Skip to main content

RPP KELAS 10 SMA GEREJA YANG MEMPERBAHARUI DIRI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SD KELAS 10 SMA A. IDENTIFIKASI SatuanPendidikan : SMA N 1 Tahuna Kelas/Semester : XI/I Tema Kegiatanku : Gereja Yang Memperbarui Diri Waktu : 2 X 4O menit B. KOMPETENSI INTI 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata 4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori C. KOMPETENSI DASAR 1. Mensyukuri karya Allah melalui perubahan-perubahan baru yang dihadirkan gereja di tengah-tengah dunia 2. Bersikap menghargai karya Allah melalui perubahan-perubahan baru yang dihadirkan gereja di tengah-tengah dunia. 3. Menjelaskan karya Allah melalui perubahan-perubahan baru yang dihadirkan gereja di tengah-tengah dunia 4. Membuat refleksi terhadap perubahan-perubahan baru yang dihadirkan gereja di tengah-tengah dunia D . INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPOTENSI 1. Menjelaskan pentingnya perubahan dalam berbagi makhluk hidup sebagai sarana untuk bertahan. 2. Menyebutkan sejumlah contoh bagaimana manusia mengubah hidup dan perilakunya agar dapat bertahan dan berkembang di dunia. 3. Menyebutkan sejumlah contoh bagaimana gereja dapat berubah dan mengajarkan kepada orang Kristen dan semua orang bagaimana berubah demi kehidupan bersama yang lebih baik. 4. Menyusun kegiatan-kegiatan bersama untuk perubahan di dalam dirinya maupun di dalam gerejanya. E . TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Setelah mengikuti pembelajaran, siswa memiliki kompetensi penguasaan materi semaksimal mungkin tentang “Gereja yang Memperbarui Diri”, yang dapat ditunjukan melalui kemampuan menjawab dengan benar semua bentuk dan jenis evaluasi yang diberikan pada akhir pembelajaran 2. Setelah selesai mengikuti pembelajaran, disamping menguasai materi tentang “Gereja yang Memperbarui Diri” siswa menunjukan kompetensi indicator. 3. Setelah selesai Pembelajaran, siswa dapat mengaktualisasikan materi mengenai “Gereja yang Memperbarui Diri” dalam kehidupannya setiap hari. F. MATERI PEMBELAJARAN Materi Pokok: Gereja yang Memperbarui Diri 1. Gereja dan Tradisi Cerita tentang “Kucing di Biara” mengingatkan kita akan suatu kegiatan yang terjadi tanpa disengaja dan kemudian dijadikan suatu kebiasaan dan bahkan kebenaran yang tidak tergantikan dan tergoyahkan. Aktivitas yang menjadi kebiasaan, yang diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya disebut “tradisi”. Kata “tradisi” berasal dari bahasa Latin, yaitu traditio yang artinya “sesuatu yang diwariskan”, “sesuatu yang diturunkan kepada pihak penerus”, atau “kebiasaan”. Kebiasaan ini adalah suatu praktik yang sudah diterima sebagai sesuatu yang sudah seharusnya ada. Orang tidak lagi mempertanyakannya karena hal itu dianggap sebagai suatu kebenaran yang mutlak. Kebiasaan-kebiasaan apakah yang ada di dalam gereja? Apa yang ada di gereja kita tidak selamanya demikian. Di sini kita membahas beberapa hal yang sudah dianggap “sudah seharusnya demikian” atau “sejak dahulu memang begitu,” sementara pada kenyataannya tradisi seperti itu tidak dimaksudkan demikian. Ada kalanya pula sebuah tradisi muncul dari kebiasaan setempat yang kemudian dijadikan aturan yang bersifat umum. a. Kepemimpinan perempuan Ada sejumlah gereja yang menolak kepemimpinan perempuan atau penahdapatn perempuan. Hanya laki-laki yang boleh ditahbiskan menjadi pendeta hanya, sementara perempuan dianggap tidak layak atau tidak cocok menjadi pendeta. Urusan perempuan hanya di dalam rumah tangga saja. Urusan di luar rumah tangga dan kehidupan keluarga menjadi urusan laki-laki. Padahal, seperti yang sudah kita bahas dalam Bab 1, gereja perdana adalah gereja yang terbuka, gereja yang merangkul semua pihak yang tersingkirkan. Gereja ternyata adalah sebuah komunitas yang revolusioner dan mengakui kepemimpinan perempuan di gereja. Baru-baru ini, Gereja Anglikan di Inggris mengambil keputusan untuk membolehkan perempuan menjadi uskup mereka. Namun gereja-gereja yang menolaknya, mencoba mencari alasan teologisnya. Misalnya, bukankah Yesus hanya memanggil laki-laki sebagai murid-murid-Nya? Alasan lainnya, sebagai pemimpin ibadah, pendeta berdiri sebagai wakil Yesus. Karena Yesus laki-laki, maka hanya laki-laki sajalah yang paling tepat berdiri sebagai wakil Yesus di dalam kebaktian. Pdt. Christian Ebisike, uskup Anglikan di Ebonyi, Nigeria, menyatakan bahwa keputusan Pdt. Justin Welby, Uskup Agung Canterbury, pemimpin Gereja Anglikan se-Dunia, yang mengizinkan perempuan menjadi uskup, adalah sebuah “penyimpangan atas ajaran-ajaran Alkitab. Alkitab dan sejarah gereja menunjukkan bahwa perempuan tidak pernah menjadi rasul, penginjil, ataupun guru di kalangan gereja perdana.” Ada lagi yang mengutip kata-kata Paulus dalam 1 Korintus 14:34-35: Sama seperti dalam semua Jemaat orang-orang kudus, perempuan- perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat. Jika mereka ingin mengetahui sesuatu, baiklah mereka menanyakannya kepada suaminya di rumah. Sebab tidak sopan bagi perempuan untuk berbicara dalam pertemuan Jemaat. Ayat lain yang juga sering digunakan untuk menolak perempuan menjadi pendeta adalah 1 Timotius 2:11-12: “Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh. Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri.” Kalau benar Paulus melarang perempuan berbicara dalam kebaktian, mengapa dalam 1 Korintus. 11:5 ia justru menyebut-nyebut tentang perempuan yang berdoa dan bernubuat di tengah kebaktian? Karena itu, tampaknya ayat-ayat di Surat 1 Korintus. dan 1 Timotius ini ini berkaitan dengan masalah yang dihadapi jemaat- jemaat setempat. Perempuan-perempuan di jemaat Korintus tampaknya kurang berpendidikan sehingga mereka sering bertanya-tanya apa yang dimaksudkan oleh si pengkhotbah. Akibatnya, suasana kebaktian terganggu. Karena itulah Paulus kemudian melarang mereka berbicara di tengah-tengah kebaktian dan baru bertanya kepada suami mereka apabila sudah pulang ke rumah saja. Dalam 1 Timotius 2:11-12, masalahnya adalah bagaimana memahami kata authentein (bhs. Yunani = “memerintah”). Di sini tampaknya terjadi kesulitan untuk menerjemahkan kata authentein yang sangat jarang digunakan. Paulus tidak menggunakan kata exousia (= “kuasa”) yang bersifat positif. Kata authentein di sini bersifat negatif, sebab kata ini mengandung makna “perebutan” atau “perampasan” kekuasaan. Dengan demikian larangan Paulus di sini dimaksudkan untuk mencegah perempuan menyalahgunakan kekuasaan di dalam kepemimpinan gereja, bukan di dalam pengajaran dan pemberitaan seperti dalam mandat yang diberikan kepada seorang pendeta atau pengkhotbah. Di sini kita dapat melihat bagaimana sebuah tradisi yang keliru dapat berkembang dan dilanjutkan begitu saja tanpa pemahaman yang kritis terhadap masalahnya dan terhadap teks Alkitab. b. Peribadahan Masalah lain yang berkaitan dengan tradisi adalah penggunaan alat-alat musik dalam kebaktian. Alat musik apakah yang layak dan yang tidak layak dipergunakan? Dari warisan tradisi kebaktian yang diturunkan oleh para misionaris Belanda, banyak gereja di Indonesia hanya menggunakan piano dan organ untuk mengiringi nyanyian jemaat. Alat-alat musik yang lain dianggap tabu. Misalnya gitar dianggap tidak layak dipergunakan dalam kebaktian. Begitu pula alat-alat musik tradisional seperti gamelan atau gondang Batak dianggap tidak boleh dimainkan dalam kebaktian-kebaktian di gereja karena dianggap sebagai music orang kafir. Namun sekarang pandangan itu sudah berubah. Karena itulah sekarang kita melihat banyak sekali gereja yang mengembangkan music kreatif dengan alat-alat music yang diangkat dari tradisi setempat. c. Pemikiran teologis Perubahan berikutnya yang perlu kita pahami adalah perubahan yang dihasilkan oleh perkembangan teologi. Banyak orang yang keliru memahami dan menganggap bahwa teologi datang sebagai wahyu dari Allah kepada manusia. Banyak orang tidak paham bahwa teologi atau ilmu tentang ketuhanan adalah hasil refleksi dan pergumulan iman manusia dengan konteksnya sehari-hari. Salah satu contoh tentang perubahan dalam pemikiran teologis adalah pemahaman mengenai bumi dan matahari. Manusia di masa lampau percaya bahwa matahari berputar mengelilingi bumi. Pendapat ini disanggah oleh Galileo Galilei (1564- 1642), seorang ahli astronomi. Pada 1610, Galileo menerbitkan bukunya Sidereus Nuncius yang baru terhadap bagian-bagian bulan, bulan-bulan yang mengorbit di sekitar Yupiter, bagian-bagian Venus, dan lain-lain. Dari pengamatannya itu ia menyimpulkan bahwa bumilah yang beredar mengelilingi matahari , bukan sebaliknya. 2. Perubahan sebagai Hukum Kehidupan Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy, pernah mengatakan, “Waktu dan dunia tidak diam saja. Perubahan adalah hukum kehidupan. Dan mereka yang hanya memandang ke belakang atau ke masa kini pasti akan kehilangan masa depan.” Kata-kata Kennedy ini sangat penting. Dalam dunia binatang kita dapat menemukan bagaimana kemampuan berubah itu sangat dibutuhkan untuk sebagian binatang untuk menyelamatkan diri. Bunglon, misalnya, terkenal karena dapat dengan cepat mengubah warna kulitnya sehingga sesuai dengan warna lingkungan di sekitarnya. Apabila ia berada di sekitar dedaunan, warnanya akan berubah menjadi hijau. Begitu juga kalau ia berada di atas sebatang kayu, warnanya akan berubah menjadi kecoklatan. Perubahan inilah yang dapat membuat bunglon menyelamatkan diri dari binatang pemangsanya. Inilah cara bertahan yang disebut oleh para ahli biologi sebagai mimikri . Mimikri berarti “peniruan”. Cecak yang terancam bahaya akan memotong ekornya yang kemudian akan bergerak-gerak sendiri selama beberapa waktu untuk mengecoh pemangsanya yang mengira bahwa ia telah berhasil menangkap cecak itu. Sementara itu, cecak itu sendiri akan lari menyelamatkan diri. Kelak ekornya akan tumbuh kembali. 3. Umat Allah yang Berubah Umat Allah juga selalu berubah. Tuhan tidak ingin umat-Nya tetap hidup sama seperti dahulu. Karena zaman terus berubah, keadaan selalu berubah, maka gereja dan umat Allah pun harus ikut berubah pula agar mampu menghadapi dan bertahan dalam perubahan tersebut. Perubahan ini juga dikerjakan oleh Allah sendiri. Dalam Kitab Yesaya TUHAN Allah berkata demikian: 19 Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara. 20 Binatang hutan akan memuliakan Aku, serigala dan burung unta, sebab Aku telah membuat air memancar di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara, untuk memberi minum umat pilihan-Ku (Yes. 43:19-20) Kata-kata ini disampaikan Tuhan Allah kepada bangsa Israel yang hidup di pembuangan di Babel. Mereka hidup merana dan menderita karena tinggal di negeri asing. Apa yang tampak di hadapan mereka seolah-olah padang gurun dan belantara saja. Tidak ada kehidupan! Namun Israel tidak akan lebih lama lagi menderita. Tuhan akan membebaskan mereka. Tuhan akan menciptakan pembaruan. Dan Israel yang dibebaskan akan menjadi Israel yang baru, umat Allah yang taat. a. Pembaruan Umat Allah Pembaruan selalu menjadi tema penting dalam pesan-pesan Tuhan Allah kepada umat Israel. Dalam Kitab Yosua 24 dikisahkan bahwa Yosua mengumpulkan bangsa Israel di Sikhem. Yosua sudah lanjut usia dan ia tahu bahwa sebentar lagi ia harus meninggalkan bangsa itu. Yosua khawatir karena bangsa Israel adalah bangsa yang keras kepala dan mudah sekali berpaling dari Tuhan. Karena itu Yosua mengisahkan b. Gereja sebagai Umat Allah yang Baru Pada hari Pentakosta di Yerusalem, para murid mendapatkan pencurahan Roh Kudus. Dengan pencurahan ini mereka menjadi umat Allah yang baru. Inilah gereja, yang terbentuk sebagai penggenapan nubuat Allah dalam Kitab YoelSiapakah yang mendapatkan pencurahan Roh Kudus itu? Siapakah yang mendapatkan penglihatan dan mimpi-mimpi? Pengalaman istimewa ini tidak lagi terbatas kepada nabi-nabi dan para pelihat. Kini semua orang dapat mendapatkannya. Roh Allah dicurahkan kepada anak-anak, laki-laki maupun perempuan, teruna teruna, orang-orang tua, bahkan juga para hamba laki-laki dan perempuan. Sungguh suatu peristiwa yang luar biasa, ketika Roh Allah turun dan tinggal di dalam hati setiap orang, tanpa memandang kelas dan batas usia, tanpa membedakan laki-laki dan perempuan. c. Gereja yang Diperbarui Gereja sebagai umat Allah juga terus-menerus mengalami pembaruan. Pada 31 Oktober 1517, Martin Luther memakukan 95 dalilnya di pintu gereja di Wittenberg, Jerman. Dalam ke-95 dalilnya itu Luther menuliskan hal-hal yang dianggapnya telah menyimpang yang terjadi di dalam gereja, antara lain penyalahgunaan kekuasaan kepausan, nepotisme, penjualan jabatan, penjualan surat-surat pengampunan dosa, dan lain-lain. Luther menentang kata-kata Johann Tetzel, seorang imam Dominikan, yang mengatakan bahwa ” Begitu uang jatuh berdenting di kotak persembahan, pada saat yang sama pula jiwa di api penyucian terbang ke surga.” Kritik Luther mendapatkan sambutan luas di Eropa. Namun Gereja Katolik Roma tidak diam saja menghadapi kritik-kritik Luther tersebut. Walaupun di satu pihak gereja berusaha menekan Luther, di pihak lain, Gereja Katolik Roma pun melakukan kritik diri dan melakukan apa yang disebut sebagai ”Reformasi Katolik”. Dalam ”Reformasi Katolik” ini terjadi beberapa pembaruan yang menolong Gereja Katolik berubah dan memperbaiki diri. Dalam ”Reformasi Katolik” ini yang dilakukan antara lain adalah pembentukan ordo-ordo baru seperti Kapusin, Ursulin, dan Yesuit. Kelompok Yesuit ini menjadi salah satu yang paling aktif dan efektif. Mereka bekerja keras dalam dunia pendidikan, membantu dalam pemberitaan, dan menjadi penasihat bagi raja-raja dan para pangeran. Muncul sejumlah tokoh yang memimpin pembaruan rohani umat, seperti Ignatius dari Loyola, Teresa dari Avila, Yohanes Salib, dan lain lain. yang mengembangkan spiritualitas umat, mengajarkan pertobatan batin kepada Kristus, pendalaman kehidupan doa, dan komitmen kepada kehendak Allah. d. Pembaruan melalui Gerakan Pentakostal Gerakan pentakostal, yang melahirkan gereja-gereja Pentakosta dan karismatik, muncul di Amerika Serikat pada tahun 1901 ketika Agnes Ozman menerima karunia berbahasa roh di Topeka, Kansas. Gerakan ini muncul dari kelompok Methodis ketika sejumlah orang merindukan kegairahan dan kesederhaan dalam beribadah karena ibadah gereja pada waktu itu menjadi sangat formal dan kaku. Sama seperti apa yang terjadi pada hari Pentakosta ketika gereja perdana terbentuk, gereja ini juga menekankan karunia-karunia roh yang dapat dimiliki oleh siapa saja. Orang tidak perlu mendapatkan pendidikan teologi untuk dapat menjadi pendeta dan pengkhotbah di gereja. Karena itu banyak pemimpin gereja pentakostal yang tidak mendapatkan pendidikan teologi secara formal. Kalaupun ada biasanya hanya sedikit saja. Keadaan ini sudah semakin berubah sekarang, khususnya ketika kesadaran akan pentingnya pendidikan teologi sudah semakin berkembang dan dirasakan sangat dibutuhkan. Gerakan pentakostal kini menjadi sebuah kekuatan pembaruan yang luar biasa di dunia. Jumlah anggota mereka sangat banyak. Sebagian dari gereja-gereja pentakostal ini bergabung ke dalam Dewan Gereja-gereja se-Dunia. DGD mengakui gerakan pentakostal sebagai gerakan gereja yang keempat setelah Gereja Ortodoks Timur, Gereja Katolik Roma, dan Gereja-gereja Protestan. Kehadiran gerakan ini sempat menimbulkan permasalahan karena banyak gereja yang menganggap bahwa klaim-klaim mereka bahwa mereka dipenuhi oleh kuasa Roh Kudus itu tidak benar. Pada Juli 2014 Paus Fransiskus berkunjung ke sebuah gereja Pentakosta di Italia, dan di sana beliau meminta maaf atas diskriminasi yang pernah dilakukan oleh Gereja Katolik Roma terhadap orang-orang pentakostal. Paus berkata, ”Orang-orang Katolik telah menindas dan menolak orang-orang pentakostal, seolah-olah mereka orang-orang gila. Saya adalah gembala orang-orang Katolik, dan saya meminta anda semua memaafkan semua saudara-saudari Katolik saya yang tidak paham dan yang tergoda oleh iblis.” Hal yang sama juga diungkapkan oleh para pemimpin gereja Injili yang menyambut kedatangan Paus. Pdt. Dr. Geoff Tunnicliffe, Sekretaris Jenderal Aliansi Injili se-Dunia, juga meminta maaf karena orang-orang pentakostal juga pernah menganiaya orang-orang Katolik Roma. ”Sungguh alkitabiah dan mencerminkan pesan Yesus... sehingga harapan saya adalah bahwa tindakan Paus Fransiskus ini akan mengirimkan pesan yang kuat ke seluruh dunia, khususnya ke negara-negara di mana terjadi ketegangan yang kuat antara orang-orang Katolik dan injili.” e. Gereja yang Terus Memperbarui Diri Ada sebuah semboyan yang terkenal di kalangan gereja-gereja Reformasi yang berbunyi, Ecclesia reformata, ecclesia semper reformanda , atau yang biasa disingkat menjadi Semper reformanda saja. Artinya, ”Gereja yang diperbarui adalah gereja yang terus-menerus memperbarui dirinya.” Kita sudah melihat bagaimana pembaruan terus-menerus terjadi di dalam gereja, karena gereja terus-menerus menghadapi tantangan-tantangan yang baru. Berubah adalah hukum alam. Bila gereja tidak berubah, maka gereja itu akan mati digilas zaman, seperti halnya dinosaurus yang tidak dapat mengubah dirinya menjadi lebih kecil ketika bumi sudah menjadi semakin penuh oleh berbagai makhluk hidup dan sumber makanannya pun semakin habis.   G. METODE PEMBELAJARAN Pendekatan : Dialogis Partisipatif Metode : Tanya-Jawab, ceramah H. MEDIA, ALAT DAN SUMBER PEMBELAJARAN 1. Media dan alat bantu a. LCD b. Buku PAK Budi Pekerti Kelas IX 2. Sumber a. Alkitab b. Buku PAK Budi Pekerti Kelas IX I. KEGIATAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BENTUK KEGIATAN ALOKASI WAKTU Pendahuluan - Membuka kegiatan pembelajaran dengan mengajak semua siswa untuk menyanyi lagu KJ 405 “Kaulah, Ya Tuhan, Surya Hidupku” dan dilanjutkan dengan berdoa - Melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa - Meminta informasi dari siswa mengenai kegiatan piket yang telah dilaksanakan pada pagi hari dan bertanya tentang hubungan antara kebersihan kelas dengan kenyamanan kegiatan pembelajaran. Menginformasikan Tema yang akan dibelajarkan yaitu tentang “ Gereja yang Memperbarui Diri” 10 menit Inti - Menjelaskan mengenai media yang akan di pakai - Guru menjelaskan mengenai materi yang akan di berikan - Mengamati respon dari siswa ketika mendegar judul materi yang di sampaikan - .Guru menanyakan kepada siswa apa itu Gereja dan Tradisi, Perubahan Hidup, Umat Allah yang berubah - Guru menjelaskan Gereja dan Tradisi serta perubahan Hidup dan Umat Allah yang berubah - Menjelaskan pentingnya perubahan dalam berbagi makhluk hidup sebagai sarana untuk bertahan - Menyebutkan sejumlah contoh bagaimana manusia mengubah hidup dan perilakunya agar dapat bertahan dan berkembang di dunia. - Menyebutkan sejumlah contoh bagaimana gereja dapat berubah dan mengajarkan kepada orang Kristen dan semua orang bagaimana berubah demi kehidupan bersama yang lebih baik. - Memberikan pertanyaan menantang kepada siswa - Memberikan penghargaan kepada siswa yang dapat menjawab pertanyaan. 60 menit Penutup - Bersama-sama siswa membuat kesimpulan / rangkuman hasil belajar selama kegiatan pembelajaran - Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi) - menyimpulkan materi yang disajikan - Melakukan penilaian hasil belajar - Menutup kegiatan dengan menyanyi “ Aku Gereja “ - Mengajak semua siswa berdoa 10 menit J. PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR 1. Prosedur Penilaian a. Penilain Proses Menggunakan format pengamatan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran sejak dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir b. Penilaian Hasil Belajar Menggunakan instrumen penilaian hasil belajar dengan tes tulis dan lisan 2. Instrumen Penilaian a. Penilaian Proses • Penilaian Kinerja • Penilaian Produk b. Penilaian Hasil Belajar • Pilihan ganda Soal Tes tertulis 1. Pada bagian ini kita membahas tentang masalah pembaruan gereja. Salah satunya adalah permohonan maaf oleh Paus Fransiskus kepada orang-orang pentakostal dan sebaliknya permohonan maaf yang serupa dari Pdt. Dr. Geoff Tunnicliffe kepada orang-orang Katolik atas penindasan dan penganiayaan yang mereka lakukan satu sama lain. Mintalah siswa mendiskusikan, apa pelajaran yang dapat mereka tarik dari pengalaman ini? Sejauh mana pimpinan-pimpinan gereja perlu belajar untuk meminta maaf kepada rekan-rekannya, bahkan juga kepada umat beragama lain karena kesalahan-kesalahannya di masa lampau? Kunci jawaban: Meminta maaf adalah sebuah sikap yang menunjukkan kerendahan hati dan kesediaan untuk mengakui kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh pribadi maupun institusi. Sebagai institusi, gereja telah banyak berbuat kesalahan, khususnya ketika doktrin gereja dimutlakkan dan dijadikan satu-satunya kebenaran yang tidak terbantahkan. Salah satu contohnya adalah permintaan maaf Paus Yohanes Paulus II atas kesalahan Gereja yang dilakukan terhadap Galileo Galilei yang dianggap telah murtad dari imannya karena mengajarkan ajaran yang membantah posisi resmi gereja waktu itu bahwa matahari-lah yang mengelilingi bumi. 2. Dengan cara apakah pembaruan-pembaruan yang dilakukan oleh Paus Fransiskus dan Pdt. Dr. Geoff Tunnicliffe ini menolong gereja untuk bertahan dalam menghadapi perubahan dunia? Kunci jawaban: Apa yang dilakukan oleh Paus Fransiskus dan Pdt. Dr. Geoff Tunnicliffe tentunya merupakan sikap positif dari para pemimpin gereja yang dapat menciptakan suasana yang lebih akrab dan bersahabat di antara gereja-gereja yang berbeda pandangan teologisnya. Dengan demikian, doa Tuhan Yesus supaya murid-murid-Nya tetap rukun dan hidup bersama dalam persatuan akan lebih cepat tercapai. 3. Salah satu pembaruan yang sedang terjadi di banyak gereja saat ini adalah pembaruan dalam kehidupan rohani dan ibadahnya. Mintalah kepada siswa untuk bertanya kepada pendeta, beberapa anggota majelis gereja mereka, serta beberapa teman mereka sendiri, apakah gereja mereka juga membutuhkan pembaruan seperti itu? Adakah perbedaan pendapat di antara mereka? Apa sebabnya demikian? Menurut mereka sendiri, apakah pembaruan itu diperlukan? Kunci jawaban: Sebagian orang muda merasa kehidupan rohani dan ibadah di gereja mereka membosankan karena monoton dan kurang bervariasi. Sebagian gereja kurang berhasil membuat orang-orang mudanya beribadah dengan penuh semangat dan antusiasme. Apakah musiknya yang dirasakan sudah ketinggalan? Apakah ibadah dirasakan tidak mempunyai relevansi apapun dengan kehidupan sehari-hari? Ataukah ibadah dianggap malah membuat orang Kristen jadi berpandangan sangat negatif terhadap dunia? Hal-hal seperti ini mungkin perlu diubah, sehingga orang muda tidak merasa asing bila pergi ke gereja, bahkan sebaliknya, dapat merasakan bahwa gereja adalah tempatnya yang tepat. 4. Banyak gereja di masa kini merasa ditantang untuk memikirkan kembali bagaimana hubungannya dengan umat beragama lain. Tanyakan kepada siswa, apa yang diajarkan gereja mereka tentang orang-orang yang beragama lain? Apakah mereka diajarkan untuk menghormati dan menghargai orang yang beragama lain? Apakah gereja mereka mengajarkan siswa untuk hidup bertoleransi dan membangun hubungan yang damai dan ramah-tamah dengan umat beragama lain? Kalau ya, mintalah mereka memberikan contoh-contohnya! Kalau tidak, tanyakan apa sebabnya? Kunci jawaban: Pertanyaan ini mungkin sulit dijawab oleh kebanyakan siswa. Bahkan guru pun mungkin menghadapi kesulitan yang sama. Dalam ajaran Kristen kita mengakui bahwa Yesus adalah jalan keselamatan kita, seperti yang ditegaskan dalam Yohanes 14:6, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

IPTEK DALAM ALKITAB

I.                    PENDAHULUAN A.      Latar Belakang Metode ilmiah sering digunakan dalam pembahasan tentang pendidikan. Riset dan metode ilmiah merupakan metode pemecahan masalah yang mengacu pada berpikir reflektif yaitu berpikir menemukan masalah serta memecahkannya melalui kegiatan yang bertahap. Ilmu pendidikan adalah sistem pengetahuan tentang pendidikan yang diperoleh melalui riset. [1] Proses perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini merupakan hasil dari penemuan dan penelitian yang dilakukan manusia sebelumnya. Sebenarnya perkembangan tersebut diawali dengan rasa keingintahuan manusia yang sangat besar bahkan Paul Leady mengatakan bahwa ” Man is curious animals ”. [2] Keingintahuan tersebut yang mendorong manusia untuk berupaya menjawab kenyataan-kenyataan alamiah yang ada di dunia ini lewat berbagai cara, dan hal ini mendorong perkembangan ilmu dan pengetahuan. Selaras dengan asal katanya Sains berasal dari bahasa Latin “scieantia” dan terbentuk ka

GEREJA METHODIST INDONESIA

I.PENDAHULUAN A. Latar belakang Methodisme datang ke Indonesia pertama kali pada tahun 1905 setelah para misionaris Amerika mulai bekerja di Malaysia dan Singapura . Gereja Methodis di Indonesia saat itu adalah satu-satunya gereja yang tidak dimulai oleh para misionaris Belanda ataupun Jerman . Di Indonesia, para misionaris Amerika mulai bekerja di Jawa , Kalimantan , dan Sumatera . Pada tahun 1913 , setelah datangnya Bishop J. Robinson , konferensi yang pertama pun diselenggarakan di Sumatera Utara. Pada saat itu, Gereja Methodist dikenal sebagai gereja yang unik karena ini adalah satu-satunya gereja Protestan yang anggota-anggotanya terdiri atas suku Batak dan suku Tionghoa Indonesia, sementara gereja-gereja Protestan lainnya saat itu pada umumnya tersegregasi. Gereja Methodist Indonesia (GMI) adalah satu-satunya gereja di Indonesia yang hadir bukan sebagai hasil pekabaran Injil misi Belanda dan Jerman. Methodist adalah hasil pelayanan misionaris dari Amerika yang b

Makalah Proposisi Hipotesis

Tugas Kelompok Logika Dosen Pengampuh: Lydia Tumampas oleh, Budi Makaado Mormin Malatunduh Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN) Manado II. PEMBAHASAN A.     Proposisi Dalam ilmu logika, proposisi mempunyai tiga unsur yakni [1] : Subyek , perkara yang disebutkan adalah terdiri dari orang , benda , tempat, atau perkara. Predikat adalah perkara yang dinyatakan dalam subjek. Kopula adalah kata yang menghubungkan subjek dan predikat . Contohnya kalimat Semua manusia adalah fana . Kata semua dalam kalimat tersebut dinamakan dengan pembilang. Kemudian kata manusia berkedudukan sebagai subyek, sedang adalah merupakan kopula. Adapun predikat di sini diwakili oleh kata fana . [2] Proposisi adalah istilah yang digunakan untuk kalimat pernyataan yang memiliki arti penuh dan utuh. [3] Hal ini berarti suatu kalimat harus dapat di percaya , disangkal, atau dibuktikan benar tidaknya. Singkatnya, proposisi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang dapat