II. PEMBAHASAN
A. PEMAHAMAN DASAR TENTANG IMAN
Dalam
Perjanjian Lama berbahasa Ibrani, ada tiga kata iman yang paling umum digunakan
yakni aman yang berarti “meneguhkan
atau mendukung, dapat juga diberi arti mempercayai” (Kej. 15:6) , kemudian battach yang berarti “akan, bersandar
pada, mempercayai” (Maz.25:2), kemudian chasah
yakni, mencari “perlindungan”
(Maz.57:2). [1]
Jika diterapkan kepada Tuhan Allah, maka kata iman berarti, bahwa Allah harus
dianggap sebagai Yang Teguh atau Yang Kuat. Orang harus percaya kepada-Nya,
berarti bahwa ia harus mengamini bahwa Allah adalah teguh atau kuat.[2]
Dalam
Perjanjian Baru. Bentuk kata bendanya adalah pistis dan kata kerja disebut Pisteuo. Dalam bentuk kata pistis
mengandung arti secara subjektif, “keyakinan yang kokoh, tetap, tidak berubah;
ketulusan hati; yakni dalam kebenaran”. Bila iman dilihat dari bentuk kata
kerja pisteuo mempunyai beberapa
pengertian yaitu berpikir bahwa sesuatu adalah benar (Mat. 24:23), menerima
pesan Allah yang disampaikan oleh para hamba-Nya (Kis.24:14), Menerima Yesus
seutuhnya sebagai Mesias salah satu pribadi dari Trinitas Ilahi (Yoh. 3:16),
Menaruh kepercayaan, Menggantungkan hidup, Menyerah dan menyerahkan hidup pada
Yesus.[3]
Kelompok
dapat menarik suatu kesimpulan dari iman dalam pengertian Perjanjian Baru
dimana suatu kepercayaan yang sungguh kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat
dan juga menerima suatu kebenaran dari apa yang disampaikan atau diberitakan oleh
rasul-rasul atau orang-orang yang menyebarkan injil tanpa meragukan akan apa
yang mereka ajarkan.
Iman bukan persetujuan
intelektuil bahwa
ajaran-ajaran tertentu benar, juga bukan pengetahuan yang tidak dapat
dibuktikan. Melainkan iman adalah kepercayaan yang praktis pada sesuatu yang
lebih dihargai daripada semua yang lain. Iman adalah kesetiaan kepada hal yang kita anggap
paling pokok dalam kehidupan kita, pusat yang memberi arti kepada seluruh
kehidupan kita. Kita beriman kepada hal yang kita pegang meskipun kita harus menyerahkan semua yang lain. Obyek iman kita mungkin Allah, mungkin sesuatu yang lain.
1. Contoh-contoh pengaruh iman atas kelakuan
Mungkin kita dapat mengerti
arti iman dan bagaimana iman kita mempengaruhi
perbuatan kita kalau kita
melihat beberapa contoh.
a. Seorang yang kaya
Seorang pemimpin yang
kaya yang bertanya kepada Yesus, “Apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh
hidup yang kekal?” Yesus menjawab bahwa pemimpin itu harus menjual segala
miliknya, membagi-bagikan hasilnya kepada orang-orang miskin dan mengikut
Yesus. Tetapi orang itu menjadi amat sedih sebab Ia sangat kaya (Luk 18:18-27). Kepercayaannya kepada harta
sebagai tuhan menang atas kepercayaan kepada Allah, Tuhan yang sejati. Dia
Iebih mengandalkan harta milik daripada Allah. Karena itu seluruh kehidupannya
dipengaruhi oleh
kepercayaannya kepada kekayaan.
Bukan hanya keselamatannya
saja yang dipengaruhi, tetapi semua
kelakukannya. Bukan hanya kehidupannya di gereja dipengaruhi, tetapi kehidupannya di pasar, di rumahnya,
dan di mana-mana.
b. Petrus dan rasul-rasul
Sesudah kebangkitan Yesus dan Pentakosta, Petrus dilarang Imam Besar
mengajar dalam nama Yesus.
Tetapi Petrus dan rasul-rasul yang lain menjawab, katanya: “Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia” (Kis 5:29).
Dalam peristiwa ini kelakuan Petrus menyatakan
bahwa iman yang dikhotbahkannya adalah imannya yang utama
yang membentuk kehidupannya.
Contoh-contoh tersebut menampakkan
bahwa iman kita memang mempengaruhi
perbuatan kita. Apa yang kita perbuat bergantung pada apa yang kita percayai.
2. Kepercayaan dan kesetiaan
Iman selalu mengandung
kepercayaan. Beriman kepada
Allah berarti mempercayaiNya lebih daripada segala sesuatu yang lain. Kita
percaya bahwa Dia mempunyai kuasa dan kebijaksanaan untuk memimpin hidup kita.
Kita juga percaya bahwa Dia mengasihi kita dan Dia hendak membimbing kita ke
arah yang terbaik bagi kita.
Kita percaya kepada Dia sebagai Tuhan yang lebih dapat
diandalkan daripada segala tuhan yang lain. Kita percaya bahwa kehidupan kita hanya dapat berharga kalau kita
hidup untuk Dia sesuai dengan
maksudNya. Kita percaya bahwa Dia dapat menyebabkan kehidupan kita berarti.
Maka kita menyandarkan hidup kita pada Dia. Iman juga mengandung kesetiaan.
Kesetiaan itu sepasang dengan kepercayaan. Kepercayaan merupakan segi iman yang
lebih pasif. Kepercayaan
patut dinyatakan dengan pengakuan, “Aku percaya .kepada ... Kesetiaan merupakan segi iman yang lebih aktif. Kesetiaan patut dinyatakan dalam
sumpah: “Aku berjanji bahwa...“ Kesetiaan kepada Allah berarti berpegang teguh kepada kewajiban kita kepadaNya sebagai
kewajiban kita yang utama. Kita bertekad untuk melayani Allah sekalipun
pelayanan itu berbahaya atau tidak populer. Iman sebagai kepercayaan ternyata dalam
alasan Petrus untuk terus mengikut
Yesus meskipun banyak orang lain pergi: “Tuhan, kepada siapakah kami akan
pergi? PerkataanMu adalah
perkataan yang kekal; dan kami
telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dan Allah” (Yoh 6:68-69).
Petrus mengakui imannya bahwa hanya Kristus dapat dipercayai untuk membimbing kehidupan dan memberi arti kepadanya.
3. Iman dan nilai-nilai
Iman adalah kepercayaan
dan kesetiaan kepada hal yang dianggap terpenting atau nilai yang tertinggi. Nilai definisinya yang sederhana yaitu sesuatu yang
dianggap bernilai atau
penting. Orang yang memegang suatu nilai merasa bahwa nilai itu memberi nilai kepada hidupnya. Beberapa nilai yang biasa ialah keluarga,
gereja, kuasa, pengetahuan, harta, keadilan, kesalehan, kedamaian, dan Tuhan Allah.
Iman Kristen berarti persekutuan dengan Allah, persatuan dengan Dia, penyerahan diri ke dalam tanganNya. Perjanjian Lama sering
memakai istilah “mengenal
Allah” artinya berhubungan mesra dengan Allah sebagai istilah searti dengan “beriman kepada Allah” (mis. I Taw 28:9; Yer 10:25; 31:34).
Kata Martin Luther: “Iman adalah doa dan tidak lain dari doa”. Iman adalah hubungan yang akrab antara Allah
dengan manusia, suatu
percakapan dengan Dia, suatu persekutuan denganNya. Beriman berarti hidup bersama dengan Allah, mengasihi Allah, dan memujiNya.
Tentu iman dalam arti ini
sukar diterangkan karena tidak merupakan ajaran-ajaran theologia melainkan bahan mentah yang
dipakai untuk ajaran-ajaran
thelogia.
1. Hubungan dengan Pribadi Ilahi
1. Hubungan dengan Pribadi Ilahi
Kepercayaan religius kepada Tuhan berbeda dari kepercayaan-kepercayaan yang lain. Lain dengan kepercayaan kepada harta atau
kuasa, iman religius dipersembahkan
bukan kepada benda yang mati melainkan kepada pribadi yang hidup, bukan kepada
“itu”, melainkan kepada “Engkau”. Lain dengan kepercayaan kepada negara atau
keluarga, iman religius dipersembahkan kepada pribadi Ilahi yang berbeda dengan manusia dan dunia
yang fana.
Karena Allah bersifat Pribadi, bukan benda, iman kita kepadaNya menyangkut dua jurusan.
Jurusan yang satu ialah pemeliharaan Allah kepada kita; jurusan
yang lain ialah kepercayaan kita kepada Dia. Kita dan Allah saling mengasihi dan saling menanggapi. Karena
Allah bersifat ilahi iman kita kepadaNya mengandung perasaan terpesona
dan kagum. Allah adalah ajaib, sangat berlainan dengan kita dan dunia yang biasa. Dia adalah Mahakudus,
Mahakuasa, dan Mahamulia. Karena itu selalu ada unsur gaib dalam hubungan kita dengan Dia. Kita bisa
mengenal Allah tetapi pemahaman kita tentang Dia selalu terbatas.
2. Doa dan sikap doa
Sikap doa ialah keterbukaan kepada Allah dan kerelaan selalu merubah rencana kita supaya sesuai dengan rencana Dia.
Pikiran dan perbuatan kita dipengaruhi oleh hubungan kita dengan Tuhan,
sekalipun pada detik ini kita
tidak memikirkan Tuhan.
3. Kesalehan dan pelayanan sosial
Dewasa ini sering ada
perpisahan dalam gereja antara orang-orang yang menekankan
hubungan perorangan dengan Allah dan orang-orang yang menekankan keadilan
sosial dan keterlibatan orang
Kristen dalam masalah-masalah masyarakat. Sebenarnya dua hal
ini tidak dapat dipisahkan.
Kegiatan sosial harus berakar dalam hubungan perorangan dengan Allah; kalau
tidak, kegiatan itu kehilangan arah dan kuasanya. Pada pihak lain, hubungan perorangan dengan Allah
akan mengakibatkan kasih kepada sesama dan kegiatan sosial. Kalau tidak,
hubungan itu terbantut atau kurang wajar. Kita perlu mengembangkan jenis kesalehan yang memupuk kasih
kepada sesama dan pembangunan masyarakat yang lebih adil.
Maksud pelayanan sosial seperti kebaktian dan doa ialah memuliakan Allah dan bertemu denganNya. Ibadah dan pelayanan sosial Kristen keduanya hanya bisa hidup dalam suasana pengabdian kepada Tuhan.
4. Pengaruh persekutuan dengan Allah atas diri manusia
Iman sebagai hubungan perorangan dengan Allah mempengaruhi sikap orang
terhadap diri sendiri dan
terhadap dunia. Pembukaan diri kepada Allah itu sering
disebut penyerahan diri atau
penyaliban diri.
Penyerahan diri tidak berarti bahwa diri
manusia dihapuskan. Identitas seseorang
tidak lenyap dalam kesatuan yang
pasif dengan Yang Mahakuasa atau
dengan kosmos. Persekutuan dengan Allah tidak melenyapkan diri manusia melainkan mengubah/memperbaharui
diri manusia. Diri manusia dimampukan untuk memuji Allah dan melakukan pekerjaan Allah.
5. Pengaruh persekutuan dengan Allah atas sikap terhadap dunia
Persekutuan dengan Allah
berarti keterbukaan kepadaNya dan
kepada pekerjaan Allah dalam diri kita. Dalam bagian tiga kita memandang pekerjaanNya di sekitar kita dalam
dunia. Allah bekerja dalam panggilanNya kepada kita untuk menyerahkan
kehidupan kita kepadaNya. Dia juga
bekerja dalam peristiwa-peristiwa
yang ikut membentuk kehidupan kita dan dunia.
Pendekatan
dalam bagian tiga ini berjalan langsung dari pemahaman pekerjaan Allah dalam
peristiwa Alkitab kepada penafsiran pekerjaanNya masa kini. Dua pandangan ini
saling melengkapi. Pertimbangan yang lebih rasional berdasarkan ajaran-ajaran
theologis merupakan dasar dan ukuran untuk penglihatan yang lebih langsung
tentang perbuatan Allah dan tanggapan yang tepat bagi manusia.
1.
Dapatkah manusia
mengerti apa yang dikerjakan Allah?
Ada
beberapa sebab mengapa kita selalu mengalami kesukaran dalam menafsirkan
tanda-tanda kehadiran Allah disekitar kita. Pertama, pekerjaan Allah bersifat
tersembunyi. Dia tidak mengiklankan perbuatanNya. Yesus menolak penggodaan
untuk melakukan perbuatan yang menakjubkan supaya orang-orang mengikut Dia (Luk
4:9-12).
Kedua,
bukan Allah saja yang bekerja dalam dunia. Manusia dan kuasa-kuasa gelap juga
bekerja. Allah menciptakan manusia bebas sehingga dia bisa memilih untuk
menganut Allah atau melawanNya. Pekerjaan Allah sukar dilihat karena tercampur
dengan perbuatan manusia yang tidak selalu selaras dengan kehendak Allah.
Ketiga,
kepentingan diri sendiri merintangi penglihatan kita. Orang biasanya mempunyai
praanggapan bahwa apapun yang sesuai dengan kepentingannya juga sesuai dengan
kehendak Allah
2.
Tempat-tempat pekerjaan
Allah
Dewasa ini banyak buku etika Kristen menekankan
pekerjaan Allah dalam revolusi-revolusi politik dan sosial. Tekanan ini dapat
lebih dimengerti kalau terletak dalam kondisi lebih luas. Karena itu, kita akan
melihat beberapa cara dan tempat pekerjaan Allah terjadi.
a
orang-orang sering membicarakan pekerjaan Allah dalam kehidupan perorangan.
Allah
menciptakan dan memelihara kita. Dia menyelamatkan kita. Hampir semua orang
Kristen mengakui tanggung jawabnya untuk menanggapi pekerjaan Allah sewaktu
pekerjaan itu dibicarakan demikian. Karena Allah memelihara kita, kita lebih
sanggup mengambil resiko. Karena ia menyelamatkan kita, kita hidup penuh syukur
dan menyerahkan kehidupan kita kepadaNya. Karena Dia memberikan kepada kita
seluruh milik kita, kita memakai harta kita dengan memperhatikan kebutuhan
sesama bukan dengan tamak.
Kemungkinan
bersalah timbul dengan nyata waktu kita membicarakan pekerjaan Allah dalam
peristiwa-peristiwa tertentu.
b.
Allah bekerja dalam dan melalui kehidupan Gereja.
Kebanyakan
orang Kristen setuju bahwa Allah hadir dalam khotbah-khotbah, palajaran
Alkitab, sakramen-sakramen, dan dalam pelayanan, kesaksian, dan persekutuan
gereja. Melalui kegiatan-kegiatan ini allah menyatakan kasihNya dan
tuntutan-tuntutanNya kepada manusia. Melalui gereja, Allah melayani dunia.
c.Allah
bekerja dalam peristiwa-peristiwa sosial,
politik dan ekonomi.
Dalam membicarakan pekerjaan Allah dalam
masyarakat ada perbedaan dalam titik tolak orang-orang Kristen. Satu aliran
memandang Allah sebagai Pemberi Kuasa kepada penguasa dan pemerintah. Allah
menjamin tata-tertib dan kestabilan sosial. Aliran kedua memandang Allah
sebagai Pembebas orang-orang yang tertindas dan miskin. Aliran ketiga, sama
dengan aliran kedua, berpendapat bahwa pekerjaan Allah lebih nampak diantara
orang-orang yang lemah dan miskin daripada orang-orang yang yang berkuasa.
Tetapi lain dengan aliran kedua mereka menekankan kehadiran Allah diantara
orang-orang yang menderita san sanggup berkorban sama seperti kristus sanggup
berkorban. Tentu, pandangan yang bulat melihat kehadiran Allah dalam semua
pekerjaan yang di sebut oleh ketiga aliran ini.
E. IMAN SEBAGAI PENDIRIAN TENTANG APA YANG BENAR[7]
Iman
dalam artinya yang pokok bukan persetujuan intelektual tentang kumpulan ajaran
dan dogma. Melainkan iman itu adalah hubungan perorangan yang mengandung
kepercayaan, kesetiaan, dan kasih. Iman ialah penyerahan kepada kehendak Allah
dan partisipasi dalam pekerjaan Allah. Namun demikian iman kita selalu kepada
sesuatu yang mempunyai makna dan isi.
Kepercayaan
kita tentang sifat-sifat dan pekerjaan Allah sangat mempengaruhi kelakuan kita.
Pengetahuan kita tentang kehendak Allah untuk kita harus berdasarkan
pengetahuan kita tentang Allah dan pekerjaanNya. Keputusan-keputusan etis kita
juga dipengaruhi oleh kepercayaan kita tentang hubungan antara hal-hal rohani
dengan hal-hal jasmani berjalan dan tujuan sejarah, kebaikan dan keburukan
manusia dan sebagainya.
Theologia menguraikan
sifat dasar dunia; etika menguraikan tanggung jawab manusia berdasarkan sifat
dasar dunia itu karena Allah adalah baik dan menciptakan dunia yang baik, kita
harus berbuat baik (Mat 5:48). Dalam etika Kristen perintah Tuhan berdasar atas
sifatNya dan pekerjaanNya.
1.
Sebagai contoh pengaruh ajaran-ajaran theologia kepada etika
Kita
bisa memandang tiga ajaran Kristen yang pokok mengenai Kristus. Kita mulai
dengan ajaran tentang inkarnasi Kristus, ajaran bahwa Anak Allah menjadi
manusia. Disatu pihak Yesus adalah seorang manusia sama dengan segala orang
lain. Dia lahir sebagai bayi biasa yang tidak dapat berjalan dan berbicara. Dia
tumbuh seperti anak-anak yang lain dalam hikmatNya dan besarNya dan dalam
hubunganNya dengan Allah dan orang-orang (Luk2:52). Sebagai orang dewasa Dia
kadang-kadang merasa lelah, lapar, haus dan kecewa.
Pada
pihak lain orang-orang yang mengenal Yesus dengan baik menjadi yakin bahwa
orang biasa itu juga luar biasa. Yaitu Dia Anak Allah. “Dalam Dialah berdiam
secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan”(Kol 2:9). Yesus merupakan
penyataan/wahyu Allah yang terlengkap. Kita lebih mengerti Alllah karena
penyataanNya dalam Yesus Kristus daripada penyataanNya dalam guntur dan kilat
serta pekerjaanNya yang lain dalam alam.
a.
Dalam
inkarnasi dinyatakan pentingnya hal-hal materi.
Yesus
Kristus mempunyai baik tubuh maupun jiwa manusia. Di satu pihak tidak ada
bagian ciptaan yang kudus seperti Allah adalah kudus.
b.
Inkarnasi juga
menyatakan arti kesalehan yang wajar.
Ada
orang-orang Kristen yang menganggap kesalehan sebagai kebajikan yang terutama. Kesalehan
mengandung dua hubungan yaitu hubungan dengan Allah dan dengan dunia. Kesalehan berarti kesatuan
dengan Allah di tengah dunia. Terang Allah
di batin kita tidak menjadi suram dan
tidak dfsembunyik an dan bahaya dunia,
melainkan bercahaya di depan orang di dunia (Mat 5:13-16).
2.
Penyaliban
Yesus.
a.
Penyaliban menyatakan kedahsyatan dosa
Penyaliban
menyatakan bahwa dosa kita
bukan hal yang remeh.
Karena dosa kita, Anak Allah menderita dan mati. Salib Yesus juga menyatakan kedahsyatan dosa masyarakat di
sekitar kita. Kita bertanggung jawab
bukan untuk mengoreksi dosa kita pribadi saja, melainkan juga sedapat mungkin
untuk mengoreksi dosa masyarakat. Kita menyadari bahwa struktur-struktur masyarakat rusak karena dosa
dan berusaha untuk menciptakan struktur-struktur yang lebih adil dan lebih penuh dengan kasih.
b.
Tetapi berita yang
terutama dari
salib bukanlah bahwa kita dihakimi, melainkan bahwa kita
diampun.
Meskipun
dosa kita dahsyat, Yesus telah menghapuskan dosa itu. Tanggapan yang tepat
kepada pengampunan dan Kristus adalah hidup sebagai manusia yang diampuni, yang
dibebaskan dari
dosa. Kita menerima
pengampunan kita sebagai
pemberian dan tidak khawatir lagi akan dosa yang telah diampuni. Kita tidak
perlu khawatir tentang hukuman karena dosa itu. Kita tidak perlu khawatir akan
bagaimana menyelamatkan
diri,
karena Kristus telah menyelamatkan
kita. Oleh
karena pengampunan Tuhan, kata yang pertama dalam etika Kristen bukan “supaya”
melainkan “karena”. Kita berbuat baik
bukan supaya kita dapat diselamatkan
tetapi karena kita telah diselamatkan. Kita mematuhi Allah bukan supaya
Allah mengasihi kita, tetapi karena Dia mengasihi kita.
3. Kehidupan orang Kristen dipengaruhi
oleh kebangkitan
Yesus Kristus.
a. Karena Yesus Kristus dibangkitkan dan antara orang mati, Dia hidup
sekarang dan ada disini dengan kita. Dia tidak mati; Dia hidup dan bekerja di dunia dewasa ini.
b. Kebangkitan menyatakan
bahwa orde baru telah memasuki dunia dan sedang berkembang di sini
c.
Maka, dunia tempat kebangkitan Kristus ialah dunia yang penuh harapan.
Ajaran-ajaran ini mendidik dan menjadi ukuran bagi iman
kita dalam kepercayaan, persekutuan, dan tanggapan kepada Allah. Karena Allah
telah menyatakan diri dalam
Yesus Kristus kita lebih
mengerti sifat-sifatNya.
Karena penyaliban, kita
melihat betapa besarnya bahaya dosa yang mengancam hubungan kita dengan Allah.
Kita melihat juga bahwa
persekutuan kita dengan Dia tidak berdasarkan kebaikan kita melainkan kasih karunia Allah; maka persekutuan itu mempunyai dasar yang amat kuat.
Karena kebangkitan kita mengetahui kemampuan Allah untuk
memperbaharui kehidupan kita dan kehidupan
orang-orang lain. Kita melihat
bahwa tujuan pekerjaan Allah ialah pemulihan dunia.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Iman adalah kepercayaan dan
kesetiaan; iman adalah tanggapan kepada panggilan perorangan dari Allah dan juga tanggapan kepada pekerjaan Allah dalam dunia;
iman adalah pendirian kebenaran.
ini merupakan suatu kesatuan yang hidup. Pada suatu ketika
perhatian kita mungkin dipusatkan
kepada salah satu unsur. Pada ketika lain unsur yang lain mungkin lebih penting. Namun demikian,
dalam membina iman kita dan iman orang-orang lain, keempat unsur ini
perlu diperhatikan. Bagi setiap unsur iman nampaklah pengaruhnya atas kelakuan. Kepercayaan
dan kesetiaan kita menentukan prioritas
dan arah pokok dalam kehidupan kita. Persekutuan dengan Allah menyangkut penyerahan diri dan pelayanan dalam dunia; pengabdian kita diutarakan dalam doa dan dalam perjuangan. Menanggapi
pekerjaan Allah berarti bekerja sama dengan
Dia. Keyakinan kita tentang kebenaran ajaran-ajaran tertentu menyebabkan kita
membentuk kehidupan kita sesuai dengan ajaran-ajaran itu. Pengaruh utama bagi
etika kita memang iman kita. . Iman berarti mengandalkan Allah. Ini berarti
persekutuan dengan Allah. Iman berarti
menanggapi pekerjaan Allah. Iman berarti keyakinan tentang kebenaran yang dinyatakan Allah.
B. Saran
Setelah
kita mempelajari materi mengenai Iman,
kita dapat melihat bahwa uraian
tersebut sangat bermanfaat untuk dipelajari dan di mengerti. Karena itu hendaknya kita harus dapat memenuhi atau
melakukan tentang uraian tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Harun, 2010, Iman Kristen, Jakarta; BPK Gunung Mulia
Jerry, 2006, Iman
Yang Bermasalah, Manado; Solagratia
Malcolm, 2012 Pengambilan Keputusan Etis, Jakarta; BPK Gunung Mulia
Comments
Post a Comment