peserta secara penuh, baik fisik maupun mental
4) Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan
5) Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh peserta, bukan hasil pemberian dari pendidik
6) Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna
b. kelemahan dari pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut:
1) Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran Kontekstual berlangsung
2) Jika pendidik tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi kelas yang kurang kondusif
3) Pendidik lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL, pendidik tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas pendidik adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi peserta. Peserta dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran pendidik bukanlah sebagai instruktur atau ”penguasa” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing peserta agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
4) pendidik menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak peserta agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya pendidik memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap peserta agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
9. Metode Perbuatan Simbol
Kata “symbol” atau “lambang” berasal dari bahasa Yunani, sumbolon. Kata ini digunakan dalam berbagai pengertian seperti tanda, peringatan alamat atau pertanda. Symbol atau lambang adalah benda yang mecerminkan dan menjamin kenyataan dari hal yang dilambangkan. Disini, “lambang” adalah sesuatu seperti tanda, misalnya lukisan, lencana, dan lain sebagainya yang menyatakan suatu hal atau mengandung maksud tertentu.
Berkaitan dengan hal itu, Oxford Dictionary mengartikan “lambang” sebagai “suatu hal yang disetujui secara umum dan menurut kodratnya menggambarkan, mewakili, atau mengingatkan hal lain yang memiliki sifat-sifat serupa atau menghubungkan hal kedua dalam kenyataanya atau dalam pikiran.
Yesus tampil di muka umum pertama kali saat Ia dibabtis Yohanes Pembaptis. Tindakan itu menimbulkan pertanyaan di kalangan para ahli. Jika makna pembabtisan Yohanes adalah untuk pengampunan dosa, lalu mengapa Yesus dibaptis, pada hal Dia tidak berdosa? Disini Yesus hendak mengajar para murid melalui tindakan simbolis.
Pertama, Dia mengajarkan bahwa pelayanan-Nya berarti pengurbanan. Hal itu tampak jelas dalam perkatan-Nya kepada Yohanes dan Yakobus. “Dapatkah kamu dibaptis dalam baptisan yang harus kuterima?” hal yang dimaksudkan disini adalah tentang kesengsaraan-Nya. Jadi, baptisanNya adalah symbol kesengsaraan.
Kedua, melalui lambang baptisan, Yesus mengajarkan tentang perlunya solidaritas dengan semua orang, dan hal itu hanya bisa dinyatakan dengan menjadi hamba yang merendahkan diri dari menderita.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam dunia pendidikan, khususnya PAK, sangat diperlukan berbagai macam metode. Metode yang digunakan membuat proses belajar-mengajar berjalan dengan baik dan tidak membosankan. Metode dalam PAK sangat diperlukan untuk mempermudah dan membuka wawasan dalam dunia pangajaran. Hal ini karena tetang dunia pendidikan, pengajaran tidak hanya berjalan satu arah (hanya berpedoman dalam satu sumber atau bahan), tetapi ada unsure timbal-balik, misalnya pendidik dengan peserta, dan diperlukan berbagai macam metode untuk bisa menebus dunia pendidikan.
Sebagai pendidik dalam bidang agama (iman kristiani), seorang patut belajar dan meneladani Kristus dalam menggunakan metode yang bervariasi. Disamping itu, oleh karena berbagai ilmu tetang tingkah laku dan pendidikan juga telah meneliti banyak hal yang berkaitan dengan metode, seseorang perlu belajar dari berbagai penemuan tersebut dan memperkaya diri dalam menjalankan tugas.
Mengingat banyaknya cara-cara itu, hendaknya kita selalu menimbang-nimbang metode manakah yang harus kita pilih agar sesuai dengan pokok tertentu.
B. Saran
Hendaknya kita tidak hanya membaca makalah ini, tetapi dapat membandingkan atau mencari buku-buku lain untuk dapat di baca dan dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
Suprijatno,H. 2009, Pendidikan Orang Dewasa Dari Teori Hingga Aplikasi, Jakarta: Bumi Aksara
William F. Case, 1996, "Adult Education in the Chuch". Marvin J. Taylor, penyunting. An Introduction to Christian Education Nashville, New York: Abingdon Press
Barnadid, Imam. 1990. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta :
Andi Offset
Sinamora, 2008, Buku Ajar Pendidikan dalam
Keperawatan. Jakarta:ECG
Syaiful, 2007. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.
Nursala. 2010. Pendidikan Dalam Keperawatan.
Jakarta:Salemba.
Muhibin Syah, 2003, M. Ed Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : Rosda
BudiMakaado,2014,http://budimakaado.blogspot.com/2014/11/metode-mengajar.html
dony iskandar,Strategi PAK dalam Pelayanan Dewasa, 2013 , http://strategipak.blogspot.com/2013/11/strategi-pak-dalam-pelayanan-dewasa.html
Yonas Muanley, Efektivitas Proses Pembelajaran, 2013, http://efektivitasprosespembelajaranpak.blogspot.com/2013/06/metode-pembelajaran-pak.html
Martinus Labulakeu, PAK Dewasa, 2013 http://labulakeu.blogspot.com/2013/01/pak-dewasa.html
http://www.academia.edu/5832347/Model_Pembelajaran_Contextual_Teaching_and_Learning
Daniel Zacharias, Dewasa PAK Pendidikan, 2008 http://dapetza2007.blogspot.com/2008/10/pendidikan-agama-kristen-pak-dewasa.html
Comments
Post a Comment