|
Dosen
: Deflita R Lumi, S.Th, M.Pd
Oleh
:
Meyvi Dawid
Schowenart Matoneng
Anggi Pontoh
Budi Makaado
Kelas/Semester
: B / V
SEKOLAH
TINGGI AGAMA KRISTEN NEGERI
(STAKN)
MANADO
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PERAN
Peran
di dalam KBBI ialah perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang
yang berkedudukan di masyarakat. [1]Menurut
Friedman (1998), Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada
seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan.[2]
Peran didasarkan pada preskripsi dan harapan peran yang menerangkan apa yang
individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat
memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut
peran-peran tersebut.[3]
B.
KELUARGA
Keluarga
adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-isteri dan
anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Menurut pakar konseling
keluarga dari Yogyakarta, Sayekti (1994) menulis bahwa keluarga adalah suatu
ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang
berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang
perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri
atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.[4]
C.
CIRI – CIRI STRUKTUR
KELUARGA
Menurut Anderson Carter , dikutip Nasrul
Effendy 1998 dibagi menjadi 3 yaitu[5]
:
1.
Terorganisasi
: Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.
2.
Ada
Keterbatasan : Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai
keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing – masing.
3.
Ada
perbedaan dan kekhususan : Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan
fungsinya masing – masing.
D.
TIPE KELUARGA
Menurut Nasrul Effendy (1998) tipe
keluarga terdiri dari[6]
:
a. Keluarga inti (Nuclear Family), adalah
keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak- anak.
b. Keluarga besar (Extended Family), adalah
keluarga inti di tambah sanak saudara, misalnya ; nenek, kakek, keponakan,
saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c. Keluarga berantai (Serial Family), adalah
keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang menikah lebih dari satu kali
dan merupakan suatu keluarga inti.
d. Keluarga duda atau janda (Single
Family), adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Compocite), adalah
keluarga yang berpoligami yang hidup bersama.
f. Keluarga kabitas (Cahabitation), adalah
keluarga yang terdiri dari dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk satu keluarga.
E.
KEDUDUKAN
ANGGOTA KELUARGA
Setiap anggota keluarga memiliki
kedudukan sendiri-sendiri. Ayah berkedudukan sebagai pemimpin rumah tangga dan
kepala keluarga. Sedang ibu berkedudukan sebagai istri sekaligus sebagai
pendamping suami. Anak-anak merupakan anggota keluarga yang berkedudukan
sebagai anak yang harus berbakti kepada kedua orang tuanya. Keluarga inti
terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu,
dan 2 orang anak disebut caturwarga. Sedangkan Keluarga inti yang terdiri dari
ayah, ibu, dan 3 orang anak disebut pancawarga. Keluarga bukan inti keluarga
yang tinggal dalam satu rumah selain ayah, ibu, dan anak.
Keluarga hidup bahagia, jika saling
menyayangi, saling mengasihi, saling membantu, dan saling menjaga kerukunan
keluarga, agar suasana rumah tenang dan bahagia.
Berikut ini beberapa macam kedudukan
anggota keluarga di rumah. [7]
1.
Ayah
Dalam
keluarga, ayah berkedudkan sebagai Kepala Kelurga (KK). Ayah juga sebagai
pemimpin rumah tangga. Ayah bertanggung jawab atas seluruh anggota keluarga.
Kepala keluarga yang baik adalah kepala keluarga yang demokratis. Tidak berbuat
semaunya, senantiasa mengajak seluruh anggota keluarga bermusyawarah dalam
mengatasi masalah dan mengambil keputusan.
2.
Ibu
Ibu
adalah istri ayah. Ibu disebut ibu rumah tangga. Tugas utama ibu rumah tangga
adalah mengurus rumah tangga dan keluarga. Bertanggung jawab atas kegiatan
kebersihan dan kerapian di rumah. Adapun kedudukan ibu di dalam keluarga anatar
lain:
a. Pendamping suami,
b. Penjaga harta benda yang ada
dirumahnya,
c. Pendidik putra-putrinya,
d. Sebagai pengganti kedudukan ayah,
bila ayah tiada.
3.
Anak
Sebagai
anggota keluarga, anak berhak mendapat perhatian dan kasih sayang serta
bimbingan dari orang tua. Orang tua berkewajiban memnuhi kebutuhan anak,
seperti buku untuk sekolah, pakaian, makanan yang bergizi, dan
kebutuhan-kebutuhan lainnya. Anak mempunyai kewajiban belajar dan membantu
orang tua. Kedudukan anak di dalam keluarga yaitu;
a. Taat dan tunduk kepda perintah ayah
dan ibu,
b. Wajib membantu pekerjaan orang tua
dirumah,
c. Jika orang tua tidak ada dirumah,
anak berkewajiban menjaga seluruh harta benda yang ada dirumah.
F.
PERAN
KELUARGA
Peran keluarga sangatlah penting
karena keluargalah yang dapat membuat diri kita mengerti akan hidup ini.
Lingkungan baik yang diberikan oleh anggota keluarga kepada kita akan
memberikan pelajaran yang baik pula.[8]
Seperti yang telah dijelaskan, bahwa didalam keluarga seorang ayah mempunyai
kedudukan sebagai kepala keluarga. Kepala keluarga bertanggung jawab atas
keselamatan dan kesejahteraan anggota keluarganya. Tugas pokonya ayah adalah
bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Namun, ada juga ibu
yang ikut bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama.
Kedudukan Ibu sangat penting dalam
rumah tangga. Ia berkedudukan sebagai ibu rumah tangga. Ibu juga mempunyai
kewajiban membimbing dan mendidik anak-anak. Setiap hari, ibu selalu
menyediakan makanan bergizi agar seluruh anggota keluarga sehat.
Ibu juga memasak dan menyelesaikan
tugas ibu rumah tangga yang lain. Namun jika ada pembantu rumah tangga, maka
tugas ibu terbantu.
Peran anak-anak dirumah, sebenarnya
banyak sekali. Tetapi peran anak yang utama adalah membantu meringankan
beban/pekerjaan orang tua. Misalnya belajar yang rajin tanpa harus disuruh.
Ketika melihat ibu bekerja, anak dapat membantu semampunya, atau paling tidak,
tidak mengganggu.
Beberapa peran anggota keluarga
adalah sebagai berikut;
1.
Ayah
Ayah
berperan sebagai kepala keluarga dan kepala rumah tangga. Beliau memiliki
kewajiban untuk memberi nafkah dan melindungi keluarganya. Ayah bekerja untuk
mencari nafkah. Ayah juga bekerja dengan ikhlas dan sekuat tenaga, agar
kebutuhan keluarga tercukupi. Ayah juga mempunyai kewajiban mendidik
putra-putrinya. Oleh sebab itu, seorang ayah berhak dan wajib dihormati oleh
setiap anggota keluarga.
Sikun Pribadi membagi peran ayah yaitu:
a. Ayah sebagai sex partner :
Ayah merupakan sex partner yang Setia bagi istrinya. Sebagai
sex partner, seorang ayah harus dapat melaksanakan peran ini dengan diliputi
oleh rasa cinta kasih yang mendalam. Seorang ayah harus mampu mencintai
istrinya dan jangan selalu minta dicintai oleh istrinya.
b. Ayah sebagai pencari nafkah
:
Tugas ayah sebagai pencari nafkah merupakan tugas yang
sangat penting dalam keluarga. Penghasilan yang cukup dalam keluarga mempunyai
dampak yang baik sekali dalam keluarga. Penghasilan yang kurang cukup
menyebabkan kehidupan keluarga yang kurang lancar. Lemah kuatnya ekonomi
tergantung pada penghasilan ayah. Sebab segala segi kehidupan dalam keluarga
perlu biaya untuk sandang, pangan, perumahan, pendidikan dan pengobatan. Untuk
seorang ayah harus mempunyai pekerjaan yang hasilnya dapat dipergunakan untuk
mencukupi kebutuhan keluarga.
c.
Ayah sebagai pendidik :
Peran ayah sebagai pendidik merupakan peran yang penting.
Sebab peran ini menyangkut perkembangan peran dan pertumbuhan pribadi anak.
Ayah sebagai pendidik terutama menyangkut pendidikan yang bersifat rasional.
d.
Ayah sebagai tokoh atau modal
identifikasi anak :
Ayah sebagai modal sangat diperlukan bagi anak-anak untuk
identifikasi diri dalam rangka membentuk super ego yang kuat. Super ego merupakan
fungsi kepribadian yang memberikan pegangan hidup yang benar, susila dan baik.
Oleh karena itu seorang ayah harus memiliki pribadi yang kuat. Pribadi ayah
yang kuat akan memberikan makna bagi pembentukan pribadi anak. Pribadi anak
mulai terbentuk sejak anak itu mencari “Aku” dirinya. Aku ini akan terbentuk
dengan balk jika ayah sebagai model dapat memberikan kepuasan bagi anak untuk
identifikasi diri.
e. Ayah sebagai pembantu pengurus
rumah tangga :
Pengurusan rumah tangga merupakan tanggung jawab ibu sebagai
istri. Dalam perkembangan lebih lanjut maka ayah diperlukan sebagai pengelola
kerumahtanggaan. Sebab keluarga merupakan lembaga sosial yang mengelola segala
keperluan yang menyangkut banyak segi. Oleh karena itu ayah sebagai kepala
keluarga juga ikut bertanggung jawab dalam jalannya keluarga sebagai lembaga
sosial yang memerankan berbagai fungsi kehidupan manusia. Dari uraian tersebut
di atas dapat disimpulkan bahwa ayah mempunyai banyak peran (berperan ganda).
Agar dapat melaksanakan peran ganda ini maka seorang ayah dituntut untuk
bekerja keras, dan berpengetahuan yang memadai. Pengetahuan ini sangat
diperlukan karena persoalan-persoalan kehidupan makin lama makin sulit dan
kompleks.
2.
Ibu
Seorang ibu berperan sebagai pendamping suami/ayah. Bahkan dalam
perannya mendampingi ayah, ibu juga sering membantu ayah dalam mencukupi
kebutuhan keluarga. Tidak jarang saat ini seorang ibu bekerja seperti ayah,
agar semua kebutuhan keluarga tak ada kekurangannya. Selain itu, ibu juga
berperan sebagai pengurus semua keperluan rumah tangga. Tugas ibu sangat berat,
untuk itu kita harus berbakti kepadanya.
Nani
Suwondo (1981) menyatakan bahwa wanita dalam keluarga itu mempunyai tugas
yaitu:
a. Wanita sebagai ibu pendidik anak dan pembina
generasi muda :
Ibu sebagai pendidik anak bertanggung jawab agar anak-anak
dibekali kekuatan rohani maupun jasmani dalam menghadapi segala tantangan zaman
dan menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa.
b. Ibu sebagai pengatur rumah tangga
:
Ibu pengatur rumah tangga merupakan tugas yang berat. Sebab
seorang ibu harus dapat mengatur segala peraturan rumah tangga. Oleh karena itu
ibu dapat dikatakan sebagai administrator dalam kehidupan keluarga. Oleh karena
itu ibu harus dapat mengatur waktu dan tenaga sescara bijaksana.
c. Ibu sebagai tenaga kerja :
Dalam perkembangan sekarang ini dapat dikatakan baik di desa
maupun di kota tampak bahwa ibu juga berperan sebagai pencari nafkah. Di pasar,
di kantor, di persawahan, ibu-ibu ikut berkerja untuk mencukupi kebutuhan
keluarga. Istri-istri yang bekerja memang sangat berat, sebab di samping
mengurus keluarga dan mendidik anak masih harus mencari tambahan penghasilan.
Akan tetapi juga banyak justru ibulah yang berfungsi pencari nafkah. Sebab
penghasilan ibu lebih banyak dari penghasilan ayah. Oleh karena itu jika
kedua-duanya bekerja, maka harus ada kesepakatan yang kuat dan bijaksana
sehingga tidak menjadikan keluarga sebagai terminal bis yang selalu gaduh.
d. Ibu sebagai makhluk sosial
Ibu sebagai makhluk sosial perlu diberi peran dalam
masyarakat dan lembaga-lembaga sosial dan politik. Di kantor-kantor ia diberi
kesempatan untuk mendampingi suami sebagai pengurus atau anggota Darma Wanita,
Darma Pertiwi dan sebagainya. Ibu dengan tugas-tugas ini akan merasa puas dan
banagia, jika semua tugas itu dapat dilaksanakan sebaik-baiknya.
3.
Anak
Anak sebagai anggota keluarga, harapannya setia, artinya
harus taat dan patuh kepada orang tua. Nasihat dan saran orang tua harus
ditaati agar tidak menyesal dikemudian hari. Semua nasihat dari orang tua
bertujuan baik, demi masa depan anak-anaknya.
Kecenderungan Perubahan Peran Dalam
Keluarga
Dengan perkembangan zaman yang
semakin maju dan semamkin meningkatnya kebutuhan keluarga, maka saat ini peran
anggota keluarga dirumah cenderung berubah pula. Misalnya, seorang ibu dulu
hanya sebagi pendamping suami dan pengasuh putra-putrinya. Tetapi saat ini
banyak ibu-ibu yang harus bertanggung jawab terhadap hidup kelangsungan
keluarganya. Hal-hal yang dapat menyebabkan peran seorang ibu dalam keluarga
berubah antara lain berikut ini;
1.
Tingkat
pendidikan dan disiplin ilmu yang diperoleh ibu/wanita sehingga harus bekerja.
Mereka harus mengamalkan ilmu yang didapat agar bermanfaat, yaitu dengan
bekerja.
2.
Suami
belum dapat bekerja sesuai yang diinginkan.
3.
Gaji
suami kurang mencukupi.
Perubahan peran dalam keluarga juga
terkadang dialami anak, ketika hal-hal berikut terjadi;
1. Orang tua sudah tiada
2. Pengahsilan orang tua kecil
3. Jumlah anggota keluarga yang besar
G. PERAN
KELUARGA DALAM PL
1.
Suami/Ayah
Kehidupan keluarga PL merupakan hubungan yang
diikat oleh perkawinan dan hubungan darah yang diatur/diperintah oleh kekuasaan
seorang kepala rumah tangga, yaitu ayah. Kekuasaan ini pada umumnya sangat
dominan dan absolut sifatnya. Itu sebabnya seluruh kehidupan keluarga PL selalu
berpusat pada figur ayah. Selain sebagai kepala rumah tangga, seorang
suami/ayah mempunyai tugas:
a. menjadi iman bagi keluarga
b. melindungi keluarga dan kesejahteraannya
c. mendidik anak, khususnya anak laki-laki untuk berdagang
d. mengajar tradisi nenek moyang bagi seluruh keluarga (+ Taurat)
e. menjadi teladan
f. mengambil keputusan demi kepentingan seluruh anggota
g. mencari calon suami bagi anak-anak perempuannya
2.
Istri/Ibu
Kalau Adam
diciptakan untuk mewakili simbol sifat maskulin laki-laki, maka Hawa mewakili
sifat feminin manusia wanita. Allah menciptakan laki-laki dan wanita dengan
kedudukan yang sederajat. Tuhan menghargai sifat-sifat mereka sebagaimana
mereka diciptakan sesuai dengan peran dan fungsinya yang berbeda. Namun
demikian kejatuhan manusia dalam dosa menimbulkan ketidak serasian fungsi dan
tugas keduanya. alam kehidupan PL, istri/wanita sering mendapat perlakuan yang
kurang pada tempatnya. Istri/wanita lebih sering diperlakukan sebagai harta
kepemilikan. Dalam tugas keluarga, istri/ibu menjalankannya tugas sbb.:
a. tunduk kepada suaminya.
b. melahirkan anak
c. melakukan tugas-tugas rumah tangga
d. mendidik anak-anak ketika masih kecil
e. membantu suami
f. menjadi wakil kepala rumah tangga
g. menjunjung tinggi kedudukan suami
3.
Anak-anak
Anak adalah
tujuan perkawinan (#Mazm 127:3-5), terutama anak laki-laki. Anak sulung mendapat kedudukan istimewa,
yaitu menjadi ahli waris utama (dua kali lebih banyak) dan kelak menggantikan
kedudukan ayahnya kepala rumah tangga. Berbeda dengan anak perempuan, mereka
tidak akan mendapat hak warisan kecuali kalau orang tua tidak mempunyai anak
laki-laki.
Tugas anak dalam tradisi PL adalah:
a. menghormati ayah dan ibu
b. mengikuti didikan ayah dan ibu mereka
c. belajar tradisi nenek moyang dengan tekun
d. membantu orang tua (anak laki-laki membantu ayah, anak
perempuan membantu ibu)
e. memelihara hari tua orang tuanya
H. PERAN
KELUARGA DALAM MASYARAKAT
Keluarga
Kristen bukanlah suatu pulau yang terpisah dari yang lain, melainkan
sebagaimana keluarga-keluarga lainnya, merupakan sel masyarakat yang pertama,
yang menjadi dasar dan factor penumbuh masyarakat, terutama lewat pelayanan
yang berdasarkan cinta kepada sesama. keluarga merupakan sekolah hidup
bermasyarakat. Di situ ditumbuhkan semangat berkorban dan dialog di mana
manusia dimanusiawikan. Masyarakat harus mengabdi kepentingan keluarga dan
bersama keluarga lain mengabdi kepentingan martabat manusia. Lewat sakramen
perkawinan, suami-istri Kristen mendapat pengutusan khas awam, untuk menembus
semua bidang-bidang kemasyarakatan, terutama untuk membela kaum miskin.[10]
Keluarga juga mempunyai tugas, yakni dengan melayani sesama manusia, seperti
Kristus Raja (Rm 6:12) yang datang bukan untuk dilayani melainkan untuk
melayani. Keluarga harus melihat orang lain sebagai pribadi dan anak Allah,
khususnya antara suami-istri dan anak-anak. Dan melalui cinta, keluarga bisa
melihat orang lain di luar anggota keluarganya sebagai saudara-saudari dalam
Kristus. Keluarga melihat wajah Kristus melalui orang miskin dan menderita.
Oleh karena itu, mereka perlu dicintai dan dilayani.[11]
I. PERAN
KELUARGA DALAM GEREJA
Keluarga merupakan unsur pembentuk Gereja. Melalui keluarga
pula Gereja memasuki generasi-generasi berikutnya.[12]
Keluarga Kristen harus menjadi “Gereja mini”, yang mengambil bagian dalam tugas
perutusan Gereja dalam mewartakan Injil. Keluarga menjalankan tugas kenabiannya
dengan menyambut dan mewartakan sabda, menjalankan fungsi kritis di dalam
masyarakat serta membela kebenaran. Dengan sakramen Baptis, Penguatan, dan
Perkawinan, keluarga Kristen mempunyai tugas missioner, yakni mewartakan Injil
kepada keluarga-keluarga yang kurang beriman dan kepada dunia, baik secara
eksplisit maupun implisit melalui tingkah laku, kesetiaan dalam perkawinan, dan
contoh hidup berkeluarga yang baik.[13]
J. PERAN
KELUARGA DALAM NEGARA DAN BANGSA
Sampai saat ini, keberadaan keluarga di
tengah masyarakat masih tetap dipertahankan. Namun seiring dengan modernisasi,
industrialisasi, dan
globalisasi informasi yang merasuki segenap kehidupan manusia, konsep keluarga
mulai mengalami pergeseran dalam pendefinisian dan pemaknaannya.
Keluarga sesungguhnya dapat memainkan
peranan yang sangat strategis dalam pembangunan, sebagai salah satu pilar
pembangunan yang kokoh. Tantangan bagi masyarakat kita adalah bagaimana
mempertahankan identitas atau jati diri kita sebagai bangsa. Globalisasi yang
tidak disikapi secara arif dikhawatirkan dapat menggerus dan menggerogoti
nilai-nilai kebangsaan generasi muda Indonesia. Apalagi masyarakat Indonesia
sangat terbuka dalam menerima informasi baru dan ada kecenderungan suka melakukan
imitasi.
Sementara itu, tantangan pembangunan
juga merupakan pekerjaan rumah yang belum selesai, terutama sekali pembangunan
manusia Indonesia. Dalam Laporan Human Depelopment Index tahun
2009, Indonesia masih berada pada peringkat ke-111 dari 182 negara. Terkadang
hal ini memunculkan pertanyaan sekaligus pesimisme : “Mampukah bangsa kita
berkompetisi di era globalisasi yang semakin terbuka lebar?”
Negara Indonesia adalah negara yang
religius. Permasalahan muncul ketika nilai-nilai agama telah melapuk sehingga
agama tidak lagi memberi makna dalam setiap sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Agama tidak lagi menjadi kontrol individu untuk malu melakukan pelanggaran dan
kejahatan. Ironisnya, di sisi lain agama seringkali digunakan sebagai kontrol
sosial yang negatif, terbukti dengan maraknya kekerasan atas nama agama yang
dilakukan oleh orang-orang yang “taat beribadah”. Bagi negara Indonesia yang
masyarakatnya sangat plural, keadaan ini sangat rentan untuk memecah belah
persatuan yang telah terjalin lebih dari setengah abad, sehingga kita perlu
segera mengambil sikap.
Komitmen pembangunan manusia melalui
keluarga, terutama sekali pembinaan para generasi muda Indonesia belum menjadi
agenda utama dalam pembangunan. Padahal banyak pihak yang menyadari begitu strategisnya
peran keluarga dalam
bangsa dan negara khususnya mencetak generasi muda yang
berkualitas. Terlebih lagi, perubahan nilai-nilai sosial budaya yang semakin
tidak pasti di era globalisasi informasi ini tidak akan dapat dinetralisir
dengan pendekatan model ekonomi saja. Kalau tidak yang terjadi adalah munculnya
distorsi dalam pembangunan, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi yang tidak
diikuti oleh peningkatan kualitas mental dan spiritual manusianya.
Keluarga yang punya potensi strategis
di dalam pembangunan akhirnya dibiarkan berdiri sendiri melakukan edukasi
kepada anggotanya. Sementara itu, oleh sebagian besar keluarga peran ini
kerapkali malah dilimpahkan kepada institusi pendidikan, sehingga tanggung
jawab pendidikan ada di pihak sekolah. Institusi keluarga seolah-olah
melepaskan tanggung jawab mereka dalam menciptakan sumberdaya manusia bangsa
yang berkualitas. Padahal banyak pakar berpendapat bahwa krisis di dalam
keluarga merupakan awal dari krisis-krisis di kehidupan lain yang lebih luas.
Peningkatan kualitas generasi muda
merupakan masalah nasional. Namun pelaksanaannya bukan saja menjadi tanggung
jawab pemerintah, tetapi juga menjadi tanggung jawab masyarakat, dan terutama
sekali keluarga sebagai unsur inti dalam masyarakat. Oleh sebab itu, dibutuhkan
pembinaan keluarga yang ditujukan untuk meningkatkan keberfungsian keluarga.
Suatu keluarga dikatakan berfungsi apabila keluarga tersebut dapat memainkan
peranannya sebagaimana seharusnya. Kebiasaan, bahasa, norma, dan sistem nilai yang berlaku dalam
masyarakat ditransformasikan kepada anak melalui pranata keluarga. Dalam
lingkungan keluarga, anak belajar sopan santun, membedakan mana yang baik
dan mana yang buruk.[14]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Setiap
anggota keluarga memiliki kedudukan sendiri-sendiri. Ayah berkedudukan sebagai
pemimpin rumah tangga dan kepala keluarga. Mencari nafkah untuk kebutuhan
keluarga.
Kedudukan
Ibu sangat penting dalam rumah tangga. Ia berkedudukan sebagai ibu rumah tangga.
Ibu juga mempunyai kewajiban membimbing dan mendidik anak-anak.
Dizaman
yang makin maju dan kebutuhan tinggi, terkadang juga terjadi perubahan peran
karena beberapa persoalan. Peran seorang anak tentu berbeda dengan peran
anggota keluarga yang lain. Semuanya punya peran masing-masing. Dalam
melaksanakan peran sebagai anggota keluarga, harus dilaksanakan dengan tulus
ikhlas, selalu tersenyum, tidak menggerutu, cemberut, karena berakibat tidak
baik. Apabila dalam keluarga, setiap anggotanya sudah melaksanakan tugas
masing-masing dengan seimbang, maka keluarga akan harmonis, rukun, dan damai.
Peran
Keluarga dalam Gereja, Masyarakat, dan Negara juga sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan tiap individu dalam menjalani kehidupan dan
membawa dampak yang baik untuk di masa yang akan datang.
B.
SARAN
Setelah kita mempelajari materi mengenai
Peran Keluarga , kita dapat melihat bahwa uraian tersebut sangat bermanfaat
untuk dipelajari dan di mengerti. Karena itu hendaknya kita tidak hanya membaca
makalah ini, tetapi dapat membandingkan atau mencari buku-buku lain untuk dapat
di baca dan dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
Alkitab
Elektronik
Sabda
Elektronik
Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Versi 1.1, by Ebta Setiawan, 2010.
Efendi,
Ferry, 2009, Keperawatan Kesehatan Komunitas, Jakarta: Salemba Medika
Eminyan,
Maurice, 2001, Teologi Keluarga Yogyakarta:Kanisius
Murniasih,
2010, Mengenal Keluarga, Jakarta: Niaga Swadaya
Suprajitno,
2004, Asuhan Keperawatan Keluarga, Jakarta:Buku Kedokteran EGC
Supartini,
2004, Konsep Dasar Keperawatan Anak, Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Wignyasumarta,
Ign, 2010, Panduan Rekoleksi Keluarga Yogyakarta,
Kanisius
Zaidin,
dkk, 2004, Pengantar Keperawatan
Keluarga, Jakarta:Buku Kedokteran EGC
Halim,
Abdul, 2014, http://abdulhalimsolkan.blogspot.com/2014/01/kedudukan-dan-peran-anggota-keluarga.html
Pramudita,
Felix, 2012, Peran keluarga dalam
pembangunan bangsa Indonesia http://misteriusman.blogspot.com/2012/11/peran-keluarga-dalam-pembangunan-bangsa.html
[1]
KBBI
[2]
Supartini, Konsep Dasar Keperawatan Anak,
(Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 2004) h.29
[3] Arif, http://www.sarjanaku.com/2013/01/pengertian-peran-definisi-menurut-para.html (Di akses minggu, 18 oktober
2014:16.00PM)
[4]
Suprajitno, Asuhan Keperawatan Keluarga, (Jakarta,
Buku Kedokteran EGC, 2004) h.1
[5]
Ferry, Keperawatan Kesehatan Komunitas,(
Jakarta: Salemba Medika, 2009) h.181
[6]
Zaidin, Pengantar Keperawatan Keluarga, (
Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 2010) h.6
[7]
Abdul ,http://abdulhalimsolkan.blogspot.com/2014/01/kedudukan-dan-peran-anggota-keluarga.html (Di akses minggu, 18 oktober
2014:16.35PM)
[8]
Murniasih, Mengenal Keluarga, (Jakarta:
Niaga Swadaya, 2010) h.7
[9] Martinus,http://labulakeu.blogspot.com/2013/01/pak-dewasa.html (Diakses
Kamis, 30-10-2014:22.30)
[10] Ign,
Panduan Rekoleksi Keluarga (Yogyakarta,
Kanisius, 2010) h.15
[11] Ibid,
h.17
[12]
Maurice, Teologi Keluarga (Yogyakarta:Kanisius,
2001) h.218
[13]
Ign, .16
[14] Felix,
Peran keluarga dalam pembangunan bangsa
Indonesia, http://misteriusman.blogspot.com/2012/11/peran-keluarga-dalam-pembangunan-bangsa.html
(Diakses Kamis, 30 Oktober 2014:10.00)
Comments
Post a Comment