I.
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kata kurios (‘tuan’)
digunakan pada masa PB sebagai gelar
kehormatan yang diberikan kepada seseorang yang lebih tinggi kedudukannya.
Gelar itu juga digunakan sebagai sebutan
untuk kaisar Roma atau dewa kafir (seperti Sarapsis atau Isis).[1] Karena
itu gelar ini digunakan secara meluas
oleh orang-orang bukan Yahudi.
Tetapi gelar itu mempunyai arti khusus bagi orang-orang Yahudi karena sering digunakan dalam LXX sebagai terjemahan
kata Ibrani Adonay, yang sering digunakan sebagai
pengganti kata Yhwh. Berdasarkan penggunaan ini dalam LXX, pada waktu gelar itu diberikan
kepada Yesus kadang-kadang secara wajar kita merasa adanya kesan yang bermakna
keilahian, walaupun tidak selalu
demikian.
Dalam pemikiran orang-orang
Kristen, asal mula penggunaan gelar
ini sudah banyak dibicarakan. Beberapa
ahli mempertahankan bahwa penggunaan gelar itu disebabkan oleh adanya sikap terbuka dari jemaat Kristen terhadap penerapan kebudayaan
Yunani; orang-orang itu mempertahankan bahwa pengakuan orang-orang bukan Yahudi yang paling dini ialah, Yesuslah Tuhan. Tetapi jika hal ini benar, kita tidak perlu mempunyai pandangan
bahwa gelar iu harus berasal
dari lingkungan demikian. Sebenarnya
penylidikan bukti PB tidak mendukung pendapat bahwa istilah ini berasal dan lingkungan
Yunani kemudian.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Konsep Tuhan dalam Injil Sinoptik?
2. Bagaimana Konsep Tuhan dalam Tulisan Yohanes?
3. Bagaimana Konsep Tuhan dalam Kisah Para
Rasul?
4. Bagaimana Konsep Tuhan menurut Paulus?
5. Bagaimana Konsep Tuhan dalam bagian-bagian
lain dari perjanjia baru?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Menjelaskan Konsep Tuhan dalam Injil
Sinoptik?
2. Menjelaskan Konsep Tuhan dalam Tulisan
Yohanes?
3. Menjelaskan Konsep Tuhan dalam Kisah Para
Rasul?
4. Menjelaskan Konsep Tuhan menurut Paulus?
5. Menjelaskan Konsep Tuhan dalam bagian-bagian
lain dari perjanjia baru?
II.
PEMBAHASAN
A. Kitab-kitab Injil Sinoptik
Sebutan Kurios bagi Yesus dalam kitab-kitab Injil Sinoptik sering dimaksudkan
sebagai gelar kehormatan, agak mirip dengan
sebutan umum ‘Tuan’ dalam percakapan populer.[2]
Contoh-contoh ini tidak begitu penting dalam pembahasan segi teologis
dan penggunaan kata Kurios (Tuhan)
sebagai penyataan sifat Yesus. Mungkin
contoh-contoh ini menyatakan lebih dari sekadar penghormatan, mengingat penggunaan
kata Tuhan oleh orang-orang Kristen mula-mula sebagai
gelar khusus untuk Yesus. Memang, ada contoh-contoh dari penggunaan kata
‘Tuhan’ (ho kurios) yang dipakai
oleh para penulis kitab Injil untuk menyebut Yesus, hal ini tidak diragukan sebab
penggunaan ini sudah biasa pada
waktu penulisan. Karena itu nampaknya masuk akal untuk memperkirakan bahwa ho
kurios digunakan untuk Yesus hanya setelah kebangkitan-Nya. Lukas khususnya
suka menggambarkan Yesus dengan cara ini (Luk 7:13,19; 10:1,39,41; 11:39;
12:42; 13:15; 17:5-6; 18:6; 19:8; 22:61 [dua kali]; 24:34). Hal ini memberi kesan
bahwa bagi Lukas sebutan ‘Tuhan’ telah menjadi cara yang akrab dan disukai untuk
menyebut Yesus. Memang, catatan mengenai kata-kata dua orang murid sesudah
kebangkitan dalam Lukas 24:34, “Sesungguhnya Tuhan telah bangkit”, memberikan
petunjuk tentang asal mula penggunaan gelar itu oleh Lukas sendiri. Selanjutnya
kita mencatat bahwa kisah kelahiran Yesus penuh dengan contoh-contoh yang
menggambarkan Allah sebagai Tuhan (Luk 1:9,11,15,16,25,32,38,45, 46,58,66,68,76;
2:9,22,23,24,29,39). Mengingat hal ini, ketika malaikat menyebut Juruselamat
yang dilahirkan di Betlehem itu sebagai Kristus Tuhan, pasti ia bermaksud
menyatakan ketuhanan ilahi. Tidak dapat diragukan bahwa Lukas akan mengerti hal
tersebut dengan cara ini, mengingat pengaruh besar dari LXX terhadap dia dalam
kisah-kisah kelahiran Tuhan Yesus ini.
Satu atau
dua perikop yang lain perlu disebutkan secara khusus. Dalam kesimpulan Khotbah
di Bukit, Yesus menentukan orang-orang yang memenuhi syarat untuk masuk ke
dalam Kerajaan sorga; Ia membedakan antara orang-orang yang hanya menyebut Dia
Tuhan dan orang-orang yang melakukan kehendak Bapa (Mat 7:21). Ia menyatakan
secara tidak langsung bahwa semua orang harus mengakui ketuhananNya, dan pengakuan
ini menuntut kewajiban-kewajiban. Walaupun ayat ini tidak menegaskan apa yang
Yesus maksudkan dengan ‘Tuhan’ di sini, namun tentu saja dimaksudkan bahwa sebutan itu lebih dari sekadar gelar
kehormatan. Suatu perikop lain yang menunjukkan bahwa Yesus secara tidak terbuka
menuntut ketuhanan ialah pembahasan mengenai Mazmur 110, yang sudah dibicarakan
di atas dalam bagian mengenai anak ‘Daud’ (Mat 22:41-42= Mrk 12:36-37 = Luk
20:42-44). Jika Yesus menyatakan diri-Nya Mesias, dan mengakui dalam percakapan
itu bahwa pemazmur menyebut Mesias sebagai Tuhan, maka hal itu sama artinya
dengan mengakui bahwa gelar Tuhan (kurie) dapat dipakai untuk diri-Nya sendiri.
Sekali lagi, isi gelar itu harus ditetapkan oleh penggunaan LXX yang biasa.
Namun di sini, inti pernyataan mengenai Mazmur 110 ialah apa kelebihan Mesias
dari Daud.
Satu-satunya
perikop lain dalam kitab-kitab Injil Sinoptik yang mungkin dapat membantu
pembahasan kita sekarang ialah Matius 21:3 (= Mrk 11:3 = Luk 19:31). Dalam
perikop ini Yesus menyuruh murid-murid-Nya untuk memberitahukan pemilik keledai
itu demikian, “Tuhan memerlukannya”. Pernyataan ini mungkin menunjukkan bahawa
Yesus dikenal sebagai ‘Tuhan’ dalam masa hidup-Nya, tetapi mungkin
murid-murid-Nya akan menganggap sebutan ini tidak lebih dari suatu gelar penghormatan.
Nampaknya mungkin sekali, bahwa pemilik keledai itu telah mempunyai hubungan
sebelumnya dengan Yesus. Dalam hal ini sebutan Tuhan mungkin sama dengan Tuan
atau Guru.
Hubungan
Tuan murid yang begitu kuat dalam kitab-kitab Injil sinoptik berhubungan erat
dengan gagasan orang Yahudi mengenai guru (didaskalos) dan murid-muridnya,
tetapi penting bahwa penggunaan kurios melebihi arti ini. pasti orang-orang
kristen mula-mula memasukan arti yang lebih luas kedalam penggunaan gelar
tersebut, tetapi penerimaannya secara diam-diam oleh Yesus mempersiapkan jalan
untuk pengembangan itu.
B.
Tulisan-tulisan Yohanes
Injil Yohanes mencerminkan pola dasar yang sama yaitu penggunaan gelar
kurios itu secara non-teologis sebelum kebangkitan dan secara teologis sesudah
kebangkitan. Tiga kali Yohanes menggambarkan Yesus sebagai ho kurios dalam
tulisan-tulisannya yang bersifat naratif (Yoh. 4:1;6:23;11:2). Ayat-ayat ini
sering dianggap sebagai catatan seorang redaktur atau penulis lain sehingga
tidak dianggap sebagai bukti yang sah. Tetapi jika kata-kata itu dapat
dipercayai, maka penggunaannya oleh Yohanes sesuai dengan penggunaan Lukas.
Gelar itu menjadi cara yang biasa untuk menyebut Yesus sesudah kebangkitan.
Tetapi agak mengherankan bahwa Yohanes tidak menggunakannya lagi. Mungkin gelar
itu dimasukkan ke dalam tulisan naratifnya tanpa alasan yang nyata. Dalam
Yohanes 20 dan 21, gelar itu menunjukkan Tuhan yang telah bangkit. Contoh yang
paling mencolok ialah pengakuan Tomas yang menghubungkan gelar itu dengan Allah
(Yoh 20:28). Gelar itu tidak terdapat dalam surat-surat Yohanes.
C. Kisah
Para Rasul
Gelar Tuhan khususnya disukai oleh Lukas dalam menceritakan
perbuatan-perbuatan dan pengajaran-pengajaran dari jemaat mula-mula. Gelar
tersebut dipakai bagi Yesus secara langsung dan hampir selalu digunakan dengan
sendirinya. Murid-murid, pada waktu menanyakan tentang pemulihan Kerajaan
Israel, secara naluri memanggil Yesus yang bangkit itu dengan sebutan Tuhan
(Kis 1:6) dan hal ini sering dilanjutkan dalam doa-doa secara langsung yang
dicatat dalam Kisah Para Rasul (bnd. Kis 1:24; 4:29; 9:5; 10:4,14; 22:8,19). Dalam kebanyakan ayat-ayat ini tidak
ada tanda bahwa Yesuslah yang sedang diajak bicara, jadi masih ada kemungkinan
bahwa sebutan ‘Tuhan’ itu merupakan sebutan untuk Allah. Pada waktu Saulus
dari Tarsus memanggil Kristus yang bangkit sebagai Tuhan, ia menggunakan gelar
itu sebelum mengetahui identitas suara itu. Penggunaan kurios untuk Allah begitu sering
sehingga sangat menarik perhatian bilamana gelar itu digunakan tanpa ragu untuk
Yesus. Ada beberapa contoh yang memperlihatkan adanya sebutan “Tuhan Yesus
Kristus” atau “Tuhan Yesus” (bnd. Kis 1:21; 4:33; 7:59; 8:16; 11:17; 11:20;
15:11; 15:26; 20:21,24,35; 28:31). Kadang-kadang gelar-gelar ini dipakai
bersama dengan kata ganti kepunyaan “kita” (bnd. Kis 15:26; 20:21). Hal ini
cukup banyak terjadi untuk memperlihatkan betapa biasanya bagi jemaat Kristen
untuk menyebut Yesus dengan cara pengagungan demikian. Salah satu pernyataan
yang paling penting dalam Kisah Para Rasul terdapat dalam khotbah Petrus yang
pertama. Klimaksnya dicapai dalam pernyataan pada Kisah Para Rasul 2:36 bahwa
“Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus”.
Hubungan ketuhanan dan kemesiasan itu penting, terutama pada tahap permulaan ini.
Tidak dapat diragukan bahwa ketuhanan di sini berarti hak kekuasaan pemerintahan
sorgawi yang diperoleh Yesus, sebagai kontras yang nyata dengan Yesus yang disalibkan.
Kontras inilah yang menimbulkan reaksi yang
kuat di antara para pendengar. Dalam
catatan mengenai pertobatan Saulus, Ananias
menyamakan Tuhan yang telah berbicara
kepada dia dan mengutus dia kepada Saulus sebagai Yesus yang telah
menampakkan diri kepada Saulus dalam perjalanannya (Kis 9:17). Penting, bahwa pertanyaan Saulus yang pertama dalam menjawab suara dan sorga ialah, “Siapakah Engkau, Tuhan?” (Kis 9:5). Penyataan itu datang dalam bentuk penglihatan, maka secara naluri Ia mengubungkannya dengan
ketuhanan. Tidak dapat diragukan bahwa
pengalaman ini memainkan peranan yang
utama dalam pengertian Paulus
selanjutnya tentang Yesus sebagai
Tuhan. Dalam khotbah Petrus
kepada Kornelius, sehubungan dengan firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Kristus, ia berkata, “Dia adalah Tuhan dan semua orang” (Kis 10:36). Inilah pandangan yang luar biasa mengenai ketuhanan Yesus, yang menyatakan bahwa Ia memiliki hak
penuh kekuasaan pemerintahan sorgawi. Keterangan
dan Kisah Para Rasul menunjukkan
bahwa ketuhanan Kristus
mempunyai dampak kualitas sebagai
Allah. Dalam banyak hal, penggunaan kurios
dalam Kisah Para Rasul terdapat dalam kutipan-kutipan dari
PL (LXX). Hal ini memperlihatkan bahwa kita mengambil
langka yang benar bila kita
menafsirkan pemikiran orang-orang Kristen mula-mula dengan menggunakan latar
belakang PL (bnd. misalnya Kis 2:20-21,25,34 dan khotbah Petrus yang
pertama).
D. Paulus
Dalam banyak peristiwa,
Paulus menghubungkan ketuhanan dengan Yesus. Diantara keterangan-keterangan
itu, terdapat dua macam keterangan yang utama. Dalam beberapa hal, Paulus
mungkin mengulangi bahan tradisional, dan dalam hal-hal ini kita akan menemukan hubungan yang
erat dengan pemikiran orang Kristen yang
mula-mula. Kita akan mempertimbangkan dulu (keterangan itu dan kemudian menuju
pada pertimbangan tentang perkembangan yang menonjol sekali dalam pikiran Paulus
sendiri.
Ungkapan marana tha dalam I
Korintus 16:22
Bentuk marana tha berasal dan bahasa Aram dan lazimnya diterjemahkan
‘Tuhan kami, datanglah’. Tetapi ada banyak kesulitan dalam penafsirannya.
Pertama, tidak pasti apakah pembagian suku kata marana tha merupakan
pembagian yang benar dalam bahasa Aram atau tidak, karena kata ini dapat
mempunyai bentuk maran atha, yang terjemahannya ialah ‘Tuhan kami akan
datang’ (bentuk akan) atau ‘Tuhan kami sudah ada di sini’ (bentuk lampau). Jika
bentuk yang sama dalam Wahyu 22:20 (“Datanglah Tuhan Yesus”) diambil sebagai
kunci pada pengertian dari I Korintus 16:22, maka hal ini akan mendukung
pandangan yang menganggapnya sebagai doa dan bukan sebagai suatu pemberitahuan.
Keterangan mana pun yang diikuti tidak mempengaruhi hal ketuhanan Yesus,
kecuali jika dipertahankan bahwa Allah, dan bukan Yesus, yang dimaksud dalam
pernyataan ini. Namun, konteks ayat ini sangat mendukung pandangan bahwa
Yesuslah yang dimaksud di sini (seperti yang diperlihatkan dalam 1 Kor 16:23-24).
Apa yang khususnya menarik ialah bahwa bentuk bahasa Aram diulangi, tanpa
tenjemahan ke dalam bahasa Yunani, pada suatu jemaat yang berbahasa Yunani seperti
Korintus. Hanya ada satu penjelasan yang memuaskan, yaitu bahwa bentuk ini
merupakan suatu perkataan orang-orang Kristen mula-mula yang telah menjadi
semacam ungkapan yang sudah dikenal di antara orang-orang bukan Yahudi.
Pengakuan iman mula-mula (Rm
10:9; 1 Kor 12:3)
Roma 10:9 memperlihatkan bahwa keselamatan tersedia bagi orang yang
mengaku (homologeses) bahwa “Yesus adalah Tuhan” dan percaya bahwa Allah
telah membangkitkan Dia dari antara orang mati. Beberapa orang berpendapat
bahwa ini berarti bahwa satu-satunya kepercayaan yang diperlukan ialah
pengakuan ketuhanan Kristus dan bukan pengakuan tentang Kristus sebagai
Juruselamat. Tetapi tafsiran ini tidak cocok dengan pemberitaan Injil oleh
Paulus. Dalam perikop ini, Paulus membicarakan hubungan antara pengakuan dan
iman, ia bukan mendefinisikan apa yang harus dipercayai. Ia sangat sadar bahwa
setiap orang yang mengakui ketuhanan
Yesus telah melihta Dia dalam terang yang mulia dan pengakuan seperti ini
biasanya berjalan bersama-sama dengan iman kepada Tuhan yang bangkit.
Pengakuan ketuhanan secara umum (Flp 2:11)
pada kesimpulan nyanyian yang
termashur tentang Kristus (Flp 2:6 dst.) tercapai klimaks dengan pengakuan
setiap orang bahwa “Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah, Bapa”.
Kata-kata dari pengakuan ini sama seperti dalam dua ayat yang dikutip di atas,
namun di sini digunakan nama gabungan Yesus Kristus. Beberapa ahli memandang
hal ini sebagai bentuk yang lebih berkembang yang berasal dari lingkungan
kebudayaan Yunani dan Karena itu lebih kemudian. Tetapi suatu perbedaan yang
demikian tajam dalam penggunaan Yesus dan Yesus Kristus tak dapat dibuktikan.
Karena kebanyakan ahli menganggap perikop dalam surat filipi ini sebagai
puji-pujian tentang Kristus yang mula-mula, yang disadur oleh paulus untuk
maksud penulisannya, maka mungkin sekali bahwa pengakuan ketuhanan di sini
mencerminkan keyakinan yang langsung muncul dalam jemaat kristen. Yang paling
penting ialah, pengakuan ini berdasarkan nama baru yang diberikan kepada Yesus
(mungkin sekali nama Tuhan , nama Tuhan, kurios). Karena itu yang
diakui ialah hak kekuasaan Yesus secara universal. Tetapi kapankah pengakuan ini
diharapkan akan digenapi? Memang setiap
lutut belum berlutut pada nama Yesus dan setiap lidah belum mengaku kekuasaan-Nya walaupun Ia telah dimuliakan. Di
sini digabungkan pengakuan bersama akan ketuhanan Yesus di antara
orang-orang Kristen (lihat flp
2:5) dan harapan akan pengakuan yang
universal pada masa yang akan datang. Tetapi pengakuan pada masa yang akan datang itu bukanlah suatu pengakuan berdasarkan iman, karena
Paulus tidak mendukung pandangan
mengenai iman universal; yang
dimaksud ialah suatu pengakuan oleh semua manusia tentang apa yang telah diakui oleh orang-orang Kristen dengan pertolongan
Roh Kudus.
Bukti-bukti lain dari surat-surat Paulus
Pada waktu Paulus menulis kepada orang-orang Korintus, Ia menggambarkan
bahwa apa yang diberitakannya
adalah “Yesus Kristus sebagai Tuhan” (2
Kor 4:5). Hal ini menyimpulkan
apa yang sebelumnya Ia sebut
“Injil tentang kemuliaan Kristus”.
Injil mana pun yang tidak mengakui
kedaulatan Yesus Kristus tidak
sejalan dengan Injil Paulus. Pernyataan
ini mengisi gelar Tuhan dengan kebenaran
yang mendalam dari kristologi
Paulus. Jelaslah bahwa gelar ‘Tuhan’ itu lebih dari sekadar nama yang formal, melainkan menyatakan kedaulatan. Jadi dalam
pemberitaannya, Paulus mengiakan pengakuan
iman yang mula-mula.
Dalam suratnya yang pertama kepada
jemaat yang sama, Paulus memasukkan suatu perikop yang berisi
beberapa segi dasar dan kepercayaan — “namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang daripada-Nya berasal
segala sesuatu dan yang untuk
Dia kita hidup, dan satu Tuhan
saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup” (1 Kor 8:6). Ketuhanan di sini disamakan dengan peran penciptaan dan pemeliharaan sebagaimana yang
dilakukan Allah Bapa. Sifat Tuhan yang
mulia itu tak dapat dijelaskan secara
lebih nyata lagi. Kita dapat mencatat bahwa dalam kedua perikop dari surat I Korintus tersebut, ditemukan nama
gabungan Yesus Kristus, seperti dalam
perikop pada surat Filipi. Lagi pula, dalam I Korintus 8:6, ketuhanan
yang unik ditunjukkan secara khusus, sebagai yang lebih unggul daripada
bermacam-macam ketuhanan yang lain.
Pada waktu membicarakan hal-hal praktis yang penting, dalam Roma 14,
paulus membahas kebiasaan-kebiasaan hari-hari raya dan makanan yang dianggap
tabu dengan menunjuk kepada ‘Tuhan’. Penggunaan gelar Tuhan disini bukan
merupakan suatu hal yang kebetulan. Gelar ini muncul tujuh kali dalam Roma
14:5-9 yang mencapai kalimaksnya dalam pernyataan, ”supaya Ia (Kristus) menjadi
Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup” (Rm 14:9). Dengan
jelas Kristus diperkenalkan melalui gelar itu yang menunjukkan hak
kekuasaan-Nya atas semua orang Kristen, sebagaimana yang diperlihatakan dalam konteks.
Di samping itu, ketuhanannya tidak dibatasi pada keadaan kehidupan ini.
Kita dapat menambakan ayat-ayat lain pada bukti ini, yaitu ayat-ayat yang
didalamanya terdapat penggunaan ungkapan-ungkapan seperti “Yesus Kristus Tuhan
kita”, Yesus Tuhan kita atau “Tuhan kita Yesus Kristus”, semua itu dengan jelas
menyebutkan suatu hubungan pribadi dengan orang-orang percaya. Gambaran keseluruhan
menekanakan pentingnya gagasan ketuhanan dalam pengertian rasul paulus mengenai
pribadi Kristus.
Tetapi kita harus membahas arti ketuhanan dalam pikiran rasul Paulus,
oleh karena itu sangat dipengaruhi oleh latar belakang pemikiran PL, maka jelas
bahwa dalam menggunakan gelar kurios Dia
dipengaruhi oleh penggunaan gelar itu dalam LXX yang ditujukan untuk Tuhan
Allah. Walaupun tidak dapat dibenarkan langsung bahwa gelar Tuhan untuk Yesus
mempunyai atri Allah, namun pertimbangan-pertimbangan lain memperlihatkan bahwa
hal ini merupakan suatu kesimpulan yang masuk akal. Pekerjaan dan peran menurut
PL dilalukan Allah, dalam surat-surat Paulus dilakukan oleh Kristus. Misalnya,
dalam PL keselamatan adalah bagi mereka yang berseru kepada nama Tuhan Allah,
tetapi dalam surat-surat Paulus ialah bagi mereka yang berseru kepada nama
Yesus sebagai Tuhan (Rm 10:13). Tuhan Yesus mempunyai peran dalam penciptaan, yang sama dengan Allah (1 kor
8:6). Pemindahan peranan dari Allah kepada Kristus adalah wajar, karena Kristus
dianggap mempunyai peran ketuhanan (dalam arti ilahi). Hari Tuhan yang sering
dinubuatkan dalam PL sering menjadi hari Kristus dalam surat-surat Paulus (bnd.
1 Kor 1:8; Flp 1:6,10; 2:6; bnd. 2 Kor 1:14). Memang sering terjadi kesulitan
untuk memutuskan siapa yang Paulus maksudkan bila ia menggunakan kurios, apakah
Allah atau Kristus; hal ini memperlihatkan nada kemuliaan dan perkataan itu. Ada
kesinambungan antara kitab-kitab Injil, Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus
yang tidak ragu menerima gelar Tuhan bagi Yesus. Gelar itu mempunyai arti bagi
orang-orang Yahudi maupun bagi orang-orang bukan Yahudi, walaupun implikasinya
bagi kedua kelompok itu berbeda-beda. Unsur yang sama ialah adanya keyakinan
akan kedaulatan ilahi.
E.
Bagian-bagian lain dan Perjanjian Baru
Kebanyakan sebutan ‘Tuhan’ dalam surat Ibrani merupakan kutipan
dari PL (Ibr 1:10; 7:21; 8:8; 10:30; 12:5-6;
13:6). Berdasarkan latar belakang ini penting bahwa Yesus disebut
“Yesus, Tuhan kita” (Ibr 13:20), atau hanya “Tuhan” (lbr 2:3) dan “Tuhan kita
berasal dari suku Yehuda” (Ibr 7:14). Di samping itu, janji dari penjanjian
baru bahwa orang-orang tidak perlu lagi mengajar, “Kenallah Tuhan”, langsung
ditujukan kepada Yesus Kristus (bnd. lbr 8:8 dst.). Tema ketuhanan tidak
menonjol karena adanya tema-tema yang lain, namun tema ini tetap hadir dalam
latar belakang. Tetapi pusat perhatian lebih cenderung pada Anak Allah dan
keimaman. Walaupun dalam surat I Petrus gelar lengkap “Tuhan Yesus
Kristus” (1 Ptr 1:3) dipakai hanya sekali saja, hal ini tidak mengurangi makna
ketuhanan, seperti diperlihatkan dalam I Petrus 3:15 dengan cara yang praktis,
“kuduskanlah Kristus sebagai Tuhan”. Nasihat ini dimaksudkan bagi mereka yang
menderita karena kebenaran, karena itu menunjukkan adanya dorongan yang datang
bila seseorang menerima kekuasaan penuh Yesus Kristus. Surat I Petrus juga
berisi dua kutipan dari PL yang menggunakan gelar Tuhan bagi Allah (1 Ptr 1:25; 3:12) dan menunjukkan
artinya bilamana dikenakan kepada Kristus. Dalam surat II Petrus terdapat banyak penggunaan
sebutan Tuhan sebagai gelar Yesus, yaitu “Tuhan Yesus Kristus” (tiga kali), dan
ungkapan “Tuhan dan Juruselamat Yesus Kristus” (tiga kali; 2 Ptr 1:11; 2:20;
3:18, bnd. juga 3:2), juga bentuk “Yesus Tuhan kita”. Sekali lagi, kristologi
dalam surat ini juga bersifat tinggi.
Dalam surat Yakobus, yang terkenal karena kurangnya sebutan Yesus
Kristus (hanya terdapat dalam dua ayat saja), ternyata terdapat hal yang sangat
penting yaitu bahwa kedua ayat menggunakan bentuk “Tuhan Yesus Kristus” (Yak
1:1; 2:1). Dalam Yakobus 2:1, tema ketuhanan diperluas dengan penjelasan lebih
lanjut, yaitu “Tuhan kita yang mulia”. Yang dimaksud pastilah Tuhan yang telah
bangkit dan dimuliakan dan karena itu memberi kesaksian tidak langsung tentang
kebangkitan Yesus. Surat Yakobus betul-betul sejalan dengan bagian-bagian PB
lainnya dalam menyatakan ketuhanan Yesus. Agak mengherankan bahwa Ia
membicarakan hal itu sedikit sekali, tetapi keyakinan yang teguh akan ketuhanan
terletak di belakang pengajaran praktis yang penting dalam suratnya ini.
Surat Yudas, seperti II Petrus, menggunakan gelar “Tuhan
Yesus Kristus” (Yud 17,21; bnd. Yud 25). Orang-orang fasik (guru-guru palsu)
yang dikecamnya adalah mereka yang menyangkal “satu-satunya Penguasa dan Tuhan
kita, Yesus Kristus” (Yud 4); maka tidak ada keraguan tentang pentingnya
gagasan ketuhanan dalam pikiran Yudas.
Dalam kitab Wahyu gelar itu biasanya dipakai bagi Allah (bnd. Why
1:8; 4:8,11; 11:15,17; 15:4; 16:7; 18:8; 19:6; 22:5-6), kebanyakan dalam
perikop-perikop yang liturgis. Tetapi dalam tiga ayat yang berbeda, gelar itu
digunakan untuk Kristus. Dalam Wahyu 11:8 ungkapan “di mana Tuhan mereka
disalibkan” dengan jelas menyamakan Kristus dengan Tuhan, dan dalam Wahyu
17:14; 19:16, ungkapan “Kurios di atas segala tuan” digunakan untuk Anak
Domba yang menang (ungkapan itu terdapat dalam Ul 10:17 yang digunakan untuk Yhwh).
Pada masa pemulihan, tidak diragukan bahwa Yesus Kristus berhak mendapat
sebutan yang sama dengan pemegang kekuasaan tertinggi yaitu Allah sendiri.
Dalam Yerusalem Baru, takhta itu digambarkan sebagai takhta Allah dan takhta
Anak Domba (Why 22:1,3).
TAFSIRAN
A. Uraian Gramatikal
avpekri,qh
Qwma/j kai. ei=pen auvtw/|\ o` ku,rio,j mou kai. o` qeo,j mouÅ
avpekri,qh
verb indicative aorist passive
3rd person singular from avpokri,nomai
kata kerja indikatif
aorist pasif orang ketiga tunggal dari avpokri,nomai
To
answer = untuk menjawab, menjawabnya
Qwma/j
Qwma/j noun nominative masculine singular proper from Qwma/j
Kata benda
nominative maskulin tunggal proper dari Qwma/j
Thomas=
Thomas
kai.
conjunction coordinating from kai,
Kata penghubung koordinasi dari kai,
and, even, also, = dan, bahkan,
juga,
ei=pen
ei=pen verb indicative aorist active 3rd person singular from le,gw
kata
kerja indikatif aorist aktif orang ketiga tunggal dari le,gw
to say,
speak=mengatakan, katakan/ berbicara,
memberitahu
auvtw/|
pronoun personal dative masculine singular from auvto,j
Kata benda
personal datif maskulin tunggal dari auvto,j
himself, herself, itself, same; he she it = dirinya
(laki-laki) dirinya (perempuan), dia laki-laki, dia perempuan, itu
o`
definite article nominative masculine singular from o`
artikel tentu nominatif maskulin tunggal dari o`
the= itu
ku,rio,j
noun nominative masculine singular common from ku,rioj
kata benda
nominative maskulin tungal umum dari ku,rioj
a Lord, The Lord= Tuhan, Raja,
Penguasa
mou
pronoun personal genitive singular from evgw,
kata ganti pribadi genetif tunggal dari evgw,
I= saya
kai.
conjunction coordinating from kai,
Kata penghubung koordinasi dari kai,
and, even, also, = dan, bahkan,
juga,
o`
definite article nominative masculine singular from o`
Artikel terntentu nominative
maskulin tunggal dari
the= itu
qeo,j
noun nominative masculine singular common from qeo,j
kata benda nominative maskulin
tunggal umum dari qeo,j
A god, God= Allah
mou
pronoun personal genitive singular from evgw,
kata ganti pribadi genetif tunggal dari evgw,
I= saya
Terjemahan
Peneliti= dan Thomas menjawab dan berkata kepadaNya, Tuhanku dan Allahku
B. Perbandingan dengan versi lain
AYAT
|
VERSI
|
||||
KJV
|
NAS
|
BIS
|
Peneliti
|
||
1
|
And Thomas answered and said unto him, My Lord and my
God.
Tomas menjawab berkata kepadanya, Tuhanku dan Allahku.
.
|
Thomas answered and said to Him, "My Lord and my
God!"
Thomas menjawab dan berkata kepada-Nya, "Ya
Tuhanku dan Allahku!"
|
Tomas
berkata kepada Yesus, "Tuhanku dan Allahku!".
|
dan Tomas menjawab dan berkata kepadaNya, Tuhanku dan
Allahku
|
|
C. Uraian Tafsiran
Yohanes
20:28 (dan Tomas menjawab dan berkata kepadaNya, Tuhanku dan Allahku)
dan Tomas menjawab
dan berkata kepadaNya, Tuhanku dan Allahku
Tomas adalah salah satu dari
kedua belas murid Yesus dan salah satu dari mereka yang tidak percaya akan
kebangkitan Yesus. Hal itulah yang membuat dia terkenal dengan menjadikan dia
disebut ‘Tomas yang tidak percaya’, ketika Yesus menampakkan diri kepada
murid-murid yang lain, Tomas tidak percaya bahwa ia membutuhkan bukti riil dan
yang dapat diraba mengenai kebangkitan itu. Kemudian Yesus menampakkan diri
lagi kepada murid-murid termasuk Tomas, dan memberi kesempatan kepada Tomas
untuk menyaksikan kenyataan tubuh-Nya.
Dalam teks ini merupakan
perkataan Thomas ketika Yesus berbicara (ayat 27). Ia berkata Tuhanku dan
Allahku, kurios dalam PB dipakai sebagai gelar kehormatan yang diberikan kepada
seseorang yang lebih tinggi kedudukannya. ini merupakan pengakuan Tomas, bahwa
ia mengaku dan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan yang tinggi, penuh hormat bahkan
lebih dari itu, juga Allah yang esa yang
telah bangkit.[3]
III.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kata
kurios dalam PB dipakai untuk sebutan Yesus Kristus yang dalam setiap kelompok memiliki
pendapat yang berbeda-beda.
lstilah ‘Tuhan’, karena ditampung ke dalam gelar Yesus Kristus yang umum
pada masa itu, menyatakan pengertian umum akan kedudukan Yesus yang agung dan
mulia. Mengingat gelar itu sering digunakan dalam kutipan dari PL, maka mungkin
sekali bahwa penggunaan kurios dalam LXX merupakan kunci pengertian
istilah itu pada waktu dipakai untuk Yesus (yaitu sebagai gelar untuk Allah).
Dalam penggunaan PB, dampaknya ialah bahwa hal-hal yang dilakukan Allah
juga dilakukan oleh Kristus. (Ketuhanan berhubungan erat dengan kebangkitan
Yesus dan melambangkan kemenangan-Nya atas kematian. PB tidak pernah menganggap
bahwa gelar Tuhan tidak cocok bagi Yesus. Juga tidak ada tanda bahwa gagasan
ketuhanan dikembangkan hanya pada waktu agama Kristen menyebar dalam lingkungan
kebudayaan Yunani. Hal itu muncul dalam tingkat tradisi Kristen yang paling
primitif. Kristologi PB secara keseluruhan dapat dimengerti lebih baik jika
kita mempertahankan bahwa ketuhanan merupakan sesuatu yang mutlak perlu disertakan
dalam kepereayaan akan Kristus yang telah bangkit. Dalam penggunaan orang-orang
Krisen, gelar itu menyaakan kekuasaan Yesus yang mutlak atas semua segi iman
dan kehidupan. Ia telah menjadi Tuhan dan Penguasa dan para pengikut-Nya
menjadi budak belian-Nya yang rela.
DAFTAR PUSTAKA
Guthrie, 2013Teologi Perjanjian Baru I Jakarta: BPK Gunung
Mulia,
Roy, 2009, Menggali ulang Yesus Sejarah, Jakarta: BPK
Gunung Mulia
Comments
Post a Comment