II.PEMBAHASAN
A. Roh Kudus
1. Ajaran Perjanjian Lama
Kata
Ibrani “Roh” (ruakh) juga berarti “angin” (Maz. 148:8; Yeh 1:4) atau “napas” (Yeh.
37:5), [1]
tetapi yang dimaksudkan bukanlah gejalah alamiah yang bersangkutan sebagai
demikian, melainkan daya kekuatan yang ditemukan di dalam angin serta napas dan
yang tidak kita ketahui dari mana dan ke mana kekuatan itu.[2]
Pada mulanya Roh Allah muncul sebagai kuasa Allah, yang bergerak seperti angin
besar diatas samudera raya, dan ikut serta dalam pekerjaan menciptakan langit
dan bumi (Kej. 1:2). Roh dilukiskan sebagai nafas Allah yang memberi hidup
kepada apa yang diciptakan-Nya dan Roh ditarik kembali oleh Allah, maka ciptaan
itu kembali menjadi debu tanah (Maz. 104:29-30; bnd. Kej. 2:7). Dengan demikian
kelanjutan hidup manusia tergantung pada kehadiran Roh Allah di dalam diri
manusia sendiri (Kej. 6:13). Dapat dikatakan bahwa manusia diciptakan dan terus
hidup oleh karena Roh Allah (Ayb. 33:4). Lagi pula manusia memperoleh hidup
baru dari pada Roh (Yeh. 37:9-14). [3]
2. Ajaran Perjanjian Baru
Istilah
Yunani untuk Roh (Pneuma) juga mencangkup “angin” dan “napas” (Yoh. 3:8; Why.
11:11). Dalam Perjanjian Baru yang menceritakan zaman mesianik, Roh Kudus
kelihatan lebih jelas dan Dia menonjol dalam peristiwa yang berhubungan dengan
kelahiran Yesus (Mat. 1:18; Luk. 1:35, 41, 67-68; 2:27). Pada pembaptisan
Yesus, ia muncul “seperti burung merpati” (Mat. 3:16) dan sering disebut dalam
hubungan dengan MisiNya (Mat. 4:1; 12:28; Luk. 4:14,18; Ibr. 9:14).
Dengan
pesan perpisahan kepada murid-murid, Yesus menyebut Roh Kudus sebagai
“Penghibur” (Yoh. 14:16, 26; 15:26;
16:7). Kata asal Yunani (Parakletos) berarti pengacara yang menangani kasus
seseorang atau sekutu yang memihak, menguatkan dan memberi semangat. Zaman baru
yang dibuka dengan kematian dan kebangkitan Yesus menghasilkan turunnya Roh
Kudus sebagaimana dijanjikan (Kis. 2:1). Ia menciptakan gereja dan memberikan
kuasa untuk misinya dalam dunia. Kehidupan Kristen dalam masa antara kedua
kedatangan Kristus adalah kehidupan dalam Roh (Rm. 5:5; 8:1-17; 1 Kor. 12-14; Gal.
5:16-26).[4]
3.
Terjadinya dogma tentang Roh Kudus
Dalam
perkembangan Sejarah Gereja, tema mengenai Roh Kudus sering dibahas, akan
tetapi pada abad-abad pertama Sejarah Gereja terlebih khusus pada Konsili-konsili
pertama Roh Kudus hanya mendapat perumusan yang samar-samar. Hal ini disebabkan
Konsili-konsili pertama yang terutama diperdebatkan tentang soal hubungan Allah
Bapa dan Yesus Kristus. Misalnya, Konsili Nicea (325). Dalam konsili ini
rumusan tentang Roh Kudus tidak dibahas dengan tegas, dan hanya tertulis “dan
kepada Roh Kudus”.
Tahun 381 Konsili Constantinopel
dilaksanakan dengan soal yang sama, dari konsili Nicea yaitu pembahasan
mengenai hubungan antara Allah Bapa dan Yesus Kristus. Kedua Konsili ini
menghasilkan rumusan bahwa Anak Allah “sehakekat dengan Bapa”. Rumusan ini
dipelopori oleh Athanasius yang menggunakan kata “Homo-Usios” (sama
hakekat=Sehakekat). Athanasius juga menggunakan rumusan ini mengenai Roh Kudus.
Sesudah
Konsili Chalcedon (451), perumusan Nicea Constantinopel diperluas lagi, dengan
suatu kata “keluar dari Bapa” menjadi “keluar dari Bapa dan dari Anak”.
Perumusan yang tegas barulah yang dikemukakan dalam perumusan pengakuan
athanasianum. Pengakuan ini dengan tegas diajarkan, bahwa Roh Kudus adalah
sehakekat dengan Allah Bapa dan Anak.[5]
B. Dia Adalah Suatu
Pribadi
1. Dia Memiliki Dan Menunjukkan Sifat-sifat dari
Suatu Pribadi[6]
a. Dia memiliki
kecerdasan. Dia mengetahui dan menyelidiki sesuatu yang dari Allah ( 1 Kor.
2:10-11); Dia memiliki pikiran ( Rm. 8:27); dan Dia dapat mengajar manusia ( 1
Kor. 2:13).
b. Dia menyatakan
perasaan. Dia dapat berdukacita karena segala tindakan orang-orang percaya yang
penuh dosa ( Ef. 4:30 suatu pengaruh tidak dapat merasa berdukacita).
c. Dia memiliki
kehendak. Dia menggunakan kehendak untuk membagikan karunia-karunia kepada
Kristus ( 1 Kor. 12:11). Dia juga memimpin seluruh aktifitas orang Kristen (
Kis. 16:6-11)
d. Karena pribadi yang
sesunggunya memiliki kecerdasan, perasaan, dan kehendak, dan karena Roh Kudus
memiliki semua sifat ini, maka Dia pasti adalah suatu Pribadi.
2. Dia menyatakan
Tindakan-tindakan dari Suatu Pribadi[7]
Dia
memimpin kita ke dalam kebenaran dengan
cara mendengar, berbicara, dan menunjukkan ( Yoh. 16:13), Dia meyakinkan akan dosa ( Yoh. 16:8), Dia
melakukan mujizat-mujizat ( Kis. 8:39), Dia berdoa syafaat (Rm. 8:26)
C.
Dia Adalah Allah
Roh
Kudus bukan saja suatu Pribadi, tetapi Dia adalah Pribadi yang unik, sebab Dia
adalah Allah. Bukti-bukti kepribadian tidak harus menjadi bukti-bukti Keallahan;
tetapi bukti-bukti Keallahan juga merupakan bukti-bukti kepribadian-Nya. Jika
Allah adalah Pribadi, dan jika Roh-Kudus adalah juga Allah, maka Dia adalah
Pribadi juga.[8]
1. Sebutan-sebutan-Nya Membuktikan Bahwa Dia adalah Allah
Nama-nama
ilahi dari Roh Kudus menyatakan keallahan–Nya. Enam belas kali Dia disebutkan
dengaan nama dua Pribadi lainnya dari Trinitas (Kis. 16:7---“Roh Yesus” dan 1
Kor. 6:11---“Roh Allah kita”).
Selanjutnya, janji Tuhan Yesus untuk mengirim “seorang
Penolong yang lain” (Yoh. 14:16) menggunakan kata “seorang yang lain” yang
berarti seorang yang lain dari oknum Trinitas. Dengan kata lain, jika Kristus
adalah Allah, maka Roh Kudus, Penolong yang lain dari oknum Trinitas, adalah
Allah juga.[9]
2. Sifat-sifat-Nya
Menyatakan Sifat-sifat Yang Menjadi Milik Allah
Sebagaimana
telah kita ketahui, Roh Kudus memiliki sifat-sifat yang menunjukkan bahwa Dia
adalah Pribadi yang sesungguhnya. Tapi Dia juga memiliki sifat-sifat yang hanya
dimiliki Allah, yang karenanya menunjukan bahwa Dia adalah Allah. Sifat-sifat
ini ialah Mahatahu (Yes. 40:13; 1 Kor.2:12), Mahahadir (Mzm. 139:7), dan
Mahakuasa berdasarkan pekerjan-Nya dalam Penciptaan (Ayb. 33:4; Mzm. 104:30).
Dia
adalah kebenaran, kasih, dan pemberi kehidupan juga. Namun, manusia pun dapat
menjadi seperti hal-hal tersebut dalam arti yang relatif.[10]
3. Tindakan-tindakan-Nya
Menyatakan Tindakan-tindakan Yang Hanya Dapat Dilakukan Allah
Dia
penyebab terjadainya Kelahiran Perawan (Luk.1:35), Dialah pelaku yang
memberikan ilham kepada para penulis Kitab Suci (2 Ptr. 1:21), Dia terlibat
dalam penciptaan dunia (Kej. 1:2). [11]
D. Roh Kudus dan
Kristus
Penerimaan
Roh Kudus oleh Kristus terlihat paling jelas pada saat baptisan-Nya (Luk.
3:22). Peran Roh Kudus dimulai pada waktu pembuahan dan kelahiran Yesus (Luk.
1:25) dan diteruskan selama pelayanan-Nya (Mat. 4:1; 12:28). Pencurahan Roh
Kudus ke atas gereja dan dunia, yang pertama diungkapkan pada hari pentakosta,
dan ini bergantung sepenuhnya pada kemenangan Yesus (Yoh. 7:39). [12]
E.
Pekerjaan Roh Kudus Dalam Hubungannya
Dengan Manusia
Di
dalam Alkitab bahwa Roh Kudus benar-benar masuk ke dalam hidup kita, Ia “diam”
di dalam diri kita (Roma 8:9, 11; 1 Kor. 3:16;6:19; 2 Kor. 6:16). Roh Kudus memberi kesaksian kepada kita bahwa
sungguh kita menjadi anak-anak Allah (Rm. 8:16). Oleh Roh kudus, kasih Allah
dicurahkan ke dalam hati kita (Rm. 5:5). Kelahiran kembali serta pembaharuan
manusia adalah pekerjaan Roh Kudus (Yoh. 3:3,8). Kepada orang-orang beriman
dikaruniakan Roh Kudus dan sungguh Ia ada di dalam kita (Yoh. 14:17 ; 2 Tim.
1:7). Orang-orang beriman “mempunyai” Roh itu (2 Kor. 4:13).[13]
Bukti-bukti yang terutama tentang pekerjaan Roh Kudus ialah, bahwa orang
sungguh-sungguh mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan yang berkuasa dalam
hidupnya sehari-hari, lalu bersatu sebagai anggota-anggota “tubuh Kristus”,
yaitu GerejaNya (1 Kor.12:1-13)[14]
F. Perbedaan Pandangan
Tentang Cara Kerja Roh Kudus
Gereja-gereja
Pentakosta mempersalahkan
gereja-gereja lain (gereja-gereja protestan), dan mengatakan bahwa mereka
tidak memiliki Roh Kudus, atau kalaupun mereka memiliki-Nya, Roh itu tidak
bekerja lagi, karena Ia telah mati terkungkung dalam tradisi dan institusi yang
mereka miliki. Buktinya, dalam Gereja-gereja Protestan tidak ada mujizat
(penyembahan ilahi, dan lain-lain), tidak ada glosolalia (bahasa roh), tidak
ada nubuat, tidak ada baptisan Roh, dan lain-lain. Sebaliknya Gereja-gereja
Protestan mempersalahkan gereja-gereja Pentakosta, bahwa mereka juga menyalahgunakan
(menyalatafsirkan) Roh Kudus dan sering mencari realitas-Nya dengan cara yang
emosional, individualistis dan extravagan. Buktinya, pemutusan hubungan antara
mujizat dan Injil (Kerajaan Allah), penekanan yang berlebihan pada pertobatan
individuil, penghargaan yang berat sebelah terhadap Karunia glosolalia (bahasa
roh), tangisan dan adegan-adegan lain yang emosional dalam kebaktian-kebaktian,
dan lain-lain.[15]
Dalam
perbedaan tersebut, menurut kelompok tidak boleh kita biarkan terus berlangsung
tetapi harus bersama-sama meniadakannya meskipun hal itu tidak mudah dan akan
banyak memakan waktu. dengan demikian kita harus melihat dengan bertitik-tolak
dari kitab suci.
III. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Roh
Kudus disebutkan dalam kerangka penciptaan alam semseta. Kata Ibrani “Roh” (ruakh) juga berarti
“angin” (Maz. 148:8; Yeh 1:4) atau “napas” (Yeh. 37:5). Pada mulanya Roh Allah
muncul sebagai kuasa Allah, yang bergerak seperti angin besar diatas samudera
raya, dan ikut serta dalam pekerjaan menciptakan langit dan bumi (Kej. 1:2).
Dia Adalah Suatu Pribadi dan Dia adalah Allah.
Di
dalam Alkitab bahwa Roh Kudus benar-benar masuk ke dalam hidup kita, Ia “diam”
di dalam diri kita (Roma 8:9, 11; 1 Kor. 3:16;6:19; 2 Kor. 6:16). Roh Kudus memberi kesaksian kepada kita bahwa
sungguh kita menjadi anak-anak Allah (Rm. 8:16). Oleh Roh kudus, kasih Allah
dicurahkan ke dalam hati kita (Rm 5:5). Kelahiran kembali serta pembaharuan
manusia adalah pekerjaan Roh Kudus (Yoh. 3:3,8). Kepada orang-orang beriman
dikaruniakan Roh Kudus dan sungguh Ia ada di dalam kita (Yoh. 14:17 ; 2 Tim.
1:7). Orang-orang beriman “mempunyai” Roh itu (2 Kor. 4:13). Itulah sebabnya
kita menjadi “anak-anak Allah” yang boleh menyebut Allah itu “Bapa”, oleh sebab
percaya kepada Yesus Kristus (Rm. 8:15, Gal 4:6).
B.
Saran
Untuk lebih
jelas tentang pembahasan Roh Kudus maka perlulah untuk diteliti lebih mendalam
tema-tema seperti:
1.
Roh
Kudus pada zaman Bapa-bapa Gereja.
2.
Istilah
Filoque (keluar dari Anak)
3.
Pneumatologi
Masa Kini
DAFTAR
PUSTAKA
Abineno,
2007, Roh Kudus dan PekerjaaNya, Jakarta: BPK Gunung Mulia
Boland,
2012, Intisari Iman Kristen, Jakarta:
BPK Gunung Mulia
Dister
Nico Syukur, 2010, Teologi Sistematika 1,
Yogyakarta: Kanisius
Milne
Bruce, 2009, Mengenal Kebenaran, Jakarta: BPK Gunung
Mulia
Niftrik
Van & Boland, 2011 Dogmatika Masa
Kini Jakarta: BPK Gunung Mulia
Ryrie
Charles, 2010 Teologi Dasar 2,
Yogyakarta:ANDI
[1] Bruce Milne, Mengenal Kebenaran, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2009) h.243
[2] Nico Syukur Dister, Teologi
Sistematika 1 (Yogyakarta: Kanisius, 2010) h. 246
[3] Bruce Milne, Mengenal Kebenaran, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2009) h.243
[4] Ibid,. hh.244
[5] Van Niftrik, B.J. Boland, Dogmatika
Masa Kini (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011)h.345
[6] Charles C Ryrie, Teologi Dasar 2
(Yogyakarta:ANDI, 2010) h. 110
[7] Ibid.,
[8] Ibid., hh.111
[9] Ibid.,
[10] Ibid.,
[11]Ibid.,
[12] Bruce Milne, Mengenal Kebenaran, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2009) h.248
[13] Van Niftrik, B.J. Boland, Dogmatika
Masa Kini (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011)h.339
[14] B.J. Boland, Intisari Iman
Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012) h.56
[15] Ch Abineno, Roh Kudus dan
Pekerjaanya (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007) h. 29
Comments
Post a Comment