II.PEMBAHASAN
A. ROBERT RAIKES
Robert
Raikes adalah seorang
dermawan Inggris yang dikenal sebagai bapak pendiri Sekolah minggu.
Putra sulung dari pasangan Mary Drew dan Robert Raikes seorang penerbit surat kabar di
Inggris. Ia lahir di Gloucester 14 September 1735 dan meninggal 5 April 1811.
Ia dibaptis pada
tanggal 24 September 1736 di gereja St. Mary de Crypt di Gloucester. Pada
23 Desember 1767, ia menikah dengan Anne Trigge, seorang wanita yang berasal dari keluarga terhormat, dan dikaruniai tiga
anak laki-laki dan tujuh
anak perempuan. .[1]Robert
adalah seorang yang baik. Pada usia mudanya, Robert aktif pada bidang sosial,
khususnya menolong mereka yang miskin dan berada di penjara.[2]
B. PENDIDIKAN DAN KARIER
Robert menyelesaikan pendidikan dasarnya di sekolah milik Gereja St. Mary de Crypt tempat ia dibaptiskan. Pendidikan dasarnya diterima di sekolah kepunyaan jemaat.
Tatkala Robert berumur 14 tahun ia meneruskan studinya pada sekolah
katedral Gloucester. Suasana belajar ditentukan oleh kebaktian pagi
pada jam 06:00 setiap hari, yang
terdiri dari pembacaan Mazmur, doa,
renungan dan nyanyian rohani. Pada pokoknya, kurikulumnya bersifat klasik,
dalam arti murid harus membuktikan
kemampuannya dalam bahasa Yunani dan Latin. Belum jelas apakah ia mempelajari bahasa Perancis
di sana juga, tetapi diketahui bahwa ia lancar dalam bahasa
itu kemudian hari. Rupanya, pendidikan akademisnya diakhiri pada saat itu, karena
tidak ada bukti bahwa ia pernah
meneruskan studinya pada taraf
perguruan tinggi seperti halnya dengan
adiknya, Richard yang menjadi seorang pendeta.
Setelah menyelesaikan pendidikan di Katedral Gloucester, Raikes tidak melanjutkan pendidikannya.
Ia lebih tertarik pada pekerjaan yang digeluti ayahnya di bidang percetakan. Pada 1757, ia diwariskan perusahaan milik ayahnya yakni Gloucester Journal. Karena
kemampuannya di bidang penerbitan dan percetakan, pada usia 21 tahun, ia telah
mengambil alih seluruh urusan yang berkaitan dengan penerbitan Gloucester
Journal.[3]
C. SEKOLAH MINGGU
Dalam kehidupan kita, Sekolah Minggu merupakan salah
satu sarana untuk memberikan pengajaran iman kepada anak-anak. [4]
Sekolah Minggu menjadi alat yang sangat berguna dalam tugas pekabaran Injil.[5]Robert
Raikes dikenal sebagai penggagas sekolah minggu. Pada abad 18, Inggris sedang
dilanda krisis ekonomi yang sangat parah sebagai akibat Revolusi Industri. Robert Raikes melihat banyak anak-anak yang harus menjadi tenaga kerja di pabrik-pabrik sebagai buruh kasar dan bekerja enam hari dalam seminggu, yaitu
pada hari senin hingga sabtu. Hari minggu mereka libur. Oleh karena itu, pada
hari Minggu, mereka menjadi liar dikarenakan hanya pada hari inilah mereka bisa
beriang gembira. Kebanyakan dari mereka menghabiskan uang penghasilan mereka dengan hal-hal yang tidak berguna seperti
minum-minuman keras.[6]
Sebagai wartawan yang sering menulis berita kriminal
dan berkunjung ke penjara, Raikes menyadari bahwa anak-anak ini mudah terseret
ke dunia kriminal. Sebab itu ia berpikir dan mencari jalan keluar untuk
menolong anak-anak ini.[7] Ia
kemudian memulai sekolah minggu ini di dapur Ny. Mederith di kota Scooty Alley pada Juli 1780. Ny.
Mederith tidak sanggup menanganinya. Atas permintaan seorang editor surat kabar
yang baik, ia menerima segorombolan anak jalanan ke dapur rumahnya. Raikes
bahkan membayar Ny. Mederith satu shilling setiap hari minggu untuk mengajar
anak-anak.[8] Di
sana, selain mendapat makanan, anak-anak diajarkan sopan santun, membaca, dan menulis. Menurut Raikes, buku pelajaran
yang terbaik yang bisa dipakai adalah Alkitab.
Mula-mula,
gereja tidak mengakui kehadiran gerakan Sekolah Minggu yang dimulai oleh Robert
Raikes ini. Tetapi karena kegigihannya menulis ke berbagai publikasi dan
membagikan visi pelayanan anak ke masyarakat Kristen di Inggris, dan juga atas
bantuan John Wesley (pendiri gereja Methodis), akhirnya kehadiran Sekolah
Minggu diterima oleh gereja. Mula-mula hanya oleh gereja Methodis, namun akhirnya
juga oleh gereja-gereja Protestan lain. Ketika Robert Raikes meninggal dunia
tahun 1811, jumlah anak yang hadir di Sekolah Minggu di seluruh Inggris
mencapai lebih dari 400.000 anak. Dari pelayanan anak ini, Inggris tidak hanya
diselamatkan dari revolusi sosial, tapi juga diselamatkan dari generasi yang
tidak mengenal Tuhan.
Gerakan
Sekolah Minggu yang dimulai di Inggris ini akhirnya menjalar ke berbagai tempat
di dunia, termasuk negara-negara Eropa lainnya dan ke Amerika. Dan dari para
misionaris yang pergi melayani ke negara-negara Asia, akhirnya pelayanan anak
melalui Sekolah Minggu juga hadir di Indonesia. [9]
III. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Robert Raikes adalah orang sibuk. Ia pemilik dan penerbit The Gloucester
Journal, koran yang paling besar di wilayah
Gloucester, Inggris. Sering kali
ia sendiri harus turun tangan mencari
berita, menyunting laporan. Oleh karena kesibukannya Raikes sering terpaksa
bekerja pada hari Minggu
untuk menyiapkan koran yang harus terbit keesokan harinya.
Robert Raikes adalah seorang dermawan Inggris yang
dikenal sebagai bapak pendiri Sekolah minggu. Pada abad 18, Inggris sedang dilanda krisis ekonomi yang
sangat parah sebagai akibat Revolusi Industri.
Robert Raikes melihat banyak anak-anak yang
harus menjadi tenaga kerja di pabrik-pabrik sebagai buruh kasar dan bekerja enam hari dalam
seminggu, yaitu pada hari senin hingga sabtu.
Sebagai wartawan yang sering menulis berita kriminal
dan berkunjung ke penjara, Raikes menyadari bahwa anak-anak ini mudah terseret
ke dunia kriminal. Sebab itu ia berpikir dan mencari jalan keluar untuk
menolong anak-anak ini. Ia kemudian memulai sekolah minggu ini di dapur Ny. Mederith di kota Scooty Alley pada Juli 1780. Ny.
Di sana, selain mendapat makanan, anak-anak diajarkan sopan santun, membaca, dan menulis. Menurut Raikes, buku pelajaran
yang terbaik yang bisa dipakai adalah Alkitab.
Mula-mula, gereja tidak mengakui kehadiran gerakan Sekolah
Minggu yang dimulai oleh Robert Raikes ini. Tetapi karena kegigihannya menulis
ke berbagai publikasi dan membagikan visi pelayanan anak ke masyarakat Kristen
di Inggris, dan juga atas bantuan John Wesley (pendiri gereja Methodis),
akhirnya kehadiran Sekolah Minggu diterima oleh gereja.
DAFTAR PUSTAKA
Andar, 2011, Ajarlah
Mereka Melakukan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011
Andral, 2011, Selamat
menabur;33 Renungan untuk didik mendidik, Jakarta:BPK Gunung Mulia
Boehlke
Robert, 2011, Sejarah Perkembangan
Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia
Indra,
2008, Dongeng Mendekatkan Kitab Suci pada
Anak, Yogyakarta: Kanisius,
Ruth,
2005 , Tuntunlah kejalan Yang Benar, Jakarta,
BPK Gunung Mulia,
Stephen,
2007, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah
Kristen ( Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2007)
[1] Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran
dan Praktek Pendidikan Agama Kristen. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011)
Hal. 379-380
[2] Ruth, Tuntunlah kejalan Yang
Benar, (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2005) Hal.29
[3] Boehlke, Op.Cit
[4] Indra, Dongeng Mendekatkan Kitab
Suci pada Anak (Yogyakarta: Kanisius, 2008) Hal. 16
[5] Andar, Ajarlah Mereka Melakukan(
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011) Hal.8
[6] Boehlke, Op.Cit
[7] Andral, Selamat menabur;33
Renungan untuk didik mendidik, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2011) Hal.29
[8] Stephen, 100 Peristiwa Penting
Dalam Sejarah Kristen ( Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2007) Hal.111
[9] Boehlke, Op.Cit
Comments
Post a Comment