Skip to main content

MAKALAH ALKITAB


II. PEMBAHASAN
A. APAKAH ALKITAB ITU?
Apakah Alkitab itu? Alkitab bukanlah suatu buku yang sampulnya sering berwarna gelap menakutkan. Alkitab terdiri dari dua bagian besar, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.[1] Alkitab bukanlah sekadar pelengkap dari kepercayaan orang Kristen, melainkan ia adalah firman Allah yang intrinsik dan oleh karenanya berotoritas bagi iman Kristen.
Alkitab bukan catatan atau karya tulis yang direkayasa oleh manusia saja, melainkan Allahlah yang telah berinisiatif mengilhamkan para penulis sehingga mereka menghasilkan tulisan yang tanpa salah dan secara akurat menyampaikan kehendak Allah. Oleh sebab itu mempelajari Alkitab haruslah mempelajarinya dengan praanggapan bahwa yang kita hadapi adalah firman Allah yang berkuasa.
Alkitab adalah satu-satunya sumber dari segala pengetahuan manusia tentang Allah. Allah tetap berinisiatif menyatakan dirinya secara khusus melalui alkitab sehingga alkitab menjadi satu-satunya patokan yang berotoritas bagi orang percaya.
Alkitab sangat penting sehingga tanpa Alkitab, Allah tidak berbicara. Alkitab, firman Allah, adalah penting dalam hubungan perjanjian antara Allah dan manusia. Apabila kita menyakini bahwa Allah berkuasa, maka tentunya Ia memberikan perintah. Dengan demikian, Alkitab adalah konstitusi dari perjanjian Allah dengan manusia dalam sejarah sehingga jelas bahwa Allah yang berkuasa itu telah berbicara dan perkataan-Nya telah terdokumentasi kedalam Alkitab.
B. ALKITAB ADALAH FIRMAN ALLAH
Salah satu cara untuk menyatakan keyakinan bahwa Allah sendirilah yang berbicara dalam Alkitab, adalah dengan menyebut Alkitab sebagai “firman Allah”. Perjanjian Lama berbicara tentang firman Allah yang kreatif (Kejadian 1:11; Mzm 33:6), Hikmat Allah yang dianggap pribadi (Ams 8), yang adalah wahana aktivitas Allah (Yes 55:11). Yesus menyebutkan Perjanjian Lama sebagai “firman Allah” (Mrk 7:13; Yoh. 10:35) dan para rasul berbuat demikian pula (Kis 6:4; Roma 9:6; Ibr 4:12). Istilah “firman” juga dipakai untuk Yesus sendiri (Yoh 1:1, 14; I Yoh 1:1; Wahyu 19:13). [2]
C. PENGILHAMAN
Kata ilham berasal dari dua kata Yunani, theopneustos yang berarti “dihembusi, dimasuki angin, atau nafas Allah” (Kej. 2:7, 2Tim. 3:16) dan phero yang berarti “dorongan, di bawah pengaruh yang menggerakkan, terbawa” (2Ptr. 1:21). Namun untuk memiliki suatu pengetian yang tepat dan benar mengenai pengilhaman Alkitab, suatu studi tentang ayat-ayat Alkitab yang relevan sangat diperlukan.[3]
Bila dibicarakan bagaimana penyataan dari Allah telah diungkapkan dalam kata-kata Alkitab, maka istilah yang dipakai ialah “ilham” atau “pengilhaman”. Istilah ini menyebut kegiatan roh Allah yang mengawasi para penulis Alkitab, sehingga tulisan mereka menjadi salinan Firman Allah kepada manusia. [4]
Bagaimanakah pelaksanaan pembukuan penyataan Tuhan itu? Soal  dapat dijelaskan demikian: Dalam 2 Tim. 3:16. Di sini disebutkan adanya tulisan yang diilhamkan Allah yang bermanfaat untuk mengajar, dan sebagainya.
Berikut ini akan dibahas beberapa teori pengilhaman yang muncul dalam diskusi-diskusi teologi.[5]
1. Pengilhaman yang mekanis
Yang dimaksud dengan pengilhaman yang mekanis ialah bahwa manusia di dalam penglihaman tadi hanya berfungsi sebagai mekanik atau mesin. Segala inisiatif dan keaktifan-pokok ada pada Tuhan Allah.
2. Pengilhaman yang negatif atau pasif
Pandangan ini mengajarkan, bahwa para penulis Alkitab dijaga oleh Roh Kudus jangan sampai tersesat. Jadi yang diilhami adalah para penulisnya. Mereka dibantu oleh Roh Kudus, sehingga apa yang diucapkan atau ditulis sesuai dengan kehendak Tuhan Allah.
Pandangan ini tidak sesuai dengan gagasan yang tercantum di dalam Alkitab. Sebab di sini dengan jelas disebutkan, bahwa yang diilhamkan adalah tulisan-tulisannya atau Alkitabnya, bukan penulisnya (Bnd. 2 Tim. 3:16).
3. Pengilhaman yang dinamis
Menurut pandangan ini hati para penulis diperbaharui oleh Tuhan Allah, sehingga pengilhaman identik dengan kelahiran kedua kali. Pengilhaman ialah kecakapan yang diberikan oleh Roh Kudus di dalam jabatan sebagai penulis. Makin dekat penulis dengan Kristus, makin dapat dipercaya hasil penulisannya. Oleh karena itu maka tulisan para rasul dianggap sebagai lebih dapat dipercaya daripada tulisan para murid rasul atau tulisan orang-orang setelah zaman para rasul. Matius dan Yohanes umpamanya lebih dapat dipercaya daripada Markus dan Lukas. Demikian seterusnya. Jadi kewibawaan Alkitab tergantung dari penulisnya.
Pandangan ini dikemukakan oleh F. Schleiemiacher. Pandangan yang demikian ini juga tidak sesuai dengan gagasan Alkitab sendiri. Sebab Alkitab menunjukkan, bahwa ada juga orang-orang, yang sekalipun tidak tergolong orang beriman, namun dipergunakan juga oleh Tuhan Allah untuk menyatakan kehendakNya. Kita ingat akan Bileam, yang memberitakan kehendak Tuhan Allah (Bil. 24:17), dan Kayafas, yang memberitakan tentang perlunya Tuhan Yesus mati bagi umat Allah (Yob. 11:50).
4. Pengilhaman yang organis
Pandangan inilah yang sesuai dengan pemberitaan Alkitab. Kata organ tidak memberi pengertian yang khas, sebab kata ini hanya berarti alat. Jadi dengan istilah ini hanya diungkapkan bahwa di dalam pengilhaman itu Tuhan Allah memakai manusia sebagai alatNya. Oleh karena itu ungkapan ini agaknya belum menjamin kemurnian artinya. Sebab ada orang-orang, yang sekalipun mengatakan bahwa Alkitab diilhamkan secara organis, namun dalam prakteknya memegang teguh kepada pengilhaman yang mekanis, karena tidak berani meninggalkan penafsiran yang fundamentalistis.  Untuk mendekati arti ungkapan organis itu kita akan berpangkal dari Kis. 9:15, di mana Tuhan Yesus memerintahkan kepada Ananias supaya pergi mengunjungi Saulus di tempat ia untuk sementara berada, dengan alasan, bahwa Saulus adalah alat pilihan Kristus untuk memberitakan namaNya kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Di sini Saulus, disebut alat pilihan Kristus untuk memberitakan namaNya atau untuk memberitakan Injil atau Firman Allah.
D. KANON
Kata “kanon” yang sebenarnya berarti : penggaris, tali pengukur; arti kiasan : ukuran, norma. Kemudiannya kata itu dipakai juga untuk daftar Kitab-kitab yang bersama-sama merupakan Alkitab : isi Kitab-kitab itulah yang diakui oleh Gereja sebagai ukuran dan norma bagi iman serta kehidupan Kristen.[6]
Mengapa kumpulan 66 kitab itu yang boleh disebut “kanon” Alkitab? Bagi kanon perjanjian baru acap sekali dikemukakan dua kriteria. Suatu kitab dianggap kanonis: 1. Kalau “menyaksikan” Kristus (Luthter: “was christum treibet”) dan 2. Kalau merupakan kesaksian “asli”, yaitu yang berasal dari para rasul atau pada zaman mereka. Tetapi kedua kriteria itu belum menjawab semua permasalahan. Belum jelas mengapa kitab-kitab seperti I Clemens, surat-surat Igantus dan buku Didakhe tidak dimuat juga.
Oleh karena itu pembentukan kanon harus kita anggap sebagai keputusan iman gereja. Dengan mengambil keputusan tentang kanon, gereja menangani apa yang Ortodoksi disebut testimonium spiritus sancti internum, yaitu: Alkitab sendiri yang menyahkan dirinya sebagai firman Allah didalam hati orang-orang percaya.
Pembentukan kanon dalam tahap pertama adalah keputusan iman gereja abad ke-2. Tetapi juga gereja pada masa kini percaya akan kanon sebagai firman Allah dengan tanggung jawabnya sendiri dan buka dengan tanggung jawab Gereja purba. Sebab gereja pada masa kini sama seperti gereja purba percaya kepada keputusan kanon oleh Allah Roh Kudus, sehingga dia tetap menghadapi masalah tentang luasnya kanon itu . Dia tidak luput dari pertanyaan, apakah dia mau percaya akan kanon yang sudah ada atau mau menentukan batas kanon secara baru.[7]
E.  KEWIBAWAAN ALKITAB
Siapa yang percaya kepada Yesus Kristus, tak dapat tidak ia mengakui bahwa Alkitab mempunya kewibawaan. Apakah yang akan dapat kita ketahui tentang Kristus, jikalau bukan Alkitab itu menceritakan kepada kita tentang Dia? Alkitab tidaklah beroleh kewibawaannya misalnya menurut keputusan suatu rapat Gereja, seperti suatu Negara menerima Undang-undang Dasarnya via konstituante atau dewan perwakilan rakyat. Alkitab mempunyai kewibawaan rohani yang timbul dari isinya sendiri : Roh Kudus telah mengerjakan sedemikian rupa hingga Gereja di masa lampau mendengarkan isi Alkitab dan selalu pula mendengarkannya sebagai Firman Allah.
Asal dan sumber kewibawaan itu adalah Allah sendiri. Orang-orang beriman mengakui : di sinilah dan hanya di sini saja, yaitu di dalam Alkitab, kita mendengar suara Tuhan. “Bukti yang terbesar tentang kebenaran Alkitab terletak di dalam Allah sendiri yang bersabda dalam Alkitab itu” (Calvin). Calvin segera menambahkan pula, bahwa sahnya “bukti” ini hanya diterima oleh “mereka yang hatinya telah diajar oleh Roh Kudus”. Oleh sebab itu tak ada faedahnya berdebat tentang “kebenaran Alkitab” dengan orang yang tidak bersedia lebih dahulu mendengar dengan penuh hormat kepada isi Alkitab. Apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus mengenai pengajaranNya (Yoh 7:16-17), hal itu berlaku untuk segenap isi Alkitab!
Pokok dan isi Alkitab dapat disimpulkan sebagai berikut:
Alkitab adalah pemberitaan tentang sejarah-keselamatan, yang pusatnya ialah kedatangan dan pekerjaan Yesus Kristus. Di sinilah letaknya keesaan dan persesuaian antara kesaksian yang beraneka warna, sebagaimana diberitakan oleh para nabi dan rasul. Oleh sebab itu kita harus membaca dan menerangkan isi Alkitab.
Dengan berpangkalkan kesatuan dan persesuaiannya sebagai kesaksian tentang Yesus Kristus. Kewibawaan Alkitab disifatkan oleh injil! [8]


III.PENUTUP
A.    Kesimpulan
Alkitab adalah firman Allah. Pengajaran ini berdiri pada otoritas yang tidak kurang dari pada Yesus Kristus sendiri, yang meneguhkan pengilhaman Perjanjian Lama dan menjanjikan Perjanjian Baru. Kesaksian Yesus dan rasul-rasul bahwa Alkitab bersifat inerrrant pada apa yang diajarkan mengenai semua masalah. Selain itu kita memiliki banyak bukti yang menunjukkan bahwa Alkitab yang kita miliki mewakili naskah-naskah asli dengan tingkat keakuratan yang sangat tinggi, yang tidak dimiliki oleh buku lain dari dunia kuno. Alkitab adalah pemberitaan tentang sejarah-keselamatan, yang pusatnya ialah kedatangan dan pekerjaan Yesus Kristus.
B.     Saran
Setelah kita mempelajari materi mengenai Alkitab, kita dapat melihat bahwa uraian tersebut sangat bermanfaat untuk dipelajari dan di mengerti. Karena itu hendaknya kita tidak hanya membaca makalah ini, tetapi dapat membandingkan atau mencari buku-buku lain untuk dapat di baca dan dipahami.


DAFTAR PUSTAKA

Wismoady, 2011,  Di sini kutemukan, Jakarta;BPK Gunung Mulia
Bruce, 2009 Mengenal Kebenaran, Jakarta;BPK Gunung Mulia
Harun,2007, Iman Kristen, Jakarta;BPK Gunung Mulia
Nitrik & Boland, Dogmatika Masa Kini, Jakarta;BPK Gunung Mulia
Dieter, 2001, Pedeoman Dogmatika,Jakarta;BPK Gunung Mulia
Indra, 2010, Teologi Sistematis Bandung;LLB


[1] Wismoady, Di sini kutemukan, (Jakarta, BPK, 2011) Hal.17
[2] Bruce, Mengenal Kebenaran, (Jakarta, Bpk Gunung Mulia, 2009) Hal. 48
[3] Indra, Teologi Sistematis (Bandung, LLB, 2010) Hal.33
[4]Ibid. Hal. 54
[5] Harun, Iman Kristen (jakarta, BPK Gunung Mulia, 2007) Hal.59
[6] Nitrik & Boland, Dogmatika Masa Kini (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2008) Hal.402
[7] Dieter, Pedeoman Dogmatika,(Jakarta, Bpk Gunung Mulia,2001), Hal. 48
[8] Nitrik & Boland, Op.Cit, Hal. 399

Comments

Popular posts from this blog

IPTEK DALAM ALKITAB

I.                    PENDAHULUAN A.      Latar Belakang Metode ilmiah sering digunakan dalam pembahasan tentang pendidikan. Riset dan metode ilmiah merupakan metode pemecahan masalah yang mengacu pada berpikir reflektif yaitu berpikir menemukan masalah serta memecahkannya melalui kegiatan yang bertahap. Ilmu pendidikan adalah sistem pengetahuan tentang pendidikan yang diperoleh melalui riset. [1] Proses perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini merupakan hasil dari penemuan dan penelitian yang dilakukan manusia sebelumnya. Sebenarnya perkembangan tersebut diawali dengan rasa keingintahuan manusia yang sangat besar bahkan Paul Leady mengatakan bahwa ” Man is curious animals ”. [2] Keingintahuan tersebut yang mendorong manusia untuk berupaya menjawab kenyataan-kenyataan alamiah yang ada di dunia ini lewat berbagai cara, dan hal ini mendorong perkembangan ilmu dan pengetahuan. Selaras dengan asal katanya Sains berasal dari bahasa Latin “scieantia” dan terbentuk ka

GEREJA METHODIST INDONESIA

I.PENDAHULUAN A. Latar belakang Methodisme datang ke Indonesia pertama kali pada tahun 1905 setelah para misionaris Amerika mulai bekerja di Malaysia dan Singapura . Gereja Methodis di Indonesia saat itu adalah satu-satunya gereja yang tidak dimulai oleh para misionaris Belanda ataupun Jerman . Di Indonesia, para misionaris Amerika mulai bekerja di Jawa , Kalimantan , dan Sumatera . Pada tahun 1913 , setelah datangnya Bishop J. Robinson , konferensi yang pertama pun diselenggarakan di Sumatera Utara. Pada saat itu, Gereja Methodist dikenal sebagai gereja yang unik karena ini adalah satu-satunya gereja Protestan yang anggota-anggotanya terdiri atas suku Batak dan suku Tionghoa Indonesia, sementara gereja-gereja Protestan lainnya saat itu pada umumnya tersegregasi. Gereja Methodist Indonesia (GMI) adalah satu-satunya gereja di Indonesia yang hadir bukan sebagai hasil pekabaran Injil misi Belanda dan Jerman. Methodist adalah hasil pelayanan misionaris dari Amerika yang b

Makalah Proposisi Hipotesis

Tugas Kelompok Logika Dosen Pengampuh: Lydia Tumampas oleh, Budi Makaado Mormin Malatunduh Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN) Manado II. PEMBAHASAN A.     Proposisi Dalam ilmu logika, proposisi mempunyai tiga unsur yakni [1] : Subyek , perkara yang disebutkan adalah terdiri dari orang , benda , tempat, atau perkara. Predikat adalah perkara yang dinyatakan dalam subjek. Kopula adalah kata yang menghubungkan subjek dan predikat . Contohnya kalimat Semua manusia adalah fana . Kata semua dalam kalimat tersebut dinamakan dengan pembilang. Kemudian kata manusia berkedudukan sebagai subyek, sedang adalah merupakan kopula. Adapun predikat di sini diwakili oleh kata fana . [2] Proposisi adalah istilah yang digunakan untuk kalimat pernyataan yang memiliki arti penuh dan utuh. [3] Hal ini berarti suatu kalimat harus dapat di percaya , disangkal, atau dibuktikan benar tidaknya. Singkatnya, proposisi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang dapat