Skip to main content

MISI DALAM KISAH PARA RASUL


I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kisah Para Rasul menjelaskan sejarah gereja Kristen awal setelah naiknya Tuhan Yesus Kristus ke sorga. Amanat dalam kitab Kisah Para Rasul ini menjelaskan bagaimana pengikut-pengikut Yesus Kristus dengan pimpinan Roh Kudus menyebarkan kabar baik tentang Yesus di Yerusalem, di seluruh Yudea, di Samaria, dan sampai ke ujung bumi (kis 1:8). Buku ini menceritakan tentang pergerakan Kristen yang dimulai di antara orang Yahudi lalu meluas menjadi suatu agama untuk seluruh dunia, tidak hanya untuk orang Yahudi. Penulis kitab ini merasa perlu pula meyakinkan para pembacanya bahwa orang-orang Kristen bukanlah suatu bahaya politik subversif terhadap Kekaisaran Romawi, tetapi bahwa agama Kristen merupakan penyempurnaan agama Yahudi. Kisah Para Rasul adalah kitab lanjutan dari Injil Lukas, yaitu jilid kedua dari segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus (Lukas 1:1-4; Kis. 1:1). Dalam pendahuluan kedua kitab ini, nampak bahwa keduanya ditujukan kepada Teofilus, seorang Yunani. Penulis kedua kitab ini pun sama, yaitu Lukas, seorang tabib Yunani. B. Fokus Penulisan Maka dari itu melalui makalah ini kami kelompok akan fokus membahas tentang Misi dalam Kisah Para Rasul serta hal-hal yang bgerkaitan didalamnya. C. Rumusan Masalah Berdasarkan fokus penulisan tersebut maka kelompok merumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana latar belakang Kisah Para Rasul ? 2. Bagaimana Misi dalam kisah Para Rasul ? 3. Bagaimana Keselamatan dalam Kisah Para Rasul ? D. Tujuan penulisan Berdasarkan rumusan penulisan tersebut maka tujuan kelompok untuk : 1. Menjelaskan Latar Belakang Kisah Para Rasul. 2. Menjelaskan Misi dalam Kisah Para Rasul. 3. Menjelaskan Keselamatan dalam Kisah Para Rasul. II. PEMBAHASAN A. Latar Belakang Menurut judul yang bukan diberikan oleh penulisnya Kisah Para Rasul dalam kebanyakan naskah salinan ‘Kisah Para Rasul Kudus’, yang belakangan sering disingkat menjadi ‘Kisah’, tujuan karya ini tampaknya mau melaporkan perbuatan orang-orang ini, khususnya Petrus dan Paulus. Namun judulnya tidak sesuai dengan maksud si pengarang. Tujuannya bukanlah untuk menggambarkan kegiatan orang-orang ini, pemeran sesungguhnya adalah Tuhan yang kini telah ditinggikan, atau lebih tepatnya lagi Roh yang bekerja di dalam Gereja melalui manusia (Kis 8:1; 2:33; 4:8; 6:3; 13:2). Hal ini sudah cukup menunjukkan bahwa Kisah Para Rasul adalah kelanjutan dari Lukas (bnd. Kis 1:1). Sebagaimana Yesus sebelumnya pembawa satu-satunya Roh itu, maka Roh itu kini dapat dinamai Roh Yesus (Kis 16:7), atau acuan-acuan dilakukan pada kekuatan nama Yesus (Kis 3:16; 4:12, 30). Dan hal-hal itu jelas terungkap dalam Kis 1:8 para murid akan akan menjadi saksi Yesus di Yerusalem, di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai keujung bumi. Jalannya terbentang dari Yerusalem ke Roma, tempat Paulus memberitakan Kerajaan Allah dan hal-hal mengenai Tuhan Yesus Kristus tanpa rintangan (Kis 28:31). B. Misi dalam Kisah Para Rasul Berita utama dalam Kitab Kisah Para Rasul adalah pekerjaan Roh Kudus dalam sejarah gereja mula-mula. Kisahnya dimulai dengan kenaikan Yesus ke surga dan pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta, lalu selesai dengan peristiwa dipenjaranya Paulus di Roma. Selain itu, Roh Kudus disebut sekurang-kurangnya 42 kali dalam kitab ini. Justru, hanya ada beberapa rasul yang disebut dan fokus kisahnya sangat menyorot perbuatan dua orang rasul, ialah : Petrus dan Paulus (pasal 1-12: pelayanan Petrus dan perkembangan Injil dari Yerusalem sampai Antiokhia; pasal 13-28: pelayanan dan perjalanan penginjilan Paulus). Itu sebabnya, banyak pendapat berkata bahwa kitab ini lebih tepat disebut sebagai Kisah Pekerjaan Roh Kudus. Selain pekerjaan Roh Kudus, kuasa dan peran Firman Allah juga tampak menonjol dalam seluruh Kitab Kisah Para Rasul. Perlu kita ingat, pada zaman itu, Firman Allah adalah apa yang tertulis dalam Perjanjian Lama dan apa yang diberitakan Yesus (sebagai pribadi Firman yang hidup). Dari sini, kita dapat melihat Perjanjian Baru sebagai kelanjutan dari Perjanjian Lama. Di Yerusalem, Antiokhia, dan Efesus, tercatat bahwa Firman Allah makin tersebar (Kis. 6:7; 12:24; 19:20). Firman selalu diberitakan kepada orang Yahudi sebagai pewaris Firman dan pemegang perjanjian, namun mereka seringkali menolak pemberitaan itu (Kis. 13:46; 17:13). Dari sini, kita juga belajar bahwa pertumbuhan gereja juga sangat bergantung pada pertumbuhan Firman Tuhan. Dalam seluruh Kitab Kisah Para Rasul, ada 18 khotbah atau pidato pemberitaan Firman Tuhan. Kotbah-kotbah ini menempati 20% dari seluruh isi kitab. 18 khotbah tersebut terdiri dari beragam bentuk sbb: 1. Penginjilan: kepada orang Yahudi atau orang-orang yang sudah percaya kepada Tuhan (Kis. 2:14-40; 3:12-26; 4:8-12; 5:29-32; 10:34-43; 13:16-41) maupun kepada orang-orang kafir (Kis. 17:22-31). 2. Pengumuman (deliberative): yaitu khotbah yang menyampaikan keputusan atas persoalan yang terjadi dalam Gereja (Kis. 1:16-17,20-22; 15:7-11, 13-21). 3. Pembelaan (apologetic): yaitu khotbah yang membela pemberitaan Injil kepada orang yang belum menerima Injil (Kis. 7:2-52; 22:1-21; 23:1-6; 24:10-21; 25:8 & 10; 26:2-23; 28:17-20, 21-22, 25-28). 4. Dorongan (hortatory): yaitu kotbah yang memberi dorongan dan dukungan kepada anggota dan pemimpin Gereja (Kis. 20:18-35). Sebagai salah satu buah dari pemberitaan Firman Tuhan ini, kita dapat melihat bahwa orang-orang menjadi percaya dan dibaptis, seperti yang diperintahkan oleh Yesus sendiri (Mat. 28:18-20; Mrk. 16:16; Kis. 2:38 & 41; 8:12-13, 36, 38; 9:18; 10:47-48; 16:15 & 33; 18:8; 19:5). Namun semuanya tidak berjalan dengan mudah. Tekanan dan tantangan banyak dihadapi oleh gereja mula-mula. Di sepanjang Kitab Kisah Para Rasul, kita dapat melihat penganiayaan demi penganiayaan terjadi. Petrus dan Yohanes dipenjarakan, Stefanus dirajam batu sampai mati, Yakobus dipenjarakan dan dipenggal, Paulus dipenjarakan, dirantai dan dilempari batu. Tetapi, justru berbagai penganiayaan ini menghasilkan buah-buah penyebaran Injil yang lebih luas lagi. Penyebaran Injil memang merupakan fokus misi gereja mula-mula. Injil mulai di Yerusalem, kemudian karena penganiayaan-penganiayaan yang terjadi, para murid Yesus menyebarkannya ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. Dari situ, Injil terus tersebar menuju ke arah barat, dan Antiokhia menjadi pusat penyebaran Injil yang berikutnya sampai ke seluruh daerah Galatia. Selanjutnya, Efesus menjadi pusat penyebaran yang baru, dan dari Efesus seluruh Asia kecil mendengar Injil. Dari Asia kecil, Injil terus tersebar sampai ke Makedonia, Yunani, Roma, dan akhirnya ke seluruh dunia. Meluasnya dampak dari penyebaran Injil ini menimbulkan kebutuhan-kebutuhan yang baru secara organisasi gereja. Di keseharian kehidupan gereja mula-mula, pola kepemimpinan dalam gereja terdiri dari rasul-rasul, para diaken, nabi, penginjil, guru, penatua jemaat dan tim apostolik. Saat itu yang terjadi dalam perkumpulan di rumah-rumah (“komsel”) dan pertemuan besar di Bait Allah (“ibadah raya”) adalah pemberitaan Firman, pengajaran doktrin rasuli, doa dan persekutuan antar orang percaya. Kemudian ketika Injil mulai tersebar ke bangsa-bangsa lain, ternyata dibutuhkan fungsi pelayanan lima jawatan untuk meletakkan dasar, memperlengkapi jemaat dan mempersatukan Tubuh Kristus dari berbagai kota dan dari berbagai bangsa. Karena itulah, dalam Kitab Kisah Para Rasul tercatat adanya para pemberita Injil seperti Filipus dan Timotius (Kis. 8:12; 21:8), para nabi seperti Agabus, Silas, Yudas dan Barnabas (Kis. 11:27-38; 13:1; 15:32), serta para pengajar seperti Paulus, Menahem, Akwila dan Priskila (Kis. 13:1; 18:26). Didalam kitab Kisah Para Rasul juga dapat dibedakan beberapa golongan.  Golongan Pertama Jemaat mula-mula di Yerusalem. Nama Petrus tidak dapat dilepaskan dari jemaat itu. Dialah saksi pertama tentang kebangkitan (1 kor 15:5, bnd. Luk 24:34 dan Yoh 20 dan 21). Untuk jemaat pertama, kebangkitan itu merupakan tanda pemulihan kembali persekutuan antara Tuhan dengan murid-murid-Nya, juga antara murid yang satu dengan yang lain. Kebangkitan itulah “bukti” bahwa kerajaan sorga telah datang. Sekarang fakta yang menggembirakan itu boleh dan harus diberitakan kemana-mana. Yesus Kristus menjadi isi pusat pekabaran Injil. Tentulah tidak kebetulan bahwa jemaat pertama berkumpul di Yerusalem, sebagai tanda persiapan berkumpulnya semua bangsa. Yerusalem ditunjuk oleh Tuhan Yesus juga selaku pangkalan pekabatran Injil sampai keujung bumi (Kis 1:8). Di situlah para murid, yang ditinggalkan oleh Tuhannya itu, harus menungguh kedatangan Roh Kudus, di situlah Roh Kudus dicurahkan (Kis 2:1-13). Disitulah pula diadakan pemberitaan Injil yang pertama (Kis 2:14-39). Pemberitaan pertama ialah Petrus ! Dialah yang memimpin jemaat yang pertama (bnd. Mat 16:18-19; Yoh 21:15). Beberapa khotbah Petrus dalam Kisah Para Rasul, dan menurut pendapat C.H Dodd, khotbah-khotbah itu mencerminkan inti pati pemberitaan jemaat pertama di Yerusalem. Demikianlah pemberitaan jemaat Yerusalem, yang ditunjukkan kepada orang-orang Yahudi. Bagi mereka ada prioritas. Tetapi disamping berPI kepada orang Yahudi, Petruspun menerima orang-orang yang bukan Yahudi. Bahkan dia bersedia turut makan sehidangan dengan orang-orang Kristen yang bukan Yahudi (yang tidak bersunat Gal 2:2). Baptisan dalam jemaat pertama adalah tanda pengampunan dosa dan penerimaan Roh Kudus (Kis 2:38, bnd. Kis 10:47-48).  Golongan kedua, ialah umat Kristen Yahudi yang partikularistis. Golongan ini merupakan lanjutan dari umat Yahudi partikularistis, meskipun mereka telah dibaptis (bnd. Kis 6). Terutama dalam Injil Matius masih terdapat sifat-sifat kekristenan sejenis itu : terikat kepada Taurat; terbatas Pinya kepada umat Yahudi. Golongan ini disebut “beberapa orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi percaya”(kis 15:5). Mereka ingin membebankan Taurat Musa kepada orang Kristen baru asal bangsa-bangsa lain.Mereka itu oleh Paulus disebut saudara-saudara palsu yang menyusup masuk, yaitu mereka yang menyelundup ke dalam untuk menghadang kebebasan kita, yang kita miliki dalam Yesus Kristus(Gal 2:4).  Golongan ketiga, ialah umat Kristen Yahudi peranakan Gerika; jadi orang-orang Yahudi dari Diaspora yang sudah masuk Kristen. Mereka itu masih disebut orang Hellenis dalam kis 6:1. Juga golongan ini berpusat di Yerusalem, tetapi kemudian, akibat penganiayaan, mereka berserak-serak ke daerah Yudea dan Samaria (Kis 8:1), di mana mereka mulai mengabarkan Injil (Kis 8:4), misalnya Filipus kepada orang-orang Samaria (Kis 8:5,26), bahkan seorang sida-sida yang berasal dari Etiopia, rupa-rupanya seorang proselit, ditobatkannya sampai dibaptis (Kis 8: 26-40). Kemudian yang menjadi pusat pekabaran Injil ialah terutama Kaisaria (Kis 8:40; 21:8). Kegiatan missioner golongan ini tak terbatas : Fenisia, Siprus, Antiokhia (Kis 11:19), dimana Injil Tuhan Yesus dibawa sampai kepada orang-orang kafirpun (orang-orang Yunani, kis 11:20). Berkat pekerjaan itu “Sejumlah orang dibawah kepada Tuhan (kis 11:24, 26). Disitupun untuk pertama kali para murid Yesus Kristus disebut Kristen (kis 11:26). Maka Antiokhia menjadi pusat bagi usaha misioner yang berencana. Seorang pemimpin ialah Barnabas yang berasal dari Siprus. Dialah yang berhasil menemukan Paulus dan membawanya ke Antiokhia (Kis 11:25). Pada masa itupun jemaat di Iskandaria dan Roma didirikan. Dikalangan umat Kristen Yahudi, peranakan Gerika inilah mrupakan dasar kegiatan Paulus ( Gal 1:21). Jemaat Antiokhia mengutus Barnabas dan Paulus untuk mengabarkan Injil karena panggilan Roh Kudus (Kis 13:1). Dengan dimulai dari orang-orang Yahudi (kis 13:5, 14). Mereka itu meneruskan pekerjaannya di antara orang-orang proselit (kis 14:1) dan orang-orang yang sungguh-sungguh kafir.  Golongan keempat, umat Kristen dari orang-orang kafir (bangsa-bangsa lain). Mereka adalah hasil dari perjalanan PI pertama dari rasul Paulus dan kawan-kawannya (Kis 13 dan 14). Sesampainya ke Antiokhia, mereka melaporkan bahwa “Allah telah membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada iman” (kis 14:27). Hal itu menjadi perselisihan antara Antiokhia (golongan ketiga) dan Yerusalem (terutama golongan kedua), dimana Petrus menengahi pembicaraan-pembicaraan yang diadakan pada konven para Rasul di Yerusalem (kis 15:; bnd. Gal 2). Paulus dan pihak Antiokhia menekankan Persatuan Gereja dan kesatuan aksi missioner (Gal 2:10). Kedua belah pihak mufakat bahwa Israel mempunyai prioritas dalam urutan sejarah keselamatan. Tetapi itu tidak berarti bahwa orang-orang kafir (bangsa-bangsa lain) tidak mempunyai hak ataupun harus dipaksa untuk menjadi orang Yahudi dahulu. Pada konven atau sinode itu tercapai kata mufakat bahwa kepada orang-orang yang berbalik dari pihak kafir (yang tidak mengenal Allah) kepada Allah tidak boleh dibebani dengan beban yang lebih berat daripada yang perlu, yakni larangan makan daging yang dipersembahkan kepada berhala-berhala, darah, daging binatang yang mati-lemas, dan larangan percabulan (Kis 15:20 dan 29). Keputusan itu diambil dibawah pimpinan Roh Kudus. Jadi sunat tidak akan dituntut daripada orang-orang Kristen yang bukan Yahudi. Untuk menyatakan prioritas Israel maupun kesatuan Gereja dan pekabaran Ijil, maka orang-orang Kristen yang tidak bersunat berjanji untuk menyerahkan pemberian-pemberian uang kepada orang-orang miskin yang di Yersalem (Gal 2:10, bnd Kis 11:29-30; 12:25). Dan sebaliknya Yerusalem menyetujui pekabaran Injil di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi. C. Keselamatan dalam Kisah Para Rasul Kata Soteria dan Soterion (keselamatan) muncul enam kali masing-masing dalam Lukas dan Kisah Para Rasul sementara dalam Markus dan Matius sama sekali tidak dan dalam Yohanes satu kali. Empat kali keselamatan disebutkan dalam Kisah kelahiran versi Lukas. Dalam dua kesempatan diantaranya Lukas menggunakan bentuk soterion yang kurang umum, selain dalam Kis 28:28 (artinya, pada akhir karyanya yang dua jilid itu), hanya muncul dalam Efe 6:17. Jadi dalam pengertian tertentu pada keseluruhan tulisannya Lukas memberikan sebuah kerangka gagasan keselamatan yang datang didalam Kristus. Diantara Injil-injil Sinoptik, hanya Lukas yang menyebut Soter (“Juruselamat”), sekali dalam Injilnya (2:11) dan dua kali dalam Kisah Para Rasul (5:31; 13:23). Dengan cara yang sama, Lukas memberikan tempat yang menonjol bagi metanoeo (bertobat) dan metanoia (pertobatan, kadang ia menggunakan epistrefein (berputar) sebagai alat alternatif). Bertobat atau pertobatan dalam tulisan-tulisan Lukas seringkali dihubungkan erat dengan orang-orang berdosa (hamartoloi) dan pengampunan (afesis). Ini adalah pesan yang bergema dalam khotbah-khotbah misioner dalam Kisah Para Rasul (bnd. 2:38; 3:19; 5:31; 8:22; 10:43; 13:38; 17:30; 20:21; 26:18, 20). Meskipun demikian, pesan ini tidak dimulai hanya didalam Kisah Para Rasul. Pada akhir Injil Lukas, Yesus yang bangkit mengatakan kepada murid-murid-Nya antara lain, bahwa pertobatan dan pengampunan dosa akan diberitakan di dalam nama-Nya kepada bangsa-bangsa (Luk 24:47). Dalam Kisah Para Rasul tidak secara langsung dijelaskan dosa-dosa apakah yang harus disesali oleh orang-orang tersebut. Seringkali para Rasul hanya berseru kepada para pendengarnya agar mereka bertobat dari dosa-dosa mereka tanpa menyebutkan dengan jelas apa dosa-dosanya. Namun dosa-dosa orang Yahudi dan orang bukan Yahudi berbeda. Orang Yahudi harus bertobat dari bagian mereka dalam kematian Yesus dan sesudah itu mereka akan kembali diikut sertakan dalam sejarah keselamatan (bnd. khususnya Kis 2:36-40 dan 3:19). Dosa-dosa orang bukan Yahudi yang baru sekarang diikut sertakan dalam sejarah keselamatan terutama terdiri dari penyembahan berhala Kis 17:29. III. PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa misi dalam kitab Kisah Para Rasul adalah pekerjaan Roh Kudus melalui Rasul-rasul yang tentunya dipilih Tuhan Yesus, dalam perjalanan mereka untuk mengabarkan Injil terlihat tidak mudah ada begitu banyak tantangan yang dihadapi, tetapi hal itu tidak menghalangi penyebaran Injil melainkan justru dalam tantangan ini menghasilkan penyebaran Injil yang begitu luas. Seluruh isi Alkitab memang menyuarakan tentang Yesus dan Kerajaan Allah. Demikian pula, penceritaan pekerjaan-pekerjaan Roh Kudus dalam Kitab Kisah Para Rasul bermula dari peristiwa Yesus memberitakan Kerajaan Allah (Kis. 1:3) dan berakhir dengan peristiwa Paulus memberitakan Kerajaan Allah (Kis. 28:31). Kitab Kisah Para Rasul memang merupakan mata rantai yang tidak terpisahkan dari keseluruhan isi Alkitab. Pertanyaan-pertanyaan yang dibahas di dalamnya, seperti: Apakah orang-orang non-Yahudi/kafir yang menjadi percaya Yesus lalu bertobat, dibaptis dan penuh Roh Kudus masih perlu disunat? Apakah orang-orang seperti ini perlu menjalankan hukum Hari Sabat? dsb., menolong kita untuk mengerti transisi antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, serta transisi antara bangsa Yahudi sebagai umat Tuhan dan jemaat/gereja sebagai umat Tuhan. Demikianlah, mempelajari isi Kitab Kisah Para Rasul akan memperjelas pemahaman kita akan keseluruhan rencana dan pekerjaan Allah dari awal sampai akhirnya. B. Saran Jadi dalam makalah ini, pembaca tidak hanya terpaku pada pembahasan kelompok tetapi dapat mencari sumber-sumber lain untuk menambah wawasan. DAFTAR PUSTAKA

Comments

Popular posts from this blog

IPTEK DALAM ALKITAB

I.                    PENDAHULUAN A.      Latar Belakang Metode ilmiah sering digunakan dalam pembahasan tentang pendidikan. Riset dan metode ilmiah merupakan metode pemecahan masalah yang mengacu pada berpikir reflektif yaitu berpikir menemukan masalah serta memecahkannya melalui kegiatan yang bertahap. Ilmu pendidikan adalah sistem pengetahuan tentang pendidikan yang diperoleh melalui riset. [1] Proses perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini merupakan hasil dari penemuan dan penelitian yang dilakukan manusia sebelumnya. Sebenarnya perkembangan tersebut diawali dengan rasa keingintahuan manusia yang sangat besar bahkan Paul Leady mengatakan bahwa ” Man is curious animals ”. [2] Keingintahuan tersebut yang mendorong manusia untuk berupaya menjawab kenyataan-kenyataan alamiah yang ada di dunia ini lewat berbagai cara, dan hal ini mendorong perkembangan ilmu dan pengetahuan. Selaras dengan asal katanya Sains berasal dari bahasa Latin “scieantia” dan terbentuk ka

GEREJA METHODIST INDONESIA

I.PENDAHULUAN A. Latar belakang Methodisme datang ke Indonesia pertama kali pada tahun 1905 setelah para misionaris Amerika mulai bekerja di Malaysia dan Singapura . Gereja Methodis di Indonesia saat itu adalah satu-satunya gereja yang tidak dimulai oleh para misionaris Belanda ataupun Jerman . Di Indonesia, para misionaris Amerika mulai bekerja di Jawa , Kalimantan , dan Sumatera . Pada tahun 1913 , setelah datangnya Bishop J. Robinson , konferensi yang pertama pun diselenggarakan di Sumatera Utara. Pada saat itu, Gereja Methodist dikenal sebagai gereja yang unik karena ini adalah satu-satunya gereja Protestan yang anggota-anggotanya terdiri atas suku Batak dan suku Tionghoa Indonesia, sementara gereja-gereja Protestan lainnya saat itu pada umumnya tersegregasi. Gereja Methodist Indonesia (GMI) adalah satu-satunya gereja di Indonesia yang hadir bukan sebagai hasil pekabaran Injil misi Belanda dan Jerman. Methodist adalah hasil pelayanan misionaris dari Amerika yang b

Makalah Proposisi Hipotesis

Tugas Kelompok Logika Dosen Pengampuh: Lydia Tumampas oleh, Budi Makaado Mormin Malatunduh Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN) Manado II. PEMBAHASAN A.     Proposisi Dalam ilmu logika, proposisi mempunyai tiga unsur yakni [1] : Subyek , perkara yang disebutkan adalah terdiri dari orang , benda , tempat, atau perkara. Predikat adalah perkara yang dinyatakan dalam subjek. Kopula adalah kata yang menghubungkan subjek dan predikat . Contohnya kalimat Semua manusia adalah fana . Kata semua dalam kalimat tersebut dinamakan dengan pembilang. Kemudian kata manusia berkedudukan sebagai subyek, sedang adalah merupakan kopula. Adapun predikat di sini diwakili oleh kata fana . [2] Proposisi adalah istilah yang digunakan untuk kalimat pernyataan yang memiliki arti penuh dan utuh. [3] Hal ini berarti suatu kalimat harus dapat di percaya , disangkal, atau dibuktikan benar tidaknya. Singkatnya, proposisi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang dapat